9. Past Memories

4.6K 158 0
                                    

"No words can explain, the way I'm missing you "

Lay Me Down
-

Sam Smith-


❄❄❄

Nefertiti.

Aku membawa sekantung pupuk organik yang ibu minta. Hari ini Carlen menginformasikan karyawannya untuk pulang lebih awal, karena saat malam nanti beberapa CEO yang berkerjasama dengan perusahaan Cetta. Corps akan mengadakan rapat dadakan di ruang kantor, dan pastinya sebagai direktur marketing aku harus siap sedia di sana. Aku menurunkan sekantung pupuk yang beratnya hampir 2kg dengan hati-hati. Antisipasi jika kakiku nanti tertimpa.

"Nef tolong ambilkan cetok di pos satpam"
Perintah ibu yang masih berkutat dengan bunga yang tergolong langka, yaitu bunga wijaya kusuma.

Bunga itu sendiri sudah ada sejak aku masih kecil, dan bunga itu menyimpan banyak kenangan buatku. Aplagi tentang ayah. Aku masih ingat malam itu, malam di mana ayah menunjukan suatu yang hebat menurutku, hal yang bagiku ajaib dan belum pernah kulihat sebelumnya.

Tubuh kecilku berusaha menggoyang-goyangkan seorang pria paruh baya yang sedang terduduk di meja kerjanya.

"Ayah aku tidak bisa tidur"
Keluhku pada ayah.

Ayah membalikan kursi kerjanya dan menatapku sedikit membungkuk. Betapa pendeknya tubuhku saat itu.

"Nef ini hampir tengah malam dan kamu belum tidur. Ayo ayah antar kekamar"
Tutur ayah lalu beranjak dari kursi. Ia menggendong tubuhku bagaikan selembar kapas. Tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya.

"Tapi ayah percuma..., aku tidak bisa tidur"
Rengekku melingakrkan tangan dileher pria paruh baya yang menggendongku saat ini.

Ayah terdiam sejenak. Tiba-tiba ia bukannya berjalan menuju kamarku melainkan berjalan keluar dari rumah. Ayah membawaku ke Taman depan. Aku tidak protes atau bertanya mengapa ayah membawaku ketaman.

"Lihat bunga itu"
Perintah ayah menunjuk kuncup bunga berwarna putih ke-pinkan, ia lalu menurunkanku di kursi taman.

Aku melihat kuncup bunga yang tidak kuketahui namanya itu dengan seksama. Tidak ada yang menarik dari bunga itu sampai perlahan-lahan kuncup bunga itu mulai membuka kelopaknya yang lumayan besar dari bunga lain, mungkin sebesar telapak tangan ayah. Hingga kelopak bunga itu mekar sempurna, bau wangi perlahan menguar. Aku menarik nafas dalam untuk mendapatkan aroma wangi bunga lebih kuat.

"Ayah bunga apa itu?"
Tanyaku penasaran.

"Itu namanya bunga wijaya kusuma. Bunga itu mekar pada bulan-bulan tertentu, dan ada jamnya, yaitu tengah malam, baunya juga sangat harum. Tapi sayang bunga itu akan layu menjelang fajar nanti"
Ujar ayah penuh semangat menjelaskannya padaku.

"Nef cepat ambil cetoknya, ngelamun terus"
Cecar ibu mengembalikanku ke dunia nyata.

Dengan malas aku menyeret kakiku menuju pos satpam. Gesekan antara sendal karet dan permukaan paving rumah terdengar keras memekakan telinga, kemudian aku memberikan cetok yang ada di genggamanku ke ibu, dan saat itu mataku kembali menatap kuncup bunga itu, untuk kesekian kalinya ingatanku kembali mengenang tatapan lembut ayah, dan sebuah perasaan rindu tak tertahankan dalam diriku.

On My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang