A/N: INI GAK ADA ADEGAN TUJUH BELAS TAHUN KEATAS. DAN KATA-KATANYA MEMANG AGAK KASAR. JADI, ENJOY!! DON'T FORGET TO VOMMENT DEAR... AYE, KAYAKNYA GAK SIAP KALO BENER-BENER DI PRIVATE HAHAA *peace* YA SETELAH DIPIKIR-PIKIR, CERITA GUE KAN ABAL BENER HAHAHA MAAF MAAF JANGAN NYESEL KARENA UDAH PERNAH BACA CERITA GUE. BTW, DISINI ADA LARRY JUGA KWKWKWK SENENG BANGET PAS BIKIN INI AMPUUUN:) MAAF CURHAT, ENJOY GUYS! I LOVE YOU TO MOON AND BACK MWAH :)
**
Lelaki itu masih terlihat sibuk dengan beberapa map diatas meja yang harus ditanda tangani segera. Tangannya dengan lincah juga cepat dapat membereskan itu, namun jumlahnya yang sangat banyak ditambah pekerjaan lain yang juga belum diselesaikan itu membuatnya harus tetap tinggal dikantornya sampai malam nanti. Memang, sehabis menikah lelaki itu ingin sekali meneruskan perusahaan milik keluarga besarnya dan tidak lagi menyanyi di panggung untuk menghibur para ‘beliebers’ kesayangannya. Ya, aku tahu memang tidak ada bedanya, kerja dibalik meja dengan menyanyi sama-sama menguras banyak waktu serta pikiran ataupun tenaga. Entahlah, intinya sih begitu.
Ponselnya tiba-tiba berdering. Iapun mengambilnya dan melirik sebentar siapa yang meneleponnya. Senyuman terukir diwajahnya begitu mengetahui istrinya lah yang menghubunginya, lelahnya pun hilang begitu saja. Tanpa tunggu lama, ia mengangkat teleponnya dan mendengarkan seksama suara dari ujung sana.
“Halo? Apa aku menganggu?”
Ia tersenyum sendiri, “Sama sekali tidak, babe. Ada apa?”
“Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu tapi, kau belum juga datang, Justin.”
Lelaki bernama Justin itu terkekeh kecil mendengar suara kesal sang istri, “Maafkan aku, Vina. Sepertinya, aku pulang larut malam atau aku akan menginap disini. Kerjaanku menumpuk, aku jadi pusing sendiri melihat tumpukan berkas-berkas diatas meja kerjaku.”
Terdengar helaan nafas dari ujung sana, “Aku tidak memaksamu, tidak apa tapi lebih baik kau pulang saja. Menginap disana tidak aman, aku takut kau kenapa-kenapa. Jangan lupa makan malam okay? Lambungmu sangat sensitif.”
“Kau memang yang terbaik, Vina. Siap, aku selalu mendengarkanmu kalau perlu aku rekam suaramu itu.”
Sang istri tergelak, “Terserah, tapi aku serius. Jaga dirimu, aku akan menunggu dirumah sampai kau pulang. Tadinya Jesse ingin bertanya tentang pekerjaan rumahnya denganmu, sempat ia merengek juga.”
“Tentu. Oh, mengapa bisa? Jesse bisa meminta bantuanmu.”
“Kau tahu, ia masih marah denganku gara-gara uang sakunya ku potong minggu lalu.”
Justin tertawa singkat, “Astaga babe, mengapa pakai di potong segala? Ia punya banyak keperluan dengan uang itu.”
“Ya, ya, ya aku hanya tidak ingin ia menghabiskan uangnya tanpa ditabung mana lagi tadi di sekolah ia bertengkar dengan temannya. Aku sungguh kalut dengan kelakuannya akhir-akhir ini, ia tidak terlihat seperti biasanya dan terlalu banyak melanggar aturan. Tidakkah kau menyadari itu Justin?”
Ya, memang akhir-akhir ini anak laki-lakinya itu suka melanggar aturan yang ia buat. Seperti, membeli video game baru padahal baru pertengahan bulan dan juga, mengerjai anak tetangga sampai menangis. dan, sebagai ayah yang baik Justin tentu tahu apa yang dilakukan oleh putranya itu, “Aku tahu, dan aku juga menyadarinya. Ia sedang tumbuh, Vina. Tidak ada salahnya ‘kan kalau ia hanya menginginkan kebebasan? Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Aku ingin kau mementingkan calon bayi kita, soal Jesse aku pasti bicara padanya. Semua akan baik-baik saja.”
“Uh, aku tahu pada akhirnya kau akan mengatakan itu. Ya, ya, ya aku juga tidak terlalu ingin mengganggunya untuk bertanya soal harinya, entahlah ia agak sensitif.”
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfic{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]
