30. Nyawa Bayar Nyawa

1.8K 27 2
                                    

Kuan Tiong Liu sama sekali tidak tahu bahwa bencana sudah berada di depan Go bi pai. Pada saat ini dia sedang berdiri berhadapan dengan Wan Fei Yang di pesisir pantai. Jit Po dan Liok An sedang merapikan leher baju Kuan Tiong Liu. Sedangkan si kerdil Sam cun juga merapikan pakaian Wan Fei Yang.

Hai Liong lo jin duduk di atas sebuah batu berbentuk persegi. Dia mulai tidak sabar menunggu lebih lama. Dia menepuk tangannya berkali-kali.

"Cepat! Cepat!" serunya kesal.

"Ini hanya pertarungan main-main. Bukan pertarungan hidup dan mati. Hanya boleh saling menyentuh saja. Siapa yang kalah dan siapa yang menang, aku orang tua akan memberikan keputusan yang adil."

Kuan Tiong Liu menyahut datar. Gayanya penuh percaya diri. Beberapa hari belakangan ini dia berlatih dengan keras. Sekarang dia sudah benar-benar menguasai tiga jurus terakhir dari Lok jit kiam hoat.

Wan Fei Yang masih tampak serba salah. Sampai saat ini dia masih mengharapkan Hai Liong lo jin akan membatalkan maksudnya. Tentu saja dia kecewa. Orang tua itu menepuk tangannya sekali lagi.

"Mulai!" teriak Hai Liong lo jin selaku wasit.

Kuan Tiong Liu segera memutar pedangnya menjadi dua buah rangkai bunga.

"Hunus pedangmu!" katanya kepada Wan Fei Yang.

Dengan tampang terpaksa Wan Fei Yang menghunus pedangnya.

"Lihat pedang!" teriak Kuan Tiong Liu sekali lagi. Tubuh dan pedangnya meluncur dalam waktu yang bersamaan. Baru setengah jalan, pedangnya sudah bergerak tujuh kali.

Wan Fei Yang menggerakkan kakinya dengan langkah ajaib Bu tong pai. Berturut-turut dia menghindari tujuh kali serangan Kuan Tiong Liu. Pedangnya meluncur dan menangkis serangan ke delapan pemuda itu.

Kuan Tiong Liu kembali memutar pedangnya, gerak tubuhnya segera berubah. Dia mencelat ke udara. Sejurus demi sejurus Lok jit kiam hoat dimainkannya dengan indah. Wan Fei Yang terpaksa mengerahkan Liong gi kiam hoat. Menyambut satu kali, dia belas menyerang satu kali juga. Dalam tusukan ketujuh puluh empat, dia berhasil menguasai keadaan. Tiga puluh enam jurus lagi Kuan Tiong Liu mulai terdesak.

Si kerdil Sam cun yang menyaksikan pertandingan ini tersenyum terus. Sedangkan wajah Jit Po dan Liok An semakin kelam. Hai Liong lo jin malah tidak menunjukkan perasaan apa-apa.

Setelah mundur tujuh langkah, Kuan Tiong Liu segera merubah posisinya, dia menangkis sembilan puluh tiga kali serangan Wan Fei Yang dengan cara membelakanginya. Akhirnya Wan Fei Yang terdesak kembali ke tempatnya semula. Kemudian dia masih terdesak mundur sebanyak tujuh langkah. Kedudukan masih seimbang untuk sementara.

Kali ini wajah Jit Po dan Liok An yang berseri-seri. Si kerdil Sam cun malah bersungut-sungut. Dia tidak bisa tersenyum lagi. Hanya Hai Liong lo jin yang masih seperti sebelumnya. Lama kelamaan bibirnya baru menyunggingkan seulas senyuman tipis. Tapi hanya sekejap sudah menghilang kembali. Matanya tajam seperti seekor elang dan memperhatikan jalannya pertarungan tanpa berkedip.

Hai liong lo jin menyaksikan jalannya pertarungan dengan seksama. Setiap perubahan gerak yang dilakukan kedua anak muda itu terlihat jelas olehnya. Pedang Kuan Tiong Liu semakin menyerang semakin gencar. Tiba-tiba berubah menjadi perlahan.

"Hati-hati!" teriaknya lantang.

Baru saja dia mengucapkan kata-katanya, tubuh dan pedang sudah berubah menjadi satu dan menimbulkan cahaya yang berkilauan meluncur ke arah Wan Fei Yang. Anak muda itu merubah gerakan kakinya dan bergulingan di atas pasir.

"Trang! Trang! Trang!" Entah berapa kali sudah dia menyambut serangan Kuan Tiong Liu. Gerakan kakinya semakin kacau. Tapi makin lama makin cepat. Tubuhnya diselimuti cahaya pedang tapi kakinya masih berdiri dengan kokoh.

Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang YingWhere stories live. Discover now