3. Muzzy

6K 222 4
                                    

"I promise you there will come a day"

Butterfly Fly Away
-Miley Cyrus-


❄❄❄


Kejadian tiga hari kemarin sempat membuat Nefertiti syok berat. Ia tidak menyangka kenapa Ibu Kandice mau menerima Edsel sebagai suaminya, padahal kelakuan pria itu sungguh memalukan. Ia selama ini sudah benar karen tidak menganggap Edsel sebagai ayah angkatnya, mana ada ayah macam itu.

"Baiklah Dav, jangan lupa kabari aku. Sampai jumpa"
Ucap Nefertiti sebagai kalimat penutup.

Ia menghembuskan nafas berat, badannya terasa pegal dan kaku, Nefertiti beranjak dari kursi kerja dan berpindah tempat di sofa putih yang tidak jauh dari meja. Ia menyandarkan punggungnya pada tumpukan bantal pink pastel yang berjajar rapih, ia melirik wall sticker hitam berpola peta dunia, tertempel hampir empat note berwarna pink di sana, tandanya akan ada tiga negara lagi yang harus Nefertiti kunjungi untuk tiga bulan kedepan. Melelahkan beraduk menjadi satu dengan kesenangan.

TokTok

Suara ketukan pintu terdengar, dengan malas Nefertiti melenggang menuju pintu, saat dibuka asistennya tengah berdiri tegap, nampak sosok pria yang berdiri tidak jauh di belakang asistennya itu, tapi wajahnya tidak terlihat dengan jelas.

"Ibu Nefertiti ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda"
Ucap si asisten menyampaikan maksud.

"Siapa? "
Tanya Nefertiti menautkan alisnya penasaran.

Si asisten melangkah kesamping menampakkan tubuh seseorang yang ingin menemui Nefertiti. Sedetik kemudian manik coklat Nefertiti terbelalak karena sosok pria menyebalkan berdiri di hadapannya dengan lagak yang angkuh dan terkesan menyepelekan

"Silakan masuk"
Ucap Nefertiti mempersilahkan.

❄❄❄

Nefertiti.

Kenapa pria ini berani-beraninya datang ke kantorku, apakah ia tidak ingat tiga hari lalu mulut kotornya itu melontarkan sebutan yang sama sekali tidak pantas untukku.

"Jadi Mr. Edsel, apa tujuan Anda menemui saya? "
Aku berucap senormal mungkin, berusaha meredam rasa kekesalan yang tengah berevolusi menjadi amarah.

Edsel tidak langsung menjawab, ia malah sibuk memandangi tiap sudut ruanganku. Senyum miring tercetak jelas dibibirnya.

"Ruanganmu lebih mirip tempat penjemuran pakaian dalamku, panas sekali disini"
Pria itu berucap sambil meraih sebuah buku kecil dan mengibaskan buku itu ke wajahnya.

Apakah matanya tidak melihat dua buah AC yang terpampang jelas disana, dasar tidak jelas. Aku masih memandangi wajah pria menyebalkan itu, berusaha agar ia tersadar karena aku tengah menanti kalimat tujuan yang terucap dari mulutnya itu.

"Jadi tujuanku kesini tentang sebuah perjodohan lebih tepatnya"
Ucap pria itu enteng tanpa beban.

"Jadi apa hubungannya dengan saya?"
Aku masih bingung dengan apa yang diucapkan Edsel.

"Nefertiti Odelina, kau harus menerima perjodohan itu. Harus"
Edsel langsung berbalik menatapku tajam, ia melangkah mendekati kursiku.

On My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang