39. Friendship Goals

2.2K 361 152
                                    

Serial HAMASSAAD - 39. Friendship Goals

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 4 April

-::-


Heningnya malam menyambut seluruh indra di tubuh Saad begitu kedua kelopak matanya terbuka. Kerjapan mata dan tarikan napas teraturnya menandakan dirinya sedang berusaha sekuat tenaga untuk tersadar dari lelapnya berjam-jam yang lalu. 

Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul setengah tiga dini hari.

Sepi. 

Malam ini Saad tidur sendiri, sebab Hamas pulang ke rumahnya jam sembilan malam tadi, usai makan malam bersama di warung nasi bebek dengan sambal teramat pedas. 

Pelan, Saad menurunkan kakinya dari tempat tidur. Membiarkan telapak kakinya menjejak lantai kamar yang dingin. Dia menggerakkan lehernya ke kiri dan ke kanan, mengusir kepenatan dan hawa mengantuk yang masih menyerang. Dihelanya lagi napas pelan dan panjang.

Embusan napasnya terdengar oleh telinganya sendiri, sebelum kemudian dia meraih ponsel yang tergeletak di meja tak jauh dari sana.

Senyumnya terulas ketika melihat tampilan layar ponselnya yang selalu saja digonta-ganti oleh Hamas. Pernah waktu itu Saad memasang fotonya bersama Fatima, dan Hamas protes.

"Ganti dong, boi. Masa lu ikhlas sik gue mandang-mandangin poto adek lu tiap minjem ni hape?!"

Sejak saat itu, Saad tidak pernah mengganti tampilan layarnya. Cuma Hamas yang melakukannya. Tapi toh bagi Saad tidak masalah. Sebab gambar yang dipakai Hamas paling-paling gambar mereka berdua.

Seperti sekarang, gambar yang tertampil adalah gambar yang diambil saat mereka sedang berada di restoran pizza. Hamas yang mengambil gambar sedangkan Saad di kursi seberang, memegang garpu.

Menggeser layar ponselnya, Saad mencari kontak Hamas dan lagi-lagi tersenyum melihat tampilan kontak Hamas.

Suara nada sambung terdengar.

Lama.

Berkali-kali.

Tapi tak ada jawaban.

Dengan handuk tersampir di pundak, Saad mencoba dua kali sampai kemudian dia memutuskan ke kamar mandi terlebih dahulu. Saad mandi demi mengembalikan kesegarannya sebelum melaksanakan shalat malam.

Usai mandi, Saad kembali mengambil ponselnya. Melihat tidak ada pesan masuk sama sekali. Menandakan Hamas belum juga bangun dari tidurnya. Dipanggilnya lagi kontak tersebut.

Suara nada sambung kembali terdengar. Seperti tadi.

Lama, dan berkali-kali.

Saad menggelar sajadah dan bolak-balik menekan dial  pada ponselnya namun tetap tak ada jawaban satu pun. Menghela napas pendek, Saad memutuskan untuk menghentikan usahanya membangunkan Hamas.

Sahabatnya memang demikian, bangun tengah malamnya susah minta ampun.

  Saad paham itu. 

*****

.

.

.

Sementara di kamar Hamas...

Sosok pria kurus tinggi itu terlelap dengan mulut menganga selagi satu kitab suci berukuran sedang tergeletak di dekat bantal tidurnya. Dering ponsel tak membangunkannya sedikit pun, sebab dia baru memejamkan mata jam dua belas malam. Menghabiskan camilan di dapur demi menemani tekadnya untuk menghafal surah Al Buruj. Saad bilang, itu surat kesukaan Saad. Dan cuma sehalaman. Dan Hamas sering dengar Saad melantunkan surat tersebut setiap kali mereka bereksperimen di dapur. Dan semalam itu dia berhasil menghafal sampai ayat terakhir surat ke delapan puluh lima tersebut. Dan dia ingin besok bisa mengiringi Saad melantunkan surat tersebut di sela-sela aktifitas mereka.

Di kampus, mungkin?

