20. False Hope

3.6K 131 2
                                    

"Don't ever wanna see things change"

Please Don't Go
-Joel Adams-

❄❄❄

Harry.

"Leyna. Sudah lama menunggu?"
Tanyaku sambil menarik kursi yang ada dihadapannya.

"Tidak. Jadi apa yang ingin kamu bicarakan? Aku tidak punya banyak waktu"
Ucap Leyna tampak ketus.

Aku mengambil nafas dalam. Berharap yang aku katakan tidak membuat Leyna sakit hati ataupun membuat air matanya turun.

"Jadi... Kemarin Nefertiti sudah menceritakan semuanya padaku. Tentang malam itu, dimana kalian berdua menangis bersama"
Aku terkekeh. Tidak bisa membayangkan apa jadinya jika dua orang wanita menangis bersama, dan itu semua karenaku.

"Tentang pernikahan kalian rupanya. Apa yang perlu dijelaskan? Itu semua hak kalian, kenapa aku disangkut pautkan di sini?"
Leyna berucap tenang, namun satu yang aku tahu, ada ketakutan tersembunyi di balik matanya. Ketakutan tentang rahasia yang terbongkar.

"Apa aku harus bicara terus terang bahwa kamu pernah menyukaiku?"
Ucapku pada akhirnya.

Tampak keterkejutan terlihat jelas di wajah Leyna. Air mukanya berubah menjadi pucat pasi. Bahkan mata wanita itu tidak berani menatapku, ia mengalihkan pandangan menatap segerombolan ikan yang berenang bebas di aquarium.

"Aku menghargai perasaanmu Ley. Aku berterimakasih padamu karena telah menempatkanku menjadi orang yang istimewa di hatimu. Tapi maaf aku tidak bisa membalas itu. Maafkan aku"
Aku berterimakasih sekaligus meminta maaf kepada Leyna yang masih malas untuk menatapku.

Akhirnya Leyna memaksa untuk mengangkat wajahnya dan menatapku nanar. Matanya dipenuhi desakan cairan bening yang perlahan bergerak memenuhi pelupuknya.

"Yah... Mungkin semua ini aku yang salah. Kenapa aku berani-beraninya menaruh harapan bahkan perasaan padamu. Walaupun pada dasarnya aku tahu bahwa itu akan membawa resiko besar untukku"
Leyna sukses menitihkan air mata yang sudah sekuat tenaga ia sembunyikan.

Leyna tersenyum aneh menatapku. Menertawakan hal yang sama sekali tidak lucu. Kedua tangan Leyna beranjak kasar menghapus jejak-jejak cairan bening itu dari pipinya. Ia menahan nafas sejenak sebelum akhirnya membuang kasar udara itu.


"Aku tidak bisa menyalahkan perasaanmu untuk ini. Cinta datang dengan tiba-tiba tanpa terlebih dahulu melihat kuantitas bahkan kualitas orang yang ia hinggapi. Kita bahkan jarang bertemu kan? Tapi kamu sudah menyimpulkan kalau kamu mencintaiku"

"Aku bolak-balik ke kantormu. Mencari keberadaanmu. Mengkhawatirkan kamu setiap malamnya. Suaramu selalu terbayang indah dalam tidurku. Apa itu belum membuktikan kalau aku mencintaimu?"
L

eyna menangkup wajahnya frustasi. Wanita berambut cepak itu menahan isakannya walaupun tidak bisa sepenuhnya tertahan. Aku bisa melihat bahu Leyna terguncang, begitu juga dengan nafasnya yang tersengal-sengal.


"Aku menghargai perasaanmu... "
Untuk kedua kalinya aku mengucapkan kalimat itu.

On My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang