28. Agar Doa Terkabul

2.3K 323 74
                                    

Serial HAMASSAAD - 28. Agar Doa Terkabul

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 28 Februari

-::-

Kelar shalat Asar, ketiga cowok ganteng yang tinggi tubuhnya bikin cewek-cewek menoleh ini duduk berderet. Pasang-pasang sepatu mereka tergeletak di dekat kaki-kaki mereka. Ruang shalat di masjid ini lumayan ramai. Dan bersyukurnya, meski lahannya cukup luas, tapi tadi ada banyak orang yang tidak bisa ikut berjamaah pada jamaah kloter pertama. Jadilah begitu usai, yang sudah selesai tidak bisa berlama-lama, sebab harus bergantian.

"Terus, kalau doa diikuti keyakinan bahwa pasti dikabulkan, itu gimana, Ad?" tanya Kahfi. Punggungnya condong ke depan, kepalanya tertoleh ke kiri, pada Saad yang duduk di sebelah kiri Hamas.

Sambil sibuk mengenakan kaus kaki, Hamas tertawa, "Waelah, masih bae bahas doa???" ledeknya.

"Sekalian, Mas," balas Kahfi.

"Kalau itu sih harus," jawab Saad. "Yakin bahwa Allah akan ngabulin doa kita, ya harus. Mesti haqqul yaqin! Jangan sampai tergelincir."

"Tergelincir gimana maksudnya?" tanya Kahfi.

"Tergelincir itu kepeleset, Mas Kahfeee..." respons Hamas yang kini mengenakan sepatu kanannya.

"Ya itu sih bocah esde juga tahu," Kahfi mulai jengkel. 

"Tergelincir itu maksudnya," jelas Saad, "ada manusia yang berdoa di waktu tahajud, yakin bahwa Allah akan tolong dia... eh, pas Subuh, dia meragu. Ngga yakin hal itu bakalan selesai. Ya gitu deh, Mas. Manusia."

Kahfi nyengir. "Manusiawi ya..."

"Manusia," kata Saad, "akalnya pendek. Masa sama Allah ngga yakin? Bikin semesta alam sampe ngurus-ngurus remeh temehnya aja Allah bisa. Masa bantuin manusia ngga bisa?"

Kahfi angguk-angguk kepala. Diambilnya ransel yang ada di bawah, setelah selesai mengenakan sepatunya.

"Tapi," Kahfi terdengar meragu. Dia melirik tempat shalat akhwat, berharap Hanun jangan muncul dulu, agar dia bisa bertanya lebih banyak. "Selain ibadah dengan rajin, apa lagi yang bikin doa terkabul?"

Hamas menegakkan punggung, tangannya bersedekap. "Emang lau doa apaan sik, Mas Kahfi? Romannya pengin banget terkabul?"

"Kepo aja si Hamas," Kahfi tertawa, menepuk ringan paha kanan Hamas.

"Ya lagian, dari tadi kayaknya nguber mulu," komentar Hamas.

Tapi Saad mah santai. Hitung-hitung murojaah ilmu, pikirnya.

"Doa itu kan curhat kan ya. Penyampaian atas kebutuhan kita kepada Allah 'Azza wa Jalla," tutur Saad, seraya mengusap keningnya yang agaknya sudah terbit peluh. Ruang sekitar tempat shalat kian ramai dengan orang lalu-lalang.

"Mana si Kak Hanun seh," gumam Hamas dengan ponsel di tangan. Mencari kontak Hanun.

"Kalau mau diterima, katanya mesti ngelakuin yang lima," ucap Saad.

"Apa tuh?" tanya Kahfi. Dia menepuk paha Hamas lagi. "Mas, pindah tempat duduk dulu..."

"Ogah!" seru Hamas cepat.

Kahfi manyun, tapi tetap menyimak apa yang Saad sampaikan.

"Yang pertama, ikhlas. Jangan karena riya, jangan karena mau dipuji, jangan karena terpaksa," jelas Saad. "Kenalilah Allah di saat lapang, niscaya Allah akan mengenalimu di saat sempit. Hadits Riwayat Imam Tirmidzi," lanjut Saad. "Maksudnya di sini tuh, waktu kita senang, kita tetap berdoa ke Allah. Puji-puji Allah. Bukan pas susah aja doanya."

[✓] HAMASSAAD Bromance Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang