29. Tegar di Atas Sunnah

2.7K 344 217
                                    

Serial HAMASSAAD - 29. Tegar di Atas Sunnah

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017,  7 Maret

-::-


Bismillaah...

Sore meredup sebab mendung menggelayut. Shalih Squad sedang menikmati somay dan batagor porsi masing-masing. Hamas mengibas kemeja bagian luarnya, berusaha mengenyahkan hawa panas yang ia rasa. Fajar duduk di sebelah Hamas, bersila, makan batagor yang tergelar di kertas nasi di atas teras masjid. 

"Eh, emang baca doa abis shalat, ngga boleh ya?" tanya Rangga tiba-tiba. Porsi somaynya tinggal setengah.

"Kata siapa lu?" tanya Hamas.

"Emang ngga boleh," sahut Shiddiq yang baru melahap somaynya setelah main ponsel. "Abis shalat wajib, ngga boleh. Ngga ada sunnahnya."

"Sotoy lu, Diq," kata Hamas cepat. 

Fajar menoleh, "Emang kenapa, hoi? Kan doa mah baik."

"Yeee, tanya si Bima sana. Gue mah ilmunya cetek," kata Shiddiq, dagunya terarah pada Bima. "Nanti salah-salah."

Yang lain mingkem, sebab Bima masih sibuk dengan zikirnya di bakda Asar ini. Tapi Hamas masih menggerutu.

"Seinget gue, kata Saad tuh Doa kan senjata umat muslim... Masa kaga boleh?" sungut Hamas.

Saad dan Ben keluar dari ruang utama masjid kampus dengan obrolan ringan. Hamas, mendongak melihat sahabatnya datang, langsung berseru.

"Ad, emang ngga boleh yak abis shalat terus doa?" tanya Hamas cepat.

Saad dan Ben yang kemudian ikut duduk dengan yang lain, mengambil porsi batagor masing-masing. Saad di sebelah Hamas, Ben duduk di antara Saad dan Shiddiq.

"Abis shalat wajib itu zikir. Doanya abis shalat bakdiyah aja," jawab Saad sambil membuka bungkusan batagor. "Syukran ya, Diq."

"Afwan, bro," sahut Shiddiq di tengah kunyahannya. Ditelannya somay yang ada dalam mulutnya sebelum bertanya, "Tuh jelasin deh pertanyaan Hamas. Gue mau jelasin, lupa hahaha..."

Saad nyengir, menoleh ke arah Hamas dan Fajar yang memasang tampang ingin tahu. Rangga juga tak kalah kepo.

"Gue yang nanya itu barusan," kata Rangga.

"Berdoa setelah shalat kan wajar, Ad?" tanya Ben. "Di masjid-masjid biasanya begitu?"

"Gini, gini..." Saad melahap satu batagor, mengunyahnya pelan. Sementara yang lain diam menunggu kalimat lanjutan. "Rasulullaah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam adalah guru kita. Sepakati dulu poinnya," kata Saad usai menelan suapannya. "Ngga ada guru bagi umat Islam siapa pun yang syahadat, kecuali Muhammad Shallallaahu 'Alayhi Wasallam. Semua Dai dan Ulama adalah Pewaris beliau, artinya harus mewariskan ilmu yang beliau ajarkan. Dan yang beliau ngga ajarkan, para ulama ini melarang umat untuk mengerjakan. Kan begitu? Ini kaidahnya."

"Lah itu sik emang iya," ucap Hamas.

"Masalah kasus, imam pimpin doa setelah shalat" ucap Saad, "jangan dibahas doanya. Doa adalah ibadah. Tapi sebelum kita mengerjakan ibadah, tanya dulu. Misal, kita mau ziarah kubur. Kita jangan ziarah kubur sebelum tahu, RasulAllah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam ziarah kuburnya kayak apa. Biar ngga mengada-ada. Zaman sekarang, ziarah kubur tuh kayak apa? Tabur bunga, pasang nisan, pasang lampu, baca zikir-zikir di sana, karena dia mau ziarah kubur semaunya sendiri. Ngga bisa begitu. Kita muslim, punya kiyai, panutan yang dicontoh teladannya; RasulAllah Muhammad   Shallallaahu 'Alayhi Wasallam. Suri tauladan. Uswatun Hasanah. Tanya Rasul, ziarah kuburnya kayak gimana."

[✓] HAMASSAAD Bromance Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang