25. Faktor Penentu

2.3K 356 140
                                    

Serial HAMASSAAD - 25. Faktor Penentu

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 27 Februari

-::-


"Eh, Ad, mumpung ada dirimu ye," Hanun meletakkan ponselnya di samping gelas yang isinya nyaris tandas, "faktor pengabulan doa tuh kayak mana sih?" tanya Hanun.

Siang masih jam satu di hari Ahad ketika Hamas dan Saad berada di resto Korea berlabel halal di satu mal. Hanun yang minta Hamas ke sini. Dia bete katanya.

Taarufnya gagal lagi, soalnya.

"Elu kenapa sik, Kak?" tanya Hamas, menyesap matcha dinginnya.

"Gue heran, Mas, kok gue berdoa tapi belum juga dikabulin," kata Hanun dengan muka bete.

Saad nyengir, "Emang Kak Hanun minta apa sih kok sampe segitu hopeless-nya?"

Hanun manyun, "Ya apa aja deh. Katakan aja begitu."

Saad menyingkirkan ponselnya dari atas meja begitu menu pesanan mereka datang. Hanun berterima kasih pada pelayan begitu seluruh makanan terhidang.

"Kak Hanun nyediain ember apa gelas?" tanya Saad. Hanun dan Hamas cengok.

"Lah kenapa jadi ember sama gelas, bro?" ucap Hamas.

"Ya iya," kata Saad. "Kali aja Kak Hanun minta seember, tapi cuma nyediain gelas? Kan ngga nampung?"

Hanun mingkem. "I don't get it," ucapnya dengan bahu terangkat.

Saad mengambil sumpit, "Pengabulan itu sesuai dengan Penyambutan, Kak..."

Hamas mendengus. "Nah itu apa lagi dah?"

"Iya si Saad kalau ngomong tuh yang bisa gue pahamin kek..."

Saad mengaduk ramyun pesanannya, agak geli sendiri ternyata ramyun Korea itu persis mi rebus di tukang nasi goreng.

"Pengabulan itu sesuai dengan Penyambutan kita terhadap apa yang Allah perintahkan dan Allah larang, Kak," jelas Saad. "Seberapa semangatnya kita menyambut perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, ya segitu semangatnya juga doa kita akan terkabul."

Hanun mendecih, "Jadi temen-temen gue yang hidupnya enak, ibadahnya pada bagus dong? Perasaan ibadah mereka ngga lebih baik dari gue deh!"

Hamas melirik Hanun dan Saad bergantian. Dia mau ikut-ikutan tapi ngga berani.

"Astaghfirullaah," ucap Saad. "Mengaku salah lebih baik daripada mengaku shalih, Kak..."

Dan Hanun kembali bungkam. Mengerti dirinya salah berkata barusan.

"Tauk lu, Kak," timpal Hamas. Kakinya kena tendang Hanun sedetik kemudian. Hamas meringis, bibirnya menggerutu tanpa suara.

Saad menyuap ramyunnya setelah mengucap basmalah. Hamas sibuk melahap chicken buldak pesanannya. Sedangkan Hanun menikmati bulgogi beef-nya dalam diam.

"Kan di Quran ada, Kak," Saad kembali bersuara. Tangannya menyeka tepian bibirnya yang belepotan kuah ramyun. "Surat Al Baqarah ayat 186."

"Apaan?" tanya Hanun ingin tahu. 

"Iye, apaan dah?" tambah Hamas.

"Wa idzaa sa alaka 'ibaadii 'annii fainnii qoriib. Dan apabila hamba-hambaKu bertanya padamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat," kata Saad setelah mengucap ta'awudz dan basmalah. Tarikan napasnya terdengar diselingi batuk pelan.

"Lu lagi sakit, nyet?" tanya Hamas.

"Ngga apa-apa," sahut Saad cepat. "Cuma flu biasa. Maklum, lagi pancaroba."

[✓] HAMASSAAD Bromance Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang