Wherever You Are // Niall Horan

1K 69 14
                                    

Aku sangat kehilangan, seperti kehilangan separuh hatiku.

I'm half a heart without you. 

Aku berjalan sendirian menelusuri taman yang menyimpan semua cerita tentang kita, dimana kita bertemu dan pada akhirnya kita akan terpisah. 

Disini. Aku menginjakan kakiku lagi, ditaman yang penuh dengan memori-memori indah denganmu. Aku duduk menekuk lututku di rerumputan, tanganku mengelus rumput disekitarku. 

Ingat kah kamu, saat kita bermain di sini kau mengejarku dan aku mengejarmu. Lalu kau kalah, dan kau menggendong tubuh mungilku lalu sama-sama terbaring di rerumputan ini. 

Beberapa tahun yang lalu, tapi aku tidak pernah melupakan kau sama sekali. 

Dimana pun kau berada. 

Aku akan tetap mengingat kembali apa yang sudah terjadi diantara kita. 

Niall. 

Aku gemetar setiap memanggil namamu, kau tak kunjung datang. Tapi, dimana pun kau berada, aku tetap mencintaimu. 

Kemudian aku menangis, semua karenamu Niall. Hatiku rapuh dan kau pergi tanpa pamit kepadaku. Aku merasa ditusuk ribuan jarum pada tubuhku. Aku memanggil namamu dalam hati.

Dimana pun kau berada, 

Aku yakin kau dapat mendengarnya, mendengar suara hatiku. 

Entah berapa jumlah air mata yang ku buang karena mu, tapi aku tidak pernah perduli itu. Apalagi kau? 

Temui aku, walau itu hanya sekejap.

Temui aku, walau itu hanya bayanganmu.

Temui aku, walau itu hanya dalam mimpi. 

Dimana pun kau berada, 

Aku ingin mendengar suaramu lagi.

Menyanyikan sebuah lagu untukmu sambil memetik gitar kesayanganmu. 

Aku rindu sentuhan mu saat kau mengelus pipiku.

.

.

.

"Vio!" panggil seseorang, lalu Vio pun menoleh. 

"Ada apa sih?" tanya Vio kesal. 

"Kau bahkan belum mengerjakan pr-ku!" Detik selanjutnya wanita itu menampar Vio dan membanting buku tulis di meja Vio dengan kesal, lalu wanita itu pergi. "Kerjakan atau aku akan membunuhmu!" tambah wanita itu lalu menghilang dari pandangan Vio.

Sambil meringis kesakitan akibat tamparan, Vio dengan cepat mengerjakan tugas temannya itu, dia menyalin dari buku tulisnya sendiri. Setelah selesai, dia menaruh buku itu diatas meja temannya.

Dia sudah sering mendapat perlakuan seperti itu, tapi yang dillakukannya hanya diam tanpa membalas. Vio juga tidak pernah menangis karena itu, dia hanya menangisi seorang Niall. Vio berfikir percuma kalau dia menangisi seorang Jenessa yang selalu membully-nya. Sama sekali tidak berguna. 

Tapi apa menangisi Niall itu berguna baginya? Jawabannya tidak, karena Niall tidak kunjung kembali kepadanya. 

Vio keluar kelas dan menuju ruang musik, Vio memandangi piano yang sekarang ada dihadapannya. 

"Andai kau disini, biasanya kau selalu menemaniku dan mendengarkanku bermain piano. Tapi sekarang tak seorang pun mendengarkan aku bermain. Aku tahu aku payah Niall, tapi aku suka kalau kau menertawakanku ketika aku salah dalam memainkan alat musik indah ini. Kau terlihat lucu, dan sekarang aku merindukan tawamu" 

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now