Kau tahu, Harry.
Dulu aku sangat mencintaimu, dan begitu kau pergi aku merasa sangat terpukul karena kehilangan cintaku satu-satunya.
Kau tahu, Harry.
Dulu aku sangat mencintaimu, namun sekarang aku sangat menyesal karena penantian ini yang tidak ada ujungnya. Ya, aku berusaha untuk melanjutkan hidup sampai-sampai aku bertemu dengan dia. Dia yang merubah hidupku Harry, pernuh warna kembali. Dia yang menemaniku saat seharusnya kau lah yang berada disampingku, Harry. Aku buta, kau juga buta. Kita bahkan tidak tahu bagaimana hubungan kita sekarang ini.
Satu hal yang pasti, Harry.
Aku begitu muak dengan semua ini. Aku memilih berhenti untuk mencintaimu dan mulai membuka diri dengan dia. Harry, maafkan aku. Aku menyesal, kau menyesal. Ya, kita menyesal. Apa begitu mudahnya kau meninggalkan aku yang terpuruk disini Harry? Sungguh, aku tidak mengerti dengan kita.
Sekarang, Harry.
Tiba-tiba kau kembali kehadapanku lagi. Kau kembali dengan wajahmu yang penuh penyesalan, kau merusak hariku, Harry. Kau merusak hariku! Aku sedang bersama dia, dan tiba-tiba kau datang. Harry, ia sedang menyatakan cintanya padaku.
Kau kira kau ini siapa, Harry?
Kekasih? Ya, dulu.
Jangan pernah harap aku kembali lagi kedalam pelukanmu, Harry. Sudah banyak, kau sudah banyak meninggalkan luka dihati. Sampai sekarang, luka itu belum kering sepenuhnya namun kau datang kembali lagi.
Aku menatap tajam kearahmu, kemudian aku berkata pada Niall untuk menungguku dicafe tempat aku dan Niall meluangkan waktu dihari libur seperti ini.
Jantungku terasa mau lepas dari tempatnya. Bukan, ini bukan karena perasaan senang. Ini adalah perasaan benci yang ditujukan untukmu, Harry.
Setelah Niall pergi, kau mendudukan dirimu disebelahku. Aku sama sekali tidak menatapmu, untuk apa? Tidak, aku tidak akan jatuh lagi, camkan itu!
"Maaf atas semuanya, maaf karena aku meninggalkanmu."
"Apa kau puas sekarang, Harry? Apa kau puas melihatku menderita? Dan sekarang kau datang lagi, sungguh membuatku semakin benci padamu."
"Tolong jangan berkata seperti itu, aku hanya ingin memperbaiki kesalahanku dimasa lampau."
"Tidak ada yang perlu diperbaiki, Harry. Semuanya hancur sudah, kau sudah menghancurkanku. Kau sudah memberi bekas luka dihati, kau patahkan cintaku, Harry. Jangan harap aku bisa kembali padamu! Jatuh dipelukanmu, mencium bibirmu, bercinta denganmu. Jangan harap itu terjadi lagi!"
"Aku mengerti, kau sudah bahagia bersama ia bukan? Tidak, aku tidak ingin menghancurkanmu justru aku datang lagi hanya ingin memberitahumu kalau aku akan pergi."
"Pergi saja! Pergi yang jauh sekalian! Dan jangan datang lagi! Aku tidak membutuhkanmu, Harry. Aku juga tidak mencintaimu. Satu hal yang perlu kau tau bahwa aku akan bahagia hidup dengan orang lain."
"Itu maumu ya, bahkan tidak ada ucapan selamat tinggal untukku sekalipun. Kau sangat membenciku rupanya."
"Kau tidak butuh kata selamat tinggal, karena kerjaanmu hanyalah datang lalu pergi lagi. Buat apa aku mengatakan selamat tinggal kepadamu? Hanya membuang waktu dan tenagaku saja."
"Astaga, Kalyssa. Kau begitu membenciku rupanya."
"Terserah."
Terima kasih atas Niall karena sudah menolongku dari Harry. Ia datang membawakanku tiga ice cream berbeda rasa yang ada pada genggaman tangannya. Kemudian ia memberikanku satu, dan Harrypun ia beri. Ia begitu pria yang menyenangkan.
"Kau seperti ice cream, Kalyssa."
***
"Aku membenci diriku, Niall."
"Kalyssa, bukan sepenuhnya salahmu, okay?"
"Niall! Seharusnya aku mengucapkan selamat tinggal waktu itu."
"Benar. Penyesalan selalu datang diakhir. Hapus air matamu itu ya, kita akan pergi ke kedai ice cream setelah ini."
"Harry benar aku seperti ice cream. Ketika seseorang makan ice cream, rasanya akan sangat manis pada awalnya. Sama sepertiku, aku begitu manis saat dulu, aku begitu manis saat menjalani hari-hariku dengan Harry namun Harry menorehkan tinta hitam dan meninggalkan kesalahan yang fatal dan malah berujung pahit. Sama seperti ice cream, pahit rasanya saat diakhir."
Aku kembali memandangi pusara milik Harry. Membelai nisan milik Harry, lalu memberikan sebuket bunga diatasnya.
"Selamat tinggal, Harry. Maaf aku mengatakannya telat sekali, dan maaf aku begitu egois dan hanya memikirkan ego-ku saja."
Niall membantuku berdiri, ia merangkulku kemudian mengajakku ke kedai ice cream tempat biasa kami meluangkan waktu.
"Ada satu hal yang dulu tidak jadi kuberitahukan padamu." Kata Niall.
Ia memandangku lurus-lurus, mengambil tanganku yang menganggur diatas meja, lalu berkata "aku mencintaimu, maukah kau menjadi rumahku. Menjadi tempat pemberhentianku, menjadi tempat kemana aku pulang, menjadi sumber kebahagiaanku."
*
bODOH BANGET, ENGGAK BANGET DEH ITU DISAMA-SAMAIN SAMA ICE CREAM TAPI NYATANYA BEDA BANGET. HAHAHA. ENGGAK, INI CUMA ONESHOT AJA KOK GAK ADA HUBUNGANNYA SAMA FF-KU YANG JUDULNYA "ITS 2014" HAHAHA<3
p.s: judulnya gak banget yaaa. iya. :(
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfic{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]