11. Hafalan Quran

3.8K 376 146
                                    

Serial HAMASSAAD - 11. Hafalan Quran

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 13 Desember

Uniessy saying : Kenapa part ini dirilis, untuk MEMPERJELAS yang kudu jelas HAHAHAHA (yang baca novelnya pasti paham ><) Ah! Urang kudu kumaha ieu tah? .-.

-::-

Langit sudah mulai gelap ketika mereka sudah memasuki Jakarta. Hamas merilekskan duduknya yang sejak tadi kaku karena kehadiran Mutia yang duduk di antara Hanun dan Yaritsa. Perjalanan kembali dari Bandung ini sungguh terasa lama dan agak bikin gerah. Hamas total gelisah. Dia jaim-jaim gimana gitu di depan Mutia, secara dia ngeri kalau salah-salah ngomong nanti jadi bad image di depan gadis itu.

"Eh, Muti," suara Hanun terdengar, mengisi kesunyian mini cooper milik Hamas, "aku bingung deh, kenapa kalau hafalan nih ya... kan udah hafal lima ayat, besokannya lima. Lah yang lima kemarin ngga tahu ke mana? Nae kudu eottokhae?"

Hanun nyerocos, curhat seenaknya sama Mutia. Yaritsa yang tadinya hendak kembali tidur, membatalkan niatnya begitu mendengar Hanun membahas hafalan. Sementara dua lelaki di depan berdiam. Saad tertidur dan Hamas mengendarai mobil dengan telinga terpasang baik.

"Kok gitu, Teh?" tanya Mutia pada Hanun, sebelum beralih ke Hamas. "Kak Hamas, browniesnya aku makan lagi ya?"

"Hah? Oh, iya, abisin juga ngga apa-apa..." sahut Hamas gugup. "Santai."

"Aku mau dong," Yaritsa menggerakkan tangannya, mengambil sepotong brownies dari sana.

"Jazakallaah khayran," kata Mutia, lalu melahap sepotong brownies dengan iringan jawaban waiyyakum dari Hamas. Hanun ikutan mengambil sepotong setelah Yaritsa mengambil juga barusan.

"Ya gitu, Mut..." Hanun rada keki. "Metode apaan sih yang asik buat hafalan gitu? Kamu mah juz 30 aja ngebut. Udah mau selesai. Mana nilainya sembilan semua..."

Hanun pasang tampang lesu. Hamas melirik spion tengah, mendapati Mutia masih sibuk mengunyah brownies.

"Mutia pasti ngga suka dengar musik ya?" tanya Yaritsa. "Aku sering dengar tuh bahasan tentang musik. Katanya musik dan Islam itu dua hal yang bertentangan. Ngga akan bisa nyatu."

"Hehehe," Mutia nyengir unyu. Yaritsa dan Hanun tertawa.

"Seriusan, Mut?" tanya Hanun takjub. "Waduh, kalau begitu, apa kabar Suju gue?"

"Aku udah lama ngga dengerin musik," kata Mutia santai, mengambil tisu lalu air mineral. "Maksudnya secara sengaja setel musik gitu, udah ngga pernah."

Yaritsa dan Hanun kiceup. Lah, apa kabar mereka yang ringtone hapenya aja boyband Korea! Beranjak tidur setel lagu Korea mendayu-dayu dulu baru pulesss... di-timer sampai dua jam baru selesai itu lagu.

Bangun tidur Korea, mau tidur Korea. Kerja sama orang Korea. Impiannya pergi ke Korea. Cita-citanya menikah dengan orang Korea dan tinggal di Korea. Mati mau masuk Surga.

Bah!

"Kata Ustadz juga musik itu buat apa sih," tandas Mutia. "Kata Ustadz ya, Teh. Bukan kata aku hehehe."

Ada dengusan kecil dari arah Saad sekilas tadi sebelum Hamas melirik spion lagi karena ia merasa otot matanya sebentar lagi terlepas kalau dia masih saja nahan-nahan untuk ngga lihat. Sudut bibir kiri Hamas tertarik begitu netranya menangkap pantulan Mutia tengah cengengesan.

"Kata Ustadz, musik itu cuma bikin mood kita ngambang," lanjut si gadis yang duduk di tengah.

"Hah?" Yaritsa heboh. "Kok ngambang?"

[✓] HAMASSAAD Bromance Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang