Dari mana Wan Fei-yang mempelajari ginkang setinggi ini?
Angin bertiup semakin kencang. Wan Fei-yang seakan mempunyai sayap di tubuhnya. Gerakannya seperti terbang saja. Setelah melintasi padang tersebut, dia sampai pada jalanan gunung yang terpencil. Langkahnya tidak berhenti. Dia terus berlari melewati sebuah hutan lagi. Akhirnya dia menghentikan gerakannya di sebuah tanah kosong.
Tanah kosong itu cukup luas. Ada tiga batang pohon di bagian utara. Juga terdapat beberapa buah balok kayu yang berserakan. Kalau dibilang terpencil, tempat itu memang cukup terpencil dan seakan mengandung misteri yang dalam.
Wan Fei-yang menghentikan langkah kakinya di tempat itu. Kemudian dia bersiul panjang. Kakinya tiba-tiba menutul, dia melayang ke atas sebatang pohon dan berpegangan pada sebuah ranting, kemudian dia berjungkir balik tiga kali di udara dan turun kembali ke tanah persis di tengah tanah kosong tersebut.
Kepalan tangannya diasongkan ke depan. Kakinya yang sebelah kiri terangkat. Kemudian dengan gaya seekor bangau dia berputaran. Gerakan tubuhnya sama sekali tidak kikuk. Bahkan mengejutkan. Apabila dikatakan dia sama sekali tidak mengerti ilmu silat, maka yang dimaksudkan tentu Wan Fei-yang yang setiap hari menerima hinaan dari para suhengnya. Siapa yang akan percaya kalau Wan Fei-yang yang sekarang merupakan orang yang sama?
*****
Rembulan tepat di tengah angkasa.
Di bawah sinar rembulan yang mencekam, kepalan tangan Wan Fei-yang seakan berubah menjadi ribuan. Suara angin menderu-deru. Lengan bajunya berkibaran. Dia berlatih dengan pikiran terpusat penuh. Ketika gerakannya terhenti, seluruh tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat. Segala penderitaan, rasa sedih dan kecewa seperti menguap bersama keringatnya yang mengucur deras.
Akhirnya dia duduk di atas tanah. Dengan sekuat tenaga dia menarik napas dan mengembuskannya. Deru napasnya begitu keras dan memancar sampai kejauhan serta menyusup di telinga seseorang.
Orang itu bertubuh tinggi kurus. Pakaiannya hitam pekat. Kepalanya juga ditutupi sehelai kain hitam. Hanya sepasang matanya yang kelihatan. Sekarang mata itu sedang memperhatikan Wan Fei-yang, dia juga melangkahkan kakinya menuju tempat di mana anak muda itu berada.
Tiba-tiba tubuhnya bergerak, sama sekali tidak menerbitkan suara. Manusia yang mengenakan pakaian hitam itu seperti roh halus layaknya. Bukankah saat seperti ini juga memang merupakan saat yang tepat di mana roh halus berkeliaran?
*****
Wan Fei-yang duduk membelakangi orang tersebut. Dia terus menarik napas dan sama sekali, tidak sadar akan kehadiran orang tersebut. Ketika dia tersadar, kepalanya segera menoleh, jarak orang itu tinggal tujuh depa dengannya. Dia memandang dengan termangu-mangu. Setelah beberapa saat dia baru menarik napas kembali. "Suhu rupanya."
Ilmu silatnya yang demikian tinggi, tidak usah diragukan lagi, pasti hasil didikan manusia berpakaian hitam ini. Sekarang manusia berpakaian hitam itu sedang memandangnya lekat-lekat.
"Apakah kau lelah sekali?" suaranya tidak berbeda dengan gerakan tubuhnya, seakan bukan suatu yang nyata.
"Tidak ... aku tidak lelah," sahut Wan Fei-yang sambil menggelengkan kepalanya.
"Dari jauh aku sudah mendengar suara napasmu. Lagi pula seandainya kau tidak lelah, mengapa sampai aku berada sedemikian dekat, kau masih tidak menyadari?"
Wan Fei-yang tidak tahu bagaimana harus menyahut.
"Seandainya yang datang tadi adalah musuhmu, maka biarpun kau mempunyai sepuluh lembar nyawa, semuanya tentu sudah melayang saat ini," kata manusia berpakaian hitam selanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/95307960-288-k507910.jpg)
YOU ARE READING
Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang Ying
Fiksi UmumPertarungan antara ketua Bu Tong dan ketua Perkumpulan Bu Ti Bun yang diadakan setiap 10 tahun sekali di Pintu Langit Selatan berakhir dengan kekalahan dari ketua Bu Tong Pay. Tapi kenapa sampai saat ini Bu Tong Pay belum dihancurkan oleh Bu Ti Bun...