32. Some Poetry

3.9K 107 0
                                    

"There's nothing that I won't do
Just to make you love me"

My Gospel
-Charlie Puth-

❄❄❄

Nefertiti.

Aku menghampiri Harry yang duduk terdiam di kursi taman. Jari-jari tangannya kerap kali mengetuk-ngetuk meja dengan nada asal, tatapan Harry nampak kosong walaupun arah tatapannya terarah pada segerombolan bunga lily.

Aku lalu mengelus helaian rambutnya yang berterbangan terbawa angin kebelakang, ia memejamkan mata lalu mengelus kedua tanganku yang berada di atas kepalanya. Aku memutuskan untuk duduk disebelah Harry dan memandangi wajahnya di bawah sinar sore matahari, saat kedua kelopaknya terbuka perlahan manik jade green itu nampak cerah menatapku.

"Ada apa dengan wajahmu?"
Tanyaku mengelus sebelah pipinya. Kedua sudut bibir Harry tertarik, membuat suatu gerakan yang bisa aku rasakan di telapak tanganku.

"Maksudmu wajahku tambah tampan?"
Ucap Harry menarik turunkan alis dengan nada menggoda.

"Iya memang kamu tampan karena kamu laki-laki Harry, mana mungkin ada laki-laki cantik"

Harry terkekeh sesaat. Kami terdiam. Menikmati semilir angin kencang yang tengah menerbangkan sebagian besar rambutku, mengikuti arah gerak angin. Kelopak mataku terpejam, merasakan setiap sentuhan yang Harry berikan pada rambutku lalu merayap hingga pipiku.

"Ayo masuk. Anginya terlalu kencang"
Tutur Harry menarik lembut tanganku.

"Aku mau di sini sebentar"
Tolakku melepas lembut tangan Harry.

Dengan itu Harry meninggalkanku sendirian dikursi taman, namun baru selang beberapa menit Harry kembali dengan membawa selimut tebal sekaligus segelas teh papermint hangat di tanganya. Harry menyelimuti ku dengan selimut yang ia bawa lalu ia menyerahkan segelas teh papermint hangat padaku.

"Apa yang aku sebut dengan angin akan selalu berbeda jika itu ada kaitannya dengan pelajaran IPA"

Aku menatap Harry dengan diam. Menagih sebuah teka-teki yang ia singgung soal angin, Harry menatap kearahku sejenak sebelum kembali menatap danau buatan yang terletak di samping rumah.

"Angin itu seperti sebuah elemen penguji setiap kekuatan mahkluk hidup yang ada di dunia. Angin bekerja dengan lembut ataupun kencang dengan keistimewaan yaitu tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan, ia akan menggugurkan siapapun yang tidak lagi memiliki kekuatan untuk bertahan. Ia bisa dikatakan sebuah cobaan yang terkadang membuat kita berada diatas ataupun hanya terus menetap di tanah"
Harry menyandarkan punggungnya. Ia menatap selimut yang merosot dari pundakku lalu membenahi letak selimut itu.

"Kadang cinta disampaikan seperti angin. Cinta terkadang tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan oleh kedua peran yang bisa membawanya melambung, atau hanya satu peran yang membuat kita hanya menetap di satu tempat dengan suasana membosankan"

"Kenapa kamu menilai cinta dengan kalimat serumit itu? Mungkin beberapa orang akan menghabiskan bermenit-menit untuk menafsir maksud tersiratmu"
Aku menopang kepalaku disebelah tangan dengan tatapan tertuju pada Harry.

"Karena bagiku cinta yang sempurna itu tidak memiliki siklus yang berulang. Burn, break, crash, explode. Aku menghindari itu. Aku bukanlah orang yang mudah jatuh cinta Nef, mungkin saja karena aku berpikir terlalu rumit soal cinta"
Harry menopang kepalanya dengan sebelah tangan lalu menatap kearahku.

On My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang