Our Feelings // Niall Horan

485 21 1
                                    

Seriring berjalannya waktu, aku tahu ini perasaan apa. Tidak mungkin, ini hanya sebuah perasaan mengaggumi tapi, ini lebih dari itu. Rasanya sangat tidak bisa ditafsirkan saat jantungmu mulai berdegup kencang ketika orang yang kau sukai lewat dihadapanmu sambil memainkan rambutnya yang terlihat semakin mempesona dari hari kehari, seakan kau tersihir dan tidak ingin melihat kearah arah lain. Cukup dirinya lah yang menjadi objek paling menarik dihatiku.

Ini cukup mengejutkan saat kutahu perasaan itu datang lagi, perasaan dimana saat jantungku berdebar kencang dan perasaan itu semakin jelas saat aku bertemu dengannya di kelas kimia kemarin. Apa lagi duduk bersamanya disatu jam pelajaran? Tidak ‘kah itu terasa menyiksa? Ditambah lagi suara debar jantung yang sama sekali aku tidak ingin dengar, aku hanya takut pria yang kemarin menjadi teman sebangku-ku mendengarnya. Sungguh terdengar konyol! Ini lah jatuh cinta, dan aku merasakannya sekarang.

“Fau, apa kau mendengarkan aku?” Tanya lelaki bernama Zayn Malik yang notaben-nya adalah sahabatku dari kecil.

Aku masih bertopang dagu, menatap Niall dari kejauhan sambil tersenyum konyol. Lagi-lagi, Zayn mendengus kesal karena tidak mendapat respon dariku. Entahlah, aku memang jarang bertemu dengan Niall, dan setiap kali ada kesempatan tentu saja aku tidak boleh menyia-nyiakannya! “Fau! Apa kau mendengarkan aku? Oh, tentu saja tidak.” Zayn bertanya sekaligus menjawab pertanyaannya, sedangkan aku tetap diam tidak bergeming menatap Niall dari kejauhan.

Dilihat Niall sedang melakukan dance seorang diri, diatas meja kantin yang membuat rasa penasaran dan sorak-sorai dari seluruh anak disekolah ini memusatkan perhatiaan pada Niall seorang. Aku mengernyitkan kening, untuk apa sih gadis-gadis jalang itu selalu mendekati Niall! Batinku, ya, aku sama sekali tidak pernah mendapat kesempatan untuk—berkencan dengan lelaki super populer itu, mungkin? Tapi, yah tidak ada salahnya ‘kan kalau aku berimajinasi?

Mataku masih menangkap dengan jelas setiap pergerakan Niall, iapun menajamkan penglihatannya. Gadis-gadis yang mengerubungi Niall membuat aku sedikit kehilangan kesadaran akibat rasa pusing yang kembali menyergapku tiba-tiba. Spontan, aku bangkit berdiri dan melangkah kearah Niall yang tiba-tiba jatuh dari atas meja, lelaki itu memegangi kakinya yang kelihatannya sangat nyeri. Pantas saja, Niall terlalu bersemangat sehingga ia tidak melihat-lihat sekitarnya.

Tanpa peduli pada sekitar, aku berjongkok disamping Niall dan memegangi lengannya. Lalu, dengan khawatir aku bertanya padanya, “Kau baik-baik saja? Aku akan mengantarmu ke ruang kesehatan—sekarang juga.” Tuturku sambil membantunya berdiri, aku tidak bisa berpikir jernih selain membawa Niall cepat-cepat keruang kesehatan. Aku dengar bisik-bisik dari gadis-gadis yang memakiku karena gerakanku yang spontan tadi, aku juga tidak memikirkan Zayn. Aku hanya ingin bersama Niall saat ini.

Saat sampai di ruang kesehatan. Suster Jessica langsung mengambil alih untuk mengobati Niall sementara aku tetap menunggu disebelahnya dengan sedikit cemas. Dengan cekatan, Suster Jessica mulai membalut luka memar dilutut Niall akibat jatuh tadi. Setelah selesai, ia membereskan kotak obat dan memandang kearah kami dengan tatapan menyelidik, tidak lama setelah itu tatapannya berganti menjadi tatapan penuh tanda tanya. “Kalian terlihat cocok bersama. Dan luka Niall hanya luka biasa, akan pulih secepatnya. Tulangnya juga tidak ada yang patah atau bergeser, jadi kau baik-baik saja, Niall Horan. Tapi, untuk beberapa hari ini kau tidak bisa berjalan dengan normal, kau butuh penyangga untuk kakimu.” Kata Suster Jessica sambil tersenyum.

“Ya, tentu. Terima kasih, sus.” Jawab aku dan Niall bersamaan. Aku menoleh kearahnya, dan ia membalasnya dengan mengedikkan bahu lalu tersenyum. Dirasa tidak ada yang harus ditangani lagi, Suster Jessica pergi setelah berpamitan dengan kami.

Keadaan kembali menjadi hening, sungguh. Aku tidak tahu harus berkata apa, mana lagi perasaan itu datang lagi. Perasaan dimana aku merasa tersihir ketika berada didekatmu, Niall. Dan itu sungguh, menyiksaku. Tidak bisa ‘kah kau menembakku sekarang juga? Astaga, kau bicara apa Fau, berhenti bersikap bodoh dan mengharapkan lelaki popular macam Niall. It’s impossible.

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now