4. Agreement

5.8K 215 3
                                    

"I gotta a heart and I gotta a soul
Believe me I wanna use them both"

18
-One Direction-


❄❄❄


Setelah mendapat panggilan telepon dari salah satu asisten yang bekerja di rumahnya, Nefertiti berjalan tergesa-gesa meninggalkan bandara. Pikiranya mulai berkecamuk. Ia berlari membelah lautan padat manusia, tidak peduli beberapa orang meneriaki nama Nefertiti karena tubuh mereka yang tertubruk.

Pintu gerbang coklat rumahnya tertutup rapat, namun setelah gerbang coklat itu terbuka satu mobil polisi ditambah mobil ambulans putih dengan sirene berbunyi sudah terparkir rapih di halaman rumah megah Nefertiti. Selang beberapa lama tim medis membawa seorang wanita paruh baya yang tidak sadarkan diri dengan banyak luka disekujur tubuhnya. Dada Nefertiti sesak melihat wajah pucat pasi wanita itu, darah merah segar terus bercucuran tiada henti bagaikan keringat yang mengalir.

"Ibu!"
Pekik Nefertiti berlari menuju segerombolan tim medis itu.

"Ibu Nediva bangun ibu!"
Rintih Nefertiti mengguncang tubuh Nediva yang sama sekali tidak bergerak. Nafasnya tercekat, seakan oksigen yang ada di bumi ini sirna bersamaan dengan angin yang berhembus.

Nefertiti membelalakan mata, ia hanya melihat ukiran langit-langit kamar tidur. Ternyata ini hanya mimpi. Ia bangkit dari tidurnya, menetralkan nafas yang tersengal-sengal, keringat masih mengucur deras dari kulit Nefertiti.

"Mimpi macam apa aku barusan?"
Gumam Nefertiti mengacak rambut frustasi.

Ia melirik jam dinding. Masih pukul 03.00 WIB. Gara-gara mimpi tadi Nefertiti tidak bisa memejamkan matanya dengan tenang, pikiran gadis bermanik coklat itu berjalan-jalan kesana kemari, menafsir mimpi yang barusan menimpanya.

"oh ya! Aku akan menunggu jawabanmu selama empat hari, kalau tidak dua orang yang kau sayangi akan lenyap tanpa jejak"

Tiba-tiba Nefertiti mengingat ucapan Edsel yang berputar-putar di benaknya. Ia semakin bingung atas keputusan yang harus ia ambil. Empat hari bukanlah waktu yang lama untuk memikirkan jawaban dengan resiko seberat ini, apalagi nanti siang ia harus berangkat ke Irlandia. Jika Nefertiti harus menjawab "iya" maka sama saja dengan mempertaruhkan masa depannya, menikah dengan seorang pria yang tidak tahu jelas bagaimana asal usulnya, tapi jika ia menjawab "tidak" maka dua orang yang ia sayang akan pergi. Tapi dua orang itu siapa? Nefertiti mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan dari sela mulutnya yang terbuka.

"Ayah apa yang harus aku lakukan"
Rintih Nefertiti kepada sang ayah. Yah... Walaupun ia sendiri tahu, bahwa ayahnya tidak akan pernah menjawab rasa kegundahan dalam diri Nefertiti.

❄❄❄

Nefertiti.

Jam sudah menunjukan pukul 07.00 pagi, namun bokongku belum geser sama sekali dari tempat tidur, kepalaku terasa pening. Apa aku harus cerita kepada ibu? Mungkin dengan itu ibu bisa membantuku.

"I-ibu"
Panggilku kepada ibu yang tengah sibuk dengan irisan wortelnya.


Ibu meletakan pisau dan berbalik menghadapku. Ada sedikit perubahan di manik mata coklat ibu yang meneduhkan, ia menatapku penuh tanya. Aku menarik nafas.

On My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang