41. Dua Putra Gi Ban Li

1.8K 27 2
                                    

Rembulan yang sama, perasaan hati yang berbeda.

Di dalam taman Bu ti bun, Tok ku Hong sedang menikmati indahnya rembulan.  Dia merasakan keberuntungan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Sejak berkenalan sampai sekarang. Wan Fei Yang memang pernah beberapa kali membuat hatinya sedih. Namun anak muda itu juga tidak pernah membuatnya kecewa. Teringat akan wajah Wan Fei Yang yang ketolol-tololan dan tidak hentinya mencari akal untuk menggembirakan hati Tok ku Hong, diam-diam gadis itu tersenyum seorang diri.

Perasaannya semakin gembira, hatinya berbunga-bunga. Senyuman yang dikembangkan merupakan lambang kebahagiaan dirinya. Dia yakin Wan Fei Yang pun mempunyai perasaan yang sama. Tiba-tiba sebuah wajah yang lembut terlintas di benaknya. Wajah seorang gadis bernama Fu Hiong Kun!

***

Pada saat yang sama. Wan Fei Yang sedang berada dalam kamar. Dia sedang mencoret-coret huruf di atas sehelai kertas. Kertas itu besar sekali, namun huruf yang dicoretnya sejak tadi hanya satu kata 'Hong' saja.

Sebetulnya dia sudah naik ke pembaringan sejak tadi, dia tetap tidak dapat pulas juga. Hatinya terlalu bahagia. Semangatnya berkobar-kobar. Segala penderitaan dan kesedihan yang pernah dialaminya ia anggap sebagai ujian Thian untuk menuju kebahagiaan abadi.

Sementara itu, Tok ku Bu ti juga sedang berdiri di bawah cahaya rembulan. Wajahnya lebih dingin dari sinar rembulan itu sendiri. Senyum di ujung bibirnya menyiratkan kelicikan dan kekejian yang berbisa. Apalagi hatinya yang memang jahat dan berlumuran kedengkian yang beracun.

"Sen Man Cing, Ci Siong, putri kalian sebentar lagi akan menikah. Hal ini terjadi karena karma yang kalian lakukan. Kalian memang patut menerimanya! Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi terjadinya peristiwa ini. Sen Man Cing, aku ingin kau menderita seumur hidup karena kejadian ini. Ci Siong, biar di alam baka pun, kau tidak akan dapat mencapai ketenangan."

Tidak ada seorang pun yang mendengar apa kata-kata yang tersirat dalam hatinya, lalu siapa yang bisa menghalangi agar peristiwa itu jangan sampai terjadi? Dapat dibayangkan betapa kejinya hati orang yang satu ini.

***

Senja hari....

Sen Man Cing berjalan mondar-mandir di depan pondok penyimpanan alat-alat penangkap ikan. Di bawah sinar mentari yang hampir tenggelam, keadaan di sekitar tampak demikian tenang. Mestinya hati Sen Man Cing juga sudah mencapai ketenangan, tapi entah mengapa tiba-tiba dia mendapat firasat yang tidak enak.

Ada apa sebetulnya?

Pada saat itu juga, dia membayangkan Tok ku Hong. Bagi seorang ibu, keselamatan anaklah yang paling diutamakan. Apabila perasaannya tidak enak, dia segera resah. Pikirannya mulai membayangkan yang tidak-tidak. Jangan-jangan telah terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan pada diri putrinya?

Tapi dengan didampingi oleh Wan Fei Yang dan Yan Cong Tian, rasanya tidak mungkin terjadi sesuatu pada Hong ji. Keselamatannya pasti dijaga oleh kedua orang itu. Sen Man Cing menarik nafas panjang. 

Tiba-tiba telinganya mendengar suara langkah kaki. Dia menolehkan kepalanya. Terlihat Fu Hiong Kun menghampiri dengan sebuah kail dari batang bambu dan sebuah keranjang tempat menaruh ikan.

"Hujin, di luar angin begini kencang. Mengapa kau tidak berdiam di dalam rumah saja?"

Sebagaimana biasanya sikap Fu Hiong Kun tetap lembut dan penuh perhatian.

Sen Man Cing menggelengkan kepalanya..
"Tidak apa-apa." 

Matanya menatap ke arah keranjang yang dibawa Fu Hiong Kun.

Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang YingWhere stories live. Discover now