12. New Things That I Feel

4.1K 141 0
                                    

"Kita telah mulai, meskipun salah, aku tahu.
Aku tidak ingin merasa sendiri"

18
-

One Direction-


❄❄❄

Nefertiti.

Coba lihat siapa wanita anggun dengan body yang bisa di bilang idaman semua wanita itu? Dengan gelagat aneh ia berdiri dihadapanku. Melihat rambut blonde nya saja bisa membuat darahku berdesir karena mengingat perlakuan ayahnya itu yang menyebalkan.

"Selamat siang Kak Nef"
Sapa gadis itu dengan senyum tipis menghias bibirnya yang terpoles dengan lipstik ungu ngejreng.

"Laurel benar? Ada perlu apa mencariku, dan sebenarnya aku tidak punya waktu lama karena sebentar lagi aku harus ke kantor"
Ucapku acuh tanpa memandang wajah menyebalkannya itu.

Ia terdiam mengelur waktu yang tidak penting saja menurutku. Tumben sekali ia datang kerumahku, atau jangan-jangan Edsel menyuruh anaknya ini untuk merencanakan sesuatu yang licik untukku? Sungguh tidak dapat dipercaya.

"Aku ingin minta maaf"
Gadis itu berkata lirih dan menundukkan kepalanya.

Sedangkan aku tertegun setelah rangakaian kata itu telah masuk ke telingaku. Apa yang Edsel rencanakan sebenarnya? Apakah ia juga tega memperalat anaknya ini untuk menjalankan rencana licik yang memang sudah melekat di dalam otak pria itu.

"Untuk?"
Tanyaku lagi memastikan. Kali ini aku berbicara dengan nada yang tidak terlalu ketus dari sebelumnya.

"Untuk rencana pernikahan yang ayah paksakan. Yang pastinya sangat memberatkanmu"
Laurel maju selangkah mendekatiku. Sorot matanya menatapku penuh permohonan, dan sedari tadi aku perhatikan gadis itu memiliki kebiasaan menggigit bibir bawahnya jika dalam keadaan gugup.

"Biarkan aku menjelaskan ini semua Kak Nef"
Mohon Laurel terus mendesakku.

Aku membiarkan waktu berjalan meninggalkanku dalam suasana yang membingungkan ini. Aku tidak sepenuhnya percaya pada Laurel atas semua ucapannya. Ada kata-kata didalam hatiku yang menyeruak agar aku tidak menghiraukan ucapan gadis itu, namun di sisi lainya otakku juga ikut terdorong oleh rasa penasaran yang membanjiri benakku. Dan disini aku lebih memilih pada kata-kata hatiku. Lebih baik aku meninggalkan Laurel dari pada nantinya aku malah ikut masuk perangkap kedua yang Edsel buat.

Saat kakiku sudah melangkah cukup jauh meninggalkannya yang masih berdiri mematung tanpa alasan disana, dengan gerkan cepat Laurel meneteskan air matanya dengan lancar. Tunggu. Dia terisak. Tapi itu tidak membuatku berbalik langkah menghampiri gadis berambut blonde itu, aku tetap berada dalam pendirianku. Dengan gerakan cepat mobil ferrari merah yang sekarang aku tumpangi bergerak perlahan meninggalkan rumah.

❄❄❄

Gemerlap lampu kota yang bertaburan menerangi perjalanan malam yang sunyi kali ini. Hanya suara penyiar radio yang mengizinkan pendengarnya untuk meminta request lagu yang akan disiarkan nantinya.

Pria bermanik hijau itu juga enggan mengucapkan sepatah kata untuk melenyapkan suasana sunyi ini, apalagi gadis yang memakai dress berbahan denim itu juga ikut bungkam tak bersuara. Gadis bermanik gelap itu hanya sesekali mendongka dan memandang gedung pencakar langit yang berjajar dari balik kaca mobil untuk mengetahui seberapa tinggi gedung itu.

On My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang