27. Sembah Dulu, Baru Minta

1.9K 324 20
                                    

Serial HAMASSAAD - 27. Sembah Dulu, Baru Minta

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 28 Februari

-::-


"Terima kasih ya, Mbak!" kata Hanun pada kasir restoran tempat mereka makan, begitu Hamas menyerahkan lembar transaksi yang telah ditandatangani.

Kahfi dan Saad menunggu di depan restoran, dengan tas ransel di punggung masing-masing.

"Masukin nih, Kak," kata Hamas, menyurungkan dompetnya pada Hanun, meminta Hanun agar memasukkan dompet tersebut ke dalam tas ranselnya.

Menurut, Hanun memasukkan dompet ke dalam tas Hamas, lalu menutup tas tersebut dengan benar. Mereka berdua lekas mendekati Saad dan Kahfi yang menunggu. Jam menunjukkan pukul empat belas lewat empat puluh satu menit.

"Langsung ke masjid aja?" tanya Hanun. "Di lantai ini ada kok."

"Iya, Kak, langsung aja..." kata Saad, yang percakapannya terhenti begitu Hamas dan Hanun menghampiri.

"Tapi di ujung sana, hehe," ucap Hanun lagi. Tangannya menunjuk ke arah yang jauh di depan mereka.

"Ya santai aja, kan belum jam tiga ya?" Kahfi melirik jam tangannya. 

Mereka melangkah ke arah yang ditunjuk Hanun.  Sepanjang perjalanan, Hanun tak henti mampir-mampir ke toko-toko di dalam mal. Terutama yang menjual casing ponsel lucu. Ngga beli, lihat doang.

Cuci mata gitu. 

"Jadi, doa itu harus detail yang jelas kebaikannya ya..." kata Kahfi yang berjalan sejajar dengan Saad.

Hamas? Dia sibuk jadi fotografer dadakan buat Hanun. Apalagi kalau ada spot-spot lucu yang instagramable banget. Dah buat Hanun mah Hamas tak berkutik.

"Weh, buruan, Kak," Hamas menarik lengan baju Hanun, agar mereka kembali berjalan di belakang Saad dan Kahfi.

"Baiknya begitu, Mas," kata Saad. "Tapi jangan lupa," tambah Saad, "nyembah Allah dulu, baru minta."

"Nyembah Allah dulu, baru minta?" ulang Kahfi dengan desisan yang tak terlalu kentara. "Ya iya sih, normalnya begitu."

Mal ini lumayan luas, dengan banyak sekali ragam toko dan ragam barang yang dijual. 

"Mas, Mas, potoin gue! ih, ini ucul bangeeet!" Hanun berseru heboh melihat satu boneka besar di satu store. Boneka line brown.

"Ya ampooon!" Hamas geregetan sendiri. "Ad, tunggu bentar!"

Kahfi dan Saad menoleh ke belakang, langkah mereka terhenti. Kahfi nyengir sendiri melihat kelakuan Hanun.

 Kahfi nyengir sendiri melihat kelakuan Hanun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Eh, tadi kata lo, nyembah dulu baru minta? Jadi ngga boleh ya, misal gue ada suatu hajat, minta dulu... terus gue baru rajin shalat semacam tahajud gitu?" tanya Kahfi pada Saad.

"Boleh aja," sahut Saad. "Tapi adab ke Allah itu agak kurang bagus, Mas. Kan kita diajarin buat nyembah dulu baru minta. Sehari minimal tujuh belas kali kan Mas Kahfi sebut itu."

Kahfi terlihat agak bingung. Langkah mereka kembali terayun ketika ada suara 'Kuy lanjut' dari Hamas barusan.

"Sehari tujuh belas kali? Al Fatihah maksud lo?" uber Kahfi.

"Iya, satu ayat dalam Al Fatihah kan ngejelasin itu," kata Saad. Hanun masih sibuk cekrak cekrek sama Hamas. "Iyyaa kana'budu wa iyyaa kanasta'iin; Hanya kepada Allah kami beribadah dan hanya kepada Allah kami memohon pertolongan."

"Oh iya bener..." kata Kahfi sambil manggut-manggut. 

"Di ayatnya dibilang, ibadah dulu baru mohon pertolongan. Sembah dulu, baru minta..." jelas Saad.

Kahfi tidak bersuara. Kepalanya sibuk merutuk. 

Ke mana aja dia dengan tiga puluh satu tahun usianya, masa ayat Fatihah aja mesti dijelasin Saad begini?

Selama ini dia ibadah, tapi ada banyak rentetan keinginan di baliknya.

"Kita ibadah, keseringan mintanya dunia..." kata Saad dengan cengiran samarnya. Menertawakan diri sendiri. "Padahal kalau kita ibadah dan ngarep pahala aja, dunia mah datang dalam keadaan hina..."

Kahfi membenahi tas ranselnya, sepasang matanya melirik Saad yang mendadak sendu. Kalimat Saad barusan jelas menampar pedih di hatinya.

Kita ibadah, keseringan mintanya dunia...

Punya adik sebaik Nora, membuat Kahfi jelas sedikit-banyak paham agama. Tapi dia tidak terlalu sering bertanya pada Nora. Paling diskusi sederhana kalau sedang di ruang keluarga. Biasanya Kahfi mendapat pengetahuan di kajian-kajian. Dia pikir, dia tahu banyak.

Tapi pemuda di sampingnya ini, rupanya tahu lebih banyak.

Mereka sudah tiba di masjid yang dimaksud. Hanun melambaikan tangan dan berkata akan menunggu di depan jika ia sudah selesai shalat Asar.

Hamas melepas sepatu, "Hadeeeh, alig bat punya sepupu satu!" gerutunya. 

Saad nyengir, "Bukannya udah dari dulu?"

"Iya, itu dia!" kata Hamas, "makanya gue heran, masih aja mau sodaraan sama dia!"

"Gue wudhu duluan ya," kata Kahfi, yang sudah melepas sepatu lebih dulu. "Makasi banyak penjelasan yang tadi sama yang barusan ya, Ad. Semoga bisa gue amalin."

Kahfi menepuk pundak Saad.

"Aamiin," kata Saad. "Sama-sama, semoga saya juga."

Hamas mendongak, menatap Kahfi, lalu pandangannya merunduk, menatap Saad.

"Lau berdua curhat-curhatan?" tanya Hamas, kepo. "Curhat apaan? Wah, Kak Hanun alig sumpah, gue kaga tahu-tahuan!"

Kahfi melebarkan cengirannya, alisnya naik-turun. "Ada deh, mau tahu aja."

Saad tertawa. Hamas manyun. Dalam hati mendumalkan kealayan Hanun.

Ya maap seh, Mas......................... :v


[✓] HAMASSAAD Bromance Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang