20. Pencuri Ilmu Bu Tong

1.8K 24 0
                                    

Warna kemerahan mulai tenggelam di ufuk barat. 

Senja hari hampir berlalu. 

Keringat membasahi tubuh Wan Fei-yang. Dia mendongakkan kepalanya menatap langit. Dia agak terkejut.

"Celaka! Sudah hampir malam. Aku harus mengambil jalan kecil melintas kembali ke Bu-tong-san," gumamnya.

Dia membelok ke sebuah jalan kecil. Tubuhnya berkelebat laksana terbang.

*****

Matahari sudah tenggelam secara keseluruhan. Malam pun tiba. Ruang makan di Bu-tong-san kalang kabut. Tidak ada Wan Fei-yang, tidak ada yang menanakkan nasi untuk mereka. Perut mereka sudah keroncongan dan menimbulkan bunyi keriyuk ... keriyuk ....

"Sudah sehari penuh ... kemana perginya si Wan Fei-yang itu?"

"Mungkinkah karena sudah tidak tahan dipermainkan oleh kita, maka sekarang dia kabur dari Bu-tong-san?"

"Bisa jadi ...."

"Kalau bocah itu ada di sini, kita tidak pernah merasakan apa-apa. Sekali tidak ada, kita malah jadi kelabakan."

"Apa tidak. Lihat dia sebal, tidak ketemu malah rindu."

"Ha ... ha ... ha ...."

"Masih sempat tertawa? Lebih baik kita ramai-ramai mencari dia."

"Kalian saja yang pergi, hanya Thian yang tahu apakah dia masih hidup."

"Jangan berpikiran jahat."

"Seandainya mati, kita juga tidak perlu heran. Selama beberapa tahun ini, mana pernah dia tidak kelihatan sepanjang hari."

"Oh ya ... biasanya dia paling sering ke mana?" yang mengajukan pertanyaan ini adalah Fu Giok-su.

"Dia paling suka pergi ke telaga menangkap ikan," sahut Lun Wan-ji.

"Kalau begitu kita mencarinya di tempat itu."

Tentu saja Wan-ji setuju. Murid yang lainnya juga mengikuti dari belakang. Ucapan mereka terdengar oleh Wan Fei-yang. Sebetulnya dia sudah sampai dan bersembunyi di luar ruang makan. Dia sedang kebingungan mencari alasan untuk masuk ke dalam dan menjawab pertanyaan mereka. Sekarang dia justru menemukan akal yang bagus.

*****

Air telaga itu sangat jernih. Wan Fei-yang mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Setelah yakin tidak ada orang, dia segera masuk ke dalam telaga. Kemudian dia mendengar suara langkah kaki dan seruan orang ramai. Dia segera merendam seluruh tubuhnya ke dalam telaga tersebut.

Oleh karena itu, ketika orang ramai sampai di tepi telaga, tubuh bahkan kepalanya sudah basah kuyup. Dia malah berpura-pura terapung-apung di dalam air. Wan-ji merupakan orang pertama yang menemukannya.

"Hei! Kalian lihat!" serunya terkejut.

"Bocah ini sungguh keterlaluan. Berkali-kali dinasihati agar main di tempat lain. Sekali kurang hati-hati, nyawa taruhannya. Tapi dia tidak mau mendengar perkataanku," sambung Yo Hong menggerutu.

"Coba kalian pikir, mungkinkah dia putus asa dan merasa tidak ingin hidup lagi maka bunuh diri di sini?" tanya salah seorang murid Bu-tong yang ikut dalam pencarian itu.

"Ngaco! Kalau dia benar-benar ingin bunuh diri pasti memilih tempat yang lain!" bentak Cia Peng marah.

"Siapa tahu setan air sedang mencari pengganti dirinya."

"Jangan banyak mulut!" teriak Cia Peng semakin kesal. "Cepat bawa dia naik!"

Fu Giok-su segera turun ke dalam air. Dengan cepat dia menghampiri tubuh Wan Fei-yang dan menggendongnya naik.

Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang YingWhere stories live. Discover now