Everybody deserves second chances, but not for the same mistakes.
………
Ini hari pertamaku masuk ke sekolah baru. Aku hanya ingin pergi jauh, melupakan masa laluku yang kelam, sekaligus melupakan dia. Dia yang sekarang pergi dari kehidupanku, tidak meninggalkan apapun, tidak ada ‘I love you’ yang keluar dari mulutnya, dan aku akan melupakannya.
“Fatma, bagaimana rumah barumu? Kau senang?” Tanya Aunty-ku begitu aku sampai di ruang makan dan segera membantunya untuk menata makanan. “Suka sekali, aunty. Aku senang bisa tinggal disini.” Jawabku sambil tersenyum.
Aunty mendudukan dirinya dikursi diikuti olehku. Kami hanya makan berdua, aunty tidak memiliki anak dan belum juga memiliki suami, walaupun diumurnya memang sudah harus menikah tetapi kehidupan cintanya sama sepertiku, rapuh dan mudah hancur.
Aku menyendok nasi dan lauk pauknya, begitu juga Aunty. “Fatma, aunty harap kau bisa menikmati kehidupanmu yang baru ya. Jangan ingat-ingat yang lalu-lalu.” Kata Aunty membuka percakapan diantara kami. Aku memandangnya sebentar, lalu tersenyum renyah. “Ya, tentu saja, Aunty. Aku tidak akan mengingatnya lagi. I know Everybody deserves second chances, but not for the same mistakes.” Ujarku.
Aunty balas tersenyum. “Kamu benar sayang. Pilihanmu sangat tepat, sekarang. Aunty senang, dan oh, kau tidak ingin terlambat dihari pertamamu yak an? Habiskan makananmu lalu Aunty akan mengantarmu!”
“Tapi, Aunty-“
“Sudah, kau tidak boleh menolak. Aku tidak ingin kau tersesat dikota London ini, oke?”
Aku mengangguk, dan melanjutkan makanku yang belum sepenuhnya habis.
…
“Terima kasih, Aunty. Nanti aku bisa pulang sendiri kok.” Ucapku sambil mencium pipi Aunty dan berlari memasuki gedung sekolah baruku.
“Nanti akan ku kirimi pesan singkat untukmu mengenai alur bis kota, oke?” kata Aunty sambil berteriak, aku mengangguk dan melambaikan tangan kearahnya.
Sampai didalam gedung, aku berjalan dikoridor yang penuh sesak oleh semua murid disini. Tawa, teriakan, dan bahkan nada seperti menghina dilontarkan untukku ketika aku berjalan, yep, memang aku ini nerd yang memakai kacamata, tapi tidak tebal kok.
Pandanganku menunduk dan terus berjalan, sampai seseorang menepuk bahuku, aku terlonjak kaget. “Namamu Fatma Anggita, kan?” Tanya lelaki berambut keriting itu, aku mengangguk.
“Ya, ada apa?”
“Well, aku ini anak pemilik sekolah ini dan ditugaskan untuk membantumu mencarikan kelasmu.”
“Tidak perlu.” Kataku cepat-cepat sambil melangkahkan kakiku. Dia mengejarku.
“hei, hei. Kau yakin tidak ingin kubantu?” tawarnya lagi, aku menggeleng. Aku mengeratkan ranselku dan memperbaiki kacamata ku yang sedikit merosot kemudian mempercepat langkahku, kudengar lelaki itu masih meneriakiku.
“NAMAKU HARRY!”
Oh, Harry.
Aku berdiri tepat didepan kelas yang kuyakini adalah kelasku. Kulihat lagi kertas yang diberikan kepadaku minggu lalu saat pendaftaran, dan benar ini kelasku. Aku memberanikan diri untuk masuk. Semuanya hening begitu melihatku, aku memilih bangku paling depan yang masih kosong dan mendudukan diriku disana. Aku memilih untuk tetap menunduk, suara bisikan yang hampir ketelan tapi aku masih bisa mendengarnya semakin memenuhi seisi ruangan kelas.
“Jadi dia si anak baru itu, duh, aku pikir dia itu easy going dan fashionable. Tadinya aku ingin menjadikannya teman, tapi, malah kelihatan kutu buku seperti itu.”
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfiction{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]
