Cinema // Niall Horan

798 34 2
                                        

Daripada tidak ada kerjaan dihari libur, aku memutuskan untuk pergi ke bioskop bersama Miley, sahabatku. Kemarin, saat jam makan siang, Miley memohon kepadaku untuk menemaninya ke bioskop dengan puppy eyes andalannya. Dia selalu berhasil dengan itu, aku gadis yang sangat tidak tega jika seseorang meminta bantuanku, akhirnya aku berkata 'iya' pada sahabatku itu dan berjanji akan datang kebioskop tepat pukul Delapan.

Aku melirik jam tanganku. Uh, aku hampir terlambat. Pun aku meraih tasku kemudian turun kebawah untuk sarapan bersama Maddie dan Dianna. Aku langsung mengambil tempat duduk berhadapan dengan Maddie dan membalik piringku lalu melempar senyum untuk Dianna. "Kau cantik, sayang." Kata Dianna sembari mencium kedua pipiku. 

Aku membalas dengan senyuman. Kuseret pandanganku ke meja makan, terlalu banyak lauk pauk hari ini. Biasanya, aku selalu membantu Dianna mempersiapkan sarapan, tapi karena aku telat bangun. Aku hanya terima beres. Pun aku tertawa kecil karena pikiran bodohku itu. 

Setelah itu, Dianna mengambilkan nasi untukku dan Maddie; adikku. "Kalian harus makan yang banyak, oke?"

"Mom, aku tidak ingin program dietku gagal lagi." sahut Maddie sambil tersenyum kecut. 

"Apa? Kau diet? Yaampun, Maddie kau masih terlalu kecil untuk itu." semprotku. 

Itu gila, dia hanya seorang anak kecil, mengapa harus ada program diet? Padahal, tubuhnya juga ideal untuk anak seumurannya. Dasar...

"Sayang, itu tidak perlu. Aku sangat bersyukur karena aku yang menggagalkan program diet mu itu. Yasudah, its time to eating baby." 

Aku terkekeh dan meneruskan acara makanku. Aku sedikit mempercepat mengunyah makananku karena tidak ingin Miley menceramahiku karena hanya telat semenit saja. Dianna memelotiku sejenak, lalu aku langsung menaikan bahu. Setelah makanan yang ada dalam piringku lenyap, aku menuju wastafel untuk mencuci piring. Sedangkan, Dianna hanya menggeleng melihat kelakuanku.

"Mom, aku sudah ditunggu Miley. Aku pergi dulu. Bye." ucapku seraya mencium pipi Dianna dan Maddie secara bergantian, kubuka kenop pintu dan langsung berlari kecil. 

"Be careful, honey." Sempat kudengar perkataan Dianna, tentu aku selalu hati. 

Setelah lumayan jauh dari rumah, aku memelankan langkahku dan berjalan dengan santai, menuju bioskop yang berbeda beberapa blok dari tempat tinggalku. Kulihat Ms. Lily yang sibuk memberi makan kucing-kucingnya, pun aku melambaikan tangan kearahnya dan tersenyum. "Diva, mari mampir. Kucingku menginginkanmu." katanya.

"Mungkin lain waktu, aku harus pergi." kataku dengan nada tingga. Maklum, dia kan orang tua. Kata para tetangga, Ms. Lily mempunyai gangguan jiwa, tapi aku tidak percaya. Aku sering mampir kerumahnya, dan dia selalu memberiku cupcakes lezat buatannya. Dia wanita yang sangat baik. 

Miley melambaikan tangannya kepadaku, aku membalasnya dan berlarian kearahnya. "Aku kira kau tidak datang, hft aku sudah menunggumu lama sekali. Lihat aku bawa siapa!" semprot Miley sambil melirik pria yang sedang menyender pada tiang lampu tidak jauh dari kami.

"Maafkan aku. Hei, aku baru telat lima menit." kataku sambil melirik jam tanganku. 

Miley menaikan bahu, dan membawaku -paksa- kearah pria berambut blonde itu. "Niall, like i said before, she is Diva . Diva, he is Niall." 

Aku menjabat tangan Niall seraya menyerukan namaku, sebaliknya juga begitu. Kemudian, kami masuk kedalam bioskop dan memilih film yang cocok. Miley terus berceloteh tentangku ke Niall, apa sih maksudnya? Aku tahu, sudah lima bulan menjomblo. Oh jangan-jangan, dia ingin......

Astaga...

Tapi, kalau memang benar Miley ingin aku dekat atau malah berpacaran dengan Niall, itu sangat tidak mungkin. Niall memang baik, tapi tidak denganku. Tak jarang, dia melirikku dengan tatapan sinis. Miley berbisik kepadaku, "Dia pria baik-baik kok, nanti kalau kalian sudah kenal aku yakin kau akan menyukainya." 

Aku melototinya dan menoyol kepalanya. Lalu, kami berdua tertawa panjang. Sesudah mengantri tiket, Niall lah yang memilih filmnya. Well, bisa dibilang seleranya tidak buruk. 

Selama film dimulai, tidak ada dari kami yang berbicara. Sebenarnya, aku sangat malas menonton film dengan genre romantis. Ya, ya, ya aku sebal karena si pemeran utama yang menurutku sangat lebay karena kata-kata romantisnya. 

"Ew, berlebihan banget sih. Udah mati malah ditangisin." celotehku saat diakhir film. Niall yang disebelahku menoleh ke arahku dengan pandangan...hm bingung mungkin? "Apa lihat-lihat!" omelku. 

"Kau lumayan saat marah." katanya. "Will you be my girlfriend, Diva?" 

Aku terbelalak saat mendengarnya. Apa-apaan dia, bukankah kami baru bertemu setengah jam yang lalu. Astaga, dia kurang waras. 

"Kau gila." ujarku sambil setengah berbisik. Miley masih terus fokus dengan film-nya.

"Ya, mungkin. Aku gila karenamu. Jawab aku! Mau tidak jadi pacarku, banyak loh yang mengantri tapi kau malah mengataiku gila."

Pun aku terkekeh mendengarnya. "Hm, baiklah."

"Jadi kau pacarku ya?"

"Iya, bodoh." 

......

Aku kembali tertawa karena mengingat pertama kali aku dan Niall bertemu. Dia sangat tidak romantis, tapi itu yang membuatku langsung menyukainya. Sudah 2 tahun aku berpacaran dengannya dan sekarang aku sudah siap dengan semuanya.

"Apa kau siap sayang? Sebentar lagi kita akan menjadi suami istri." Tiba-tiba Niall datang dan memeluk dari belakang sang tunangan. 

Niall melepaskan pelukannya, dan mengulurkan tangannya. "Ya, sangat siap. Aku hanya mengingat waktu pertama kita bertemu."

Aku menerima uluran tangannya, detik selanjutnya dia terkekeh. "Itu bodoh, tapi aku bersyukur karena pada saat itu aku menurut akan perkataan Miley dan kita bertemu. I love you, Diva."

"I love you too, Niall."

Dan pernikahan kami pun, berjalan dengan lancar dan penuh kebahagiaan. 

.......

DIPAA SAYANG, MAAF LAMA JADINYA HEHE.SUKA GAK? ENGGAK, YAUDAH HEHE GADENG. ADUH INI ABAL BANGET, MAAFKAN DAKU DIPAAAA. 

fatma x 

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now