Aku tidak kuasa saat melangkahkan kakiku digereja. Menatap ke sekitar, ramai namun tenang. Tidak ada yang suara bising, semuanya menunggu sang pasangan pengantin tiba. Akupun memilih tempat duduk di barisan kelima, mungkin seharusnya memang agak jauh sebab aku tidak ingin tiba-tiba mereka melihatku menangis saat mereka mengucapkan janji suci.
Aku meremas gaun pendekku, sungguh, aku tidak ingin menangis dan melunturkan make up-ku. Ya, tuhan… aku tidak pernah menyangka bahwa aku datang kesini. Di acara pernikahan sahabatku sendiri dan juga, dia.
Mengapa segitiga itu ada? Demi tuhan, hatiku terasa sesak untuk menerima kenyataan yang ada. Melihat dia dan sahabatku sendiri, berjalan di altar dan mengucapkan janji suci. Aku mendongakkan kepala, sebab sedari tadi aku menunduk terus.
Disana. Ya, ia sudah lengkap dengan tuxedo-nya. Menunggu sang mempelai wanita datang, dan setelah itu mereka menjadi sepasang suami istri yang sah. Demi tuhan, aku ingin pergi sekarang juga. Jantungku serasa ingin lepas dari tempatnya ketika dia menatapku dengan tatapan yang aku sendiri tidak bisa artikan. Apa artinya tatapan itu?
Piano mengalun, mengeluarkan nada-nada nan indah mengiringi sang mempelai wanita berjalan di altar. Ia menoleh kearahku, akupun mengangguk seakan membalas tatapannya bahwa ia sangat takut atau gugup.
Aku mengigit bibir bawahku, mencengkram kuat gaun-gaunku. Aku tidak bisa, sungguh, aku tidak bisa melihat semua ini…
Sang pendeta mulai berbicara. Pertahananku runtuh seketika, akupun beranjak dari tempatku dan berlari menuju ke luar gereja. Demi tuhan, aku tidak sanggup melihat orang ku cintai menikah dengan orang lain. Aku tidak sanggup…
“Wilda!”
Seseorang memanggilku. Oh, itu suaranya. Mengapa ia ada diluar gereja? Mengapa harus ia mengejarku? Ya tuhan, bunuh aku sekarang juga.
“Wilda! Aku mohon!”
Aku bahkan tidak berani menoleh. Aku tetap melangkah perlahan sambil menahan isak tangisku yang semakin pecah, “Hei. Jangan menangis..” Suaranya sangat pelan, dengan gerakan perlahan ia memutar tubuhku kemudian meremas bahuku. “Aku percaya suatu saat nanti kita bisa bersama, walaupun bukan di dunia ini. Kau tetap satu-satunya, Wilda. Kumohon, jangan lukai dirimu karena aku. Pernikahan bukanlah suatu hal yang penting untukku. Melihatmu tersenyum dari kejauhan saja, sudah membuat aku senang bukan main. Jangan sia-siakan air matamu demi aku, aku yakin kau pasti menemukan orang yang terbaik selain aku. Wilda, aku mencintaimu.”
Hatiku mencelos ketika mendengar pernyataannya. Ia mencintaiku tapi ini sudah menjadi kesepakatan bahwa ia takkan memilihku, aku merelakannya demi sahabatku sendiri. “Masuklah ke dalam, Louis. Mereka menunggu mempelai pria.” Aku berusaha tersenyum tapi mengalihkan pembicaraan.
Louis mengangguk kemudian mencium keningku, lama. “Mungkin ini akan menjadi yang terakhir, Wilda. Tapi, kuyakin suatu saat nanti kita bisa bersama. Jaga dirimu baik-baik sementara aku akan ke dalam dan menuntaskan semuanya.” Katanya. Aku tidak lagi menangis, meskipun masih terisak-isak.
Tidak ada jawaban lagi dariku, Louispun menatapku lama dengan pandangan seakan tidak ingin melepasku tapi ia harus. Ralat, kami harus. Iapun masuk kedalam gereja. Aku sendiri tidak tahu harus apa selain menjatuhkan tubuhku ke tanah dan menangis dalam diam. Aku sendiri tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku. Semua rasanya kaku, bahkan aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Ini sungguh berbahaya, aku harus pergi dari sini namun, aku benar-benar tidak bisa. Ya tuhan, mengapa bisa aku menangis lagi?
“Wilda, kau baik-baik saja?”
Aku mendongakkan kepalaku, mendapati Liam Payne, temanku yang juga datang diacara pernikahan ini. “Wilda, aku tahu apa yang kau rasakan. Sudahlah, semuanya akan baik-baik saja, aku ada disebelahmu.” Tanpa basa-basi lagi, Liam memelukku.
Seharusnya, aku harus bisa menerima semuanya dan merelakan semuanya. Serta, membuka lembaran baru untuk orang baru selain, Louis.
* * * *
WILDAAA, MAAF LAMA YAA:( AH YA, KAMU APA KABAR? KITA JARANG NGOBROL BTW. GOODLUCK BUAT UN-NYA YAAA! ANGGEP AJA INI BUAT PENYEMANGAT UN LOLZ.....
fatma xx
PLEASE VOMMENT ILY (:
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfiction{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]