"Bu-tong-pay sedang tertimpa kemalangan. Generasi pendahulu Ci-siong Tojin dibokong oleh seorang murid sehingga tewas. Kami masih dalam suasana berkabung. Apabila menggerakkan senjata dalam keadaan demikian, tentu akan menjadi gunjingan kawan-kawan di dunia Kangouw. Dengan demikian, kami mohon pengertian Tok-ku Buncu untuk memundurkan tanggal pertarungan selama setengah tahun. Tok-ku Buncu adalah orang yang penuh pengertian. Kami yakin permintaan ini tidak akan ditolak ...."
Tok-ku Bu-ti tertawa terbahak-bahak.
"Benar-benar alasan yang tepat. Dengan demikian orang tidak bisa mengatakan bahwa murid Bu-tong-pay adalah orang-orang yang takut mati." Dia memberi isyarat kepada Kongsun Hong agar meneruskan kata-kata dalam surat itu.
"Mengenai murid murtad Wan Fei-yang yang membunuh Suhu, sekarang sudah mengganti nama menjadi Siau Yang. Orang ini masuk menjadi anggota Bu-ti-bun dan bekerja di toko obat. Entah dia mengandung maksud tertentu atau memang sebetulnya orang dari pihak kalian yang diperintahkan untuk membunuh Suhu. Kami mengharap Tok-ku Buncu tidak keberatan menyerahkan orang ini agar dapat kami hukum sesuai peraturan ...."
Mendengar sampai di sini, hati Wan Fei-yang langsung tergetar. Dia merasa heran sekali.
"Mengapa Fu-toako bisa tahu?" gumamnya seorang diri.
Kembali Tok-ku Bu-ti tertawa terbahak-bahak. "Kau yang bernama Wan Fei-yang?" tanyanya tenang.
Sinar mata Wan Fei-yang terangkat ke atas. Dia mengertakkan giginya erat-erat. "Betul!" sahutnya nekat.
"Orang-orang Bu-tong-pay menuduh kau yang membunuh Ci-siong Tojin, bagaimana pendapatmu sendiri?" tanya Tok-ku Bu-ti kembali.
"Aku tidak membunuhnya!"
"Sebetulnya siapa Suhumu, Ci-siong Tojin atau Yan Cong-tian?" sinar mata Tok-ku Bu-ti semakin tajam.
Hati Wan Fei-yang kembali tergetar. Dia benar-benar kagum akan ketajaman mata Tok-ku Bu-ti dan kecepatan anak buahnya dalam mencari berita. Namun dia juga tidak habis pikir bagaimana tebakannya begitu tepat.
Dia tidak menyahut. Tok-ku Bu-ti juga tidak mendesaknya. Dia masih tertawa lebar. "Aku malah tidak habis pikir apa tujuanmu menyelinap ke dalam Bu-ti-bun!"
"Suhu, aku rasa dia ingin menyelidik rahasia ilmu yang kau pelajari sehingga kelak ada pegangan dalam menghadapimu," tukas Kongsun Hong.
"Mungkin saja ...." sahut Tok-ku Bu-ti datar.
"Kalau begitu, kita terlebih-lebih tidak boleh melepaskannya. Lebih baik langsung dibunuh saja!" Sepasang Jit-goat-lun Kongsun Hong langsung berputaran. Dia tidak menunggu izin dari Tok-ku Bu-ti. Tubuhnya segera melesat ke depan menyerang Wan Fei-yang.
Tentu saja Wan Fei-yang melihat dengan jelas bahwa Kongsun Hong sedang menerjang ke arahnya. Dia tertawa getir. Jarak Kongsun Hong semakin dekat. Sepasang Jit-goat-lun di tangannya mengancam dada Wan Fei-yang.
Anak muda itu melirik Tok-ku Hong sekilas. Tapi gadis itu memalingkan wajahnya. Wan Fei-yang menarik napas panjang. Tubuhnya berkelebat beberapa kali. Gerakannya seperti hantu gentayangan. Tahu-tahu serangan Kongsun Hong sudah mengenai tempat yang kosong.
Kongsun Hong tertawa terbahak-bahak.
"Akhirnya ekor musangmu terlihat juga!" Sepasang Jit-goat-lun menari-nari ke atas dan ke bawah. Tentu saja bukan benar-benar menari namun gerakan senjatanya yang hampir mirip dengan tarian. Berturut-turut dia menyerang Wan Fei-yang.
Tok-ku Bu-ti sama sekali tidak mencegah. Dia hanya duduk tenang menyaksikan jalannya pertarungan. Wan Fei-yang menjalankan langkah barisan Jit-sing. Dia menerobos ke dalam cahaya Jit-goat-lun milik Kongsun Hong. Dengan gencar dan berturut-turut dia berhasil menghindarkan diri dari serangan Kongsun Hong sebanyak empat puluh sembilan kali. Tiba-tiba tubuhnya mencelat ke udara. Ibarat seekor naga sakti meluncur ke arah Kongsun Hong dan menghantam tepat pada bahu anak muda tersebut.
YOU ARE READING
Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang Ying
Ficción GeneralPertarungan antara ketua Bu Tong dan ketua Perkumpulan Bu Ti Bun yang diadakan setiap 10 tahun sekali di Pintu Langit Selatan berakhir dengan kekalahan dari ketua Bu Tong Pay. Tapi kenapa sampai saat ini Bu Tong Pay belum dihancurkan oleh Bu Ti Bun...