18. Barisan Pedang Penggetar Langit

1.6K 27 0
                                    

Di bawah cahaya matahari, batu besar tempat menyimpan pedang bagi para tamu yang akan mengunjungi Bu-tong-pai masih berdiri tegak. Namun di bawahnya telah tergeletak beberapa murid partai itu sendiri. Terlihat luka di bahu orang-orang itu. Senjata mereka pun terlepas dari tangan masing-masing dan berserakan di sekitarnya.

Kongsun Hong dan Tok-ku Hong terus menerjang ke depan. Tok-ku Hong menggunakan dua bilah golok sebagai senjata. Sedangkan Kongsun Hong telah mengganti senjatanya dengan Jit-goat-lun (senjata yang bentuknya seperti roda namun bergerigi dan selalu terdiri dari sepasang). Tujuh orang tosu mengadang di depan mereka. Semuanya tidak bergerak. Gi-song membawa belasan muridnya menyusul tiba. Dari jauh dia sudah berteriak, "Siapa orangnya yang demikian berani mencoba menerobos ke atas gunung?"

Sinar mata Tok-ku Hong berputaran, "Suheng, siapa dia?"

"Gi-song dari Bu-tong-pai," sahut Gi-song sendiri. Dia langsung maju ke depan. Melihat Kongsun Hong, dia tertawa terbahak-bahak, "Lagi-lagi engkau. Ada apa? Apakah kau tidak memiliki pedang yang lain sehingga datang ke Bu-tong-san untuk mengambil pedangmu?"

Kongsun Hong marah sekali.

"Masih ada hubungan apa kau dengan Ci Siong tojin?" tanya Tok-ku Hong.

"Ciangbun-suheng sedang menutup diri. Ada urusan apa-apa yang bersangkutan dengan Bu-tong-pai akulah yang bertanggung jawab," sahut Gi-song sesumbar.

Kongsun Hong mengangkat Jit-goat-lun-nya,

"Kalau begitu, biar kubunuh dulu dirimu!"

Gi-song terkejut sekali.

"Kau adalah pecundang Ciangbun-suhengku, aku tidak akan bergebrak denganmu!" sahutnya panik. Dia merandek sejenak, kemudian lagi, "Suruh perempuan itu kemari untuk menerima kematian!"

Tok-ku Hong marah sekali, sepasang goloknya digetarkan. Setelah berteriak lantang, dia menikam ke depan. Kedua bilah goloknya meluncur secepat kilat, menimbulkan bayangan bagai rangkaian bunga. Gi-song terkejut sekali. Pedangnya segera dihunus. Dia melancarkan sebuah serangan. Sekali bergerak, jurus yang dimainkannya langsung berubah-ubah.

"Ting! Ting! Tang! Tang!", senjata kedua orang itu beradu. Tubuh Tok-ku Hong mengikuti gerakan goloknya, sedangkan goloknya sendiri bertindak sebagai perisai. Suaranya menderu-deru bagai angin topan. Gi-song menyambut beberapa jurus sekaligus. Tanpa sadar hatinya bergetar. Setelah menyambut lagi beberapa jurus, dia mulai mempunyai perhitungan. Meskipun ilmu silatnya tidak dapat menandingi Ci Siong tojin, tapi dia mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup luas. Begitu melihat keadaannya yang tidak menguntungkan, dia segera memikirkan jalan keluar.

Gi-song menerima lagi tiga kali serangan Tok-ku Hong, kemudian dia mencelat mundur sejauh tiga langkah, lalu berseru, "Berhenti!"

Tok-ku Hong terpana. Sejenak kemudian dia tertawa dingin.

"Hm! Tidak berani bertarung lagi?" sindirnya tajam.

"Memangnya apa kedudukan pinto ... siapa yang sudi bertarung dengan kaum wanita?" sahut Gi-song tenang.

"Paling tidak wanita yang satu ini sanggup mengalahkanmu!" bentak Tok-ku Hong sambil menerjang ke depan.

Gi-song mundur lagi tiga langkah. Tok-ku Hong mengejar ketat. Para murid Gi-song segera maju ke depan mengadang. Kongsun Hong sudah bersiap-siap sejak tadi. Tubuhnya segera mencelat, sepasang Jit-goat ditanganny bergerak. Dia menghalau pedang-pedang yang mencoba menghalangi Tok-ku Hong.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara menggelegar. "Tahan!"

Seiring dengan suara itu, tubuh Pek Ciok mendarat di tengah arena. Dia membalikkan tubuhnya dan menatap Tok-ku Hong dan Kongsun Hong lekat-lekat. "Liong-wi sicu, ada urusan kita bicarakan baik-baik!"

Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang YingWhere stories live. Discover now