----
Sekarang di sinilah aku, di ruang tengah bersama keluarga ku, Reyhan, Sinta, Ira, Cindy, dan tentu saja Farhan.
Duduk di tengah-tengah mereka seakan membuatku lupa dengan tujuan awal ku. Aku rasanya pengen tinggal bersama mereka tapi apa boleh buat aku harus menetap di negeri ini.
"Ehmm.."
Aku berdehem agar semua pandangan mereka fokus ke arah ku. Oh god! I am nervous now.
"Ada apa sayang?"
Dari mana aku harus memulainya? Apa aku langsung ke inti saja yah!
"Hm, gini ma! Tia pengen bicara penting."
"Lo pengen ngomong apa dah! Sok penting banget eh."
"Gue serius Rey! Please dengerin dulu."
Semua orang menatap ku, mereka semua menungguku berbicara dan sekarang lidah ku rasanya kelu bahkan rasanya tidak bisa di gerakkan.
"AKU AKAN MENETAP DI SINI!"
Aku mengucapkannya sangat cepat, aku ngak yakin mereka mendengar ku. Buktinya mereka ngak bereaksi sama sekali.
"Whatttt.. ngak! Kak Tia ngak boleh."
"Aduhhh, dek! Ni kuping pen copot dah rasanya. Ngapain sih teriak kek gitu? Lagian kamu tuh kagetnya telat eh."
"I dont care! Pokoknya ngak boleh."
Aku menggeleng-gelengkan kepala ku melihat tingkah adik kecil ku ini.
"Maksud kamu apa sih nak?"
Nah loh, papa angkat suara tuh. Ini jawabnya gimana dah!
"Ini pa, Tia bakