Kulangkah kan kaki menuju tempat dimana aku dulu bertemu dengannya.
Ke sebuah cafe diujung jalan.
Disana lah aku bertemu dengannya, Lintang.
Wanita yang sekarang jadi pacarku, kami telah bertunangan. Sudah tiga tahun merajut kasih. Sudah tiga tahun aku selalu bersamanya, dikala senang, sedih, maupun susah, begitu juga denganku.
"Aku pesan kopi dengan rasa yang sama seperti biasa" kataku pada pelayan itu. Pun dia mencatat apa yang ku pesan, setelah berhenti mencatat dia mengamati ku sebentar lalu mengangguk dan pergi.
Ku sapu pandanganku ke segala arah, aku masih ingat saat dulu berkenalan dengannya. Dia duduk diujung dekat jendela.
"Boleh aku duduk disampingmu nona? Meja lain sudah penuh" pintaku pada gadis pirang yang ada didepanku.
Dia mengerutkan kening sambil menyesap kopinya kemudian mengangguk.
Pun aku duduk karena sudah diberi isyarat olehnya. Keheningan meliputi kami berdua, aku ingin bicara tetapi tenggorokan ku tercekat karena terus-menerus memperhatikan gadis yang ada didepanku ini, Well kalau boleh jujur dia cantik, senyumnya manis seperti gula.
"Ada yang salah denganku tuan?" dia bertanya.
'Yang benar saja nona, kau sempurna' batinku.
"Tidak sama sekali tidak. Siapa namamu?"
"Aku Lintang"
Namanya Lintang, oh indah sekali nona.
Dia menjabat tanganku, pun aku menjabat tangannya yang halus sehalus kapas.
"Aku Zayn Malik" tambahku cepat-cepat.
Lintang mengangguk. "Uh, Zayn. Kenapa kau memerhatikanku seperti itu? Ada yang salah" tanyanya lagi.
Aku menggeleng cepat. "Aku bilang tidak, Lintang. Hanya saja. uhm, kau cantik"
Sejak saat itu, rona merah terpancar di wajahnya.
"Eh? Terima kasih. Omong-omong, kau sudah pesan sesuatu?"
"Belum"
"Mau kupesankan?"
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri" jawabku halus. Lintang menundukan kepala, dia terlihat malu.
Setelah memesan kopi dengan rasa cappucino kembali memandangi Lintang.
"Diluar dingin" kataku basa-basi.
"Hujan, eh?"
"Ya. Aku benci hujan, disaat aku ingin pergi dengan urusan mendadak mereka malah datang tiba-tiba"
"Kalau begitu kita sama. Kau tahu, aku mendadak ada urusan dengan teman-teman se-group ku"
"teman-teman? Group apa?"
"Haha, tidak usah dibicarakan aku benci itu" jawabnya.
Aku kembali menelusuri setiap lekuk wajah cantiknya.
Dia meraih tasnya, dan berdiri. Aku mendongakan kepalaku.
"Aku pergi dulu ya, diluar sudah reda hujannya. Mereka sudah memberiku pesan singkat berkali-kali. Bye, Zayn" katanya sambil berlalu.
Setelah dia pergi, pesananku baru datang.
Pun aku menyesap kopi-nya, dan melamun.
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfiction{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]
