4. Tujuh Bintang Bertaburan di Delapan Penjuru

2K 32 2
                                    

Angin musim semi nan lembut. Matahari pun bersinar setengah hati. Air sungai membasahi atas batu sudah mengering. Dedaunan masih menampakkan butiran embun yang bening.

Di bawah sinar mentari, patung yang menjadi tanda bagi Bu-tong-pai bagaikan manusia yang berdiri tegak dan angker. Di depan patung tersebut, tampak seseorang berdiri mematung. Usianya sekitar tiga puluh tahunan. Alisnya tebal, matanya sipit. Hidungnya pesek, bibirnya tebal. Raut wajahnya jelek sekali. Orang yang melihatnya akan berkesan seperti melihat seekor binatang buas.

*****

Bentuk tubuhnya gemuk pendek, tapi bukan gemuk yang mengesankan kepandiran. Dia memakai mantel panjang. Tidak rapi sekali. Rambutnya pun rada acak-acakan. Sulit melukiskan kepribadian orang tersebut.

Serombongan murid Bu-tong-pai mengadang di depan orang ini. Empat orang tosu digotong beberapa rekannya yang lain. Di bahu mereka masing-masing terdapat segurat luka bekas sayatan pedang. Wajah murid-murid Bu-tong-pai menyorotkan kemarahan yang dalam. Sinar mata orang yang memakai mantel itu justru tampak meremehkan. Pakaiannya mewah sekali. Sungguh tidak sesuai dengan penampilannya. Gagang pedang di tangannya ditaburi dengan tujuh macam permata. Nilainya tentu tinggi sekali.

Seorang tosu berusia setengah baya menyibak kerumunan murid-murid Bu-tong. Pedang di tangannya digetarkan, "Giok Ciok dari Bu-tong minta pelajaran," katanya.

Sinar mata orang yang memakai mantel panjang itu melirik ke arahnya, "Generasi Bu-tong-pai dengan nama Ciok mungkin tidak akan membuat aku terlalu kecewa," sahutnya.

Giok Ciok tertawa dingin. Secepat kilat pedangnya ditusukkan. Terdengar suara "trang", pergelangan tangan orang yang memakai mantel panjang berputar. Dua jurus dimainkannya sekaligus. Baru setengah jalan, gerakannya berubah lagi. Dua jurus menjadi delapan jurus. Giok Ciok yang tidak menyangka akan diserang delapan jurus sekaligus, terpaksa mundur satu langkah.

Orang yang memakai mantel panjang itu tampaknya tidak ingin membuang-buang waktu. Sekali lagi dia membentak nyaring. Tiga puluh enam tusukan dilancarkannya berturut-turut. Giok Ciok terdesak mundur beberapa langkah. Kaki kanan dan kiri orang itu melangkah bersilangan. Tiba-tiba dia memutar dan gerakannya tubuhnya membalik seratus delapan puluh derajat. Langkah kakinya tidak kalah lincah dengan sabetan pedangnya.

Tiga puluh enam tusukan berhasil dilalui, tanpa menunda lebih lama tusukan ketiga puluh tujuh menyusul. Giok Ciok segera menangkisnya. Namun tusukan ketiga puluh delapan sudah di depan mata. Tidak sempat lagi dia memutar pedangnya, Giok Ciok terpaksa mencelat mundur beberapa langkah.

Kelebatan pedang dengan jurus yang berlainan menyerang silih berganti. Giok Ciok sendiri sudah mengeluarkan tujuh jurus andalannya. Meskipun dia berhasil meloloskan diri, namun serangan berikutnya membuat dia mati kutu. Ujung pedang yang tajam berhenti di pergelangan tangannya.

"Buang pedangmu!" bentak orang yang memakai mantel panjang.

Dia menggetarkan pergelangan tangan Giok Ciok. Tanpa dapat mempertahankan diri lagi, Giok Ciok terpaksa melemparkan pedangnya apabila pergelangan tangannya masih ingin utuh seperti sedia kala. "Trang!"

Orang yang memakai mantel itu tidak mendesaknya lebih lanjut. Dia menengadahkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Rupanya hanya begitu saja!" katanya angkuh.

Giok Ciok marah dan malu. Para murid Bu-tong-pai yang lain sudah menghunus senjatanya masing-masing sejak tadi. Mereka tidak dapat menahan kesabaran lagi. Serentak mereka maju menghampiri orang yang memakai mantel panjang itu.

"Tahan!" terdengar suara bentakan keras. Dua orang berlari secepat terbang dari atas gunung.

Yang satunya adalah Cia Peng, sedangkan yang mengiringinya adalah seorang tosu berusia setengah baya. Wajahnya berbentuk persegi, penampilannya berwibawa. Dia adalah murid pertama Ciangbunjin Bu-tong-pai yang sekarang yaitu Ci Siong tojin. Tosu itu sendiri bernama Pek Ciok.

Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang YingWhere stories live. Discover now