Jadi dering ponsel yang memekakkan telinga pun tak sanggup membuat Hamas terbangun. Dia terlelap sambil sesekali mendengkur.

*****

.

.

.

Saad menyelesaikan delapan rakaat shalat tahajudnya sebab sebelum tidur dia sudah mengerjakan shalat witirnya yang tiga rakaat. Dan usai mengakhiri rangkaian shalat tahajudnya, Saad bersimpuh, melafalkan sekian banyak doa.

Di pelupuk matanya lewat bayangan-bayangan kedua orangtuanya, bayangan Fatima, bayangan sahabat-sahabat shalihnya...

Terutama bayangan Hamas.

Sosok yang begitu bayangannya terlintas, mampu menghadirkan ulasan senyum di bibir Saad. Hamas spesial di hatinya, tentu saja.

Meski tergolong bengal, sering berkata kasar, dan tidak tahu aturan...

Tapi Hamas mau menerima kebenaran. Setiap kata yang Saad katakan, Hamas mau menerimanya sebagai ajakan kebaikan. Di antara sahabat Saad yang lain, Hamas yang paling perhatian. Paling tahu ketika Saad berkata; "Ngga apa-apa kok, Mas." sebagai kalimat yang dimaknai berbeda. Bahwa sebenarnya Saad sedang kenapa-kenapa.

Dia menyayangi Hamas seperti dia menyayangi adiknya sendiri. 

Rasa sayang, khawatir, cemas, sebal, kesal... sering Saad rasakan ketika bersama Hamas.

Mungkin benar apa yang dikatakan Ustadz Aan Chandra Thalib bahwa Sahabat sejati adalah orang yang mampu melihat perih yang terlukis pada dua bola matamu, di saat yang lain hanya bisa melihat senyum yang terukir pada kedua bibirmu. 

Merekalah Al-Aufiyaa...

Anugerah terindah setelah keimanan.

Jadi, meski banyak gosip beredar di luaran sana tentang kedekatan mereka berdua, Saad tahu bahwa Allah lebih tahu. Dan dirinya tidak akan dihisab atas apa yang orang katakan tentang dirinya. 

Ia hanya akan dihisab atas apa yang ia kerjakan di dunia.

Dan selama tidak melanggar syariatNya, Saad akan terus mengerjakannya.

Saad mengangkat tangannya. Teringat doa Nabi Musa 'Alayhissalaam atas saudaranya; Nabi Harun 'Alayhissalaam yang termaktub dalam Quran surat Al A'raaf ayat 151; Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah Kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara Para Penyayang".

Betapa inginnya Saad dipersaudarakan dengan Hamas layaknya Musa dengan Harun.

Jadi, kendati dia tahu saat ini Hamas tertidur begitu lelap, Saad mengangkat tangannya;

"Ya Rabb, Hamas adalah saudara hamba, mohon sayangilah ia dan ampunilah dosanya..."

*****

.

.

.

Pernahkah kau dengar kisah?

Dalam  Hilyatul Auliya' Wa Thabaqat Al-Ashfiya' 6/31 dijelaskan bahwa Ka'ab Al-Ahbar -rahimahullah- mengatakan: 

Bisa jadi seseorang melaksanakan shalat, lalu shalatnya di syukuri Allah, sementara yang lain tertidur namun dosa-dosanya diampuni Allah. Hal itu terjadi tatkala dua orang yang saling mencintai karena Allah, di mana salah satu dari mereka melakukan shalat, dan Allah ridha terhadap shalat dan doanya, lalu Dia mengabulkan semua doanya, dia pun lantas menyebutkan saudaranya dalam doa yang ia panjatkan di keheningan malam, sembari berkata:

"Ya Rabb, fulan adalah saudaraku, ampunilah dosanya."

Maka Allah pun mengampuni dosanya padahal orang tersebut dalam keadaan tidur.

Engkau tidur, namun dosamu diampuni. Itulah persaudaraan dan persahabatan sejati.

Ke manakah akan kaucari?

Semoga ada yang doain gw kayak begitu :(

[✓] HAMASSAAD Bromance Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang