52. Berlatih Ilmu Pernafasan

1.4K 21 0
                                    

"Oh?" Orang tua itu yang dipanggil Song Laopan itu menoleh kepadanya dengan pandangan bertanya.

"Dia adalah Fu Hiong Kun yang ramai dibicarakan orang-orang. Dialah yang berkali-kali menolong Yan Cong Tian dan Wan Fei Yang!"

Mulut laki-laki tua itu langsung melongo mendengar keterangan tukang pukulnya, tapi sekejap kemudian mimik wajahnya normal kembali. "Mari masuk ... Lohu kira siapa orangnya yang ingin menumpang di sini, rupanya Fu kouwnio. Perlu Kouwnio ketahui, sejak dulu Lohu paling mengagumi Butong-pai. Lohu selalu mencari tahu apa yang terjadi di sana," kata Song laopan sambil mengiringi Fu Hiong Kun masuk ke dalam rumah.

Diam-diam hati Fu Hiong Kun senang sekali. Ternyata dia menemukan alamat yang tepat. Dia dapat mengajukan berbagai pertanyaan tentang keluarga Liu kepada orang tua ini. Mereka masuk ke dalam ruang tamu yang luas. Fu Hiong Kun dipersilahkan duduk oleh orang tua tersebut.

"Terima kasih, Song Laopan. Di mana Song Hujin, kalau boleh boanpwe ingin berkenalan," kata Fu Hiong Kun dengan gaya sopan sekali.

Song laopan menarik nafas panjang. "Hujin Lohu sudah lama meninggal dunia sejak putra Lohu ini dilahirkan. Tubuhnya memang kurang sehat. Itulah sebabnya lama kami tidak mendapatkan anak. Siapa sangka begitu melahirkan ... "

Itulah sebabnya usia orang tua itu sudah cukup lanjut. Paling tidak di atas enam puluh tahun tapi putranya baru belasan. Fu Hiong Kun merasa tidak enak hati menimbulkan kembali kenangan sedih orang tua itu.

"Boanpwe minta maaf ... "

"Fu Kouwnio jangan berkata demikian. Orang yang tidak tahu tidak dapat disalahkan."

Seorang pelayan keluar membawa sebuah nampan berisi teko dan dua buah cangkir teh. Dia meletakkannya di atas meja kecil yang terdapat di samping Fu Hiong Kun.

"Kouwnio, silahkan.'" kata Song laopan menawarkan. 

Fu Hiong Kun mengangkat cawannya serta menganggukkan kepalanya sedikit. Dia minum teh itu barang beberapa teguk, kemudian diletakkannya cangkir tersebut kembali di atas meja.

"Kemana tujuan Fu kouwnio sehingga melakukan perjalanan malam-malam seperti ini?"

Fu Hiong Kun melirik ke bocah laki-laki yang berdiri di samping ayahnya. Song laopan segera mengerti bahwa Fu Hiong Kun tidak akan mengatakan di hadapan anak yang masih kecil itu. "Siang ji, masuklah ke dalam. Hari sudah larut malam," katanya.

Bocah laki-laki itu segera mengiakan dan mengundurkan diri ke dalam rumah.

"Aikh ... " Song laopan menarik nafas panjang. "Anak itu sudah kehilangan ibunya sejak bayi. Jadi dia manja sekali kepada Lohu ... "

Fu Hiong Kun tersenyum penuh pengertian. "Hal itu memang sudah lumrah. Song laopan tidak perlu ambil hati."

"Oh ya ... sampai di mana pembicaraan kita tadi?" tukas Song laopan.

Fu Hiong Kun menatap orang tua itu sejenak. Kemudian dia menarik nafas panjang. "Sebelumnya boanpwe ingin minta maaf dulu. Apakah Song Laopan mengenal Yan gihu almarhum?"

"Gihu? Oh ya, Lohu lupa ... kau tentunya gadis yang diangkat anak oleh Yan taihiap. Lohu tidak mengenalnya secara pribadi, tetapi setiap kali Bu-tong-san mengadakan acara apa saja. Lohu termasuk orang yang diundang. Lohu bukan orang dunia persilatan, tapi karena lohu senang bergaul, maka banyak juga kenalan dari dunia kangouw."

"Tentunya Song laopan seorang yang dermawan sekali dan sering memberikan sumbangan untuk orang-orang yang miskin sehingga Song laopan dikenal baik oleh seluruh kalangan masyarakat sekitar," sahut Fu Hiong Kun.

Wajah Song laopan agak tersipu-sipu mendengar pujian Fu Hiong Kun.

"Kalau dengan Ci Siong to jin, Lohu cukup dekat. Beberapa kali Lohu naik ke Bu tongsan dan berbincang-bincang dengan almarhum Ciang hun jin Bu-tong-san itu." Sekali lagi Song laopan menarik nafas panjang. "Usia kami tidak terpaut jauh, dia malah sudah mendahului Lohu. Umur manusia memang tidak dapat diraba dengan mata hati. Hanya Thian yang tahu kapan saatnya tiba bagi kita untuk kembali menjadi tanah."

Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang YingWhere stories live. Discover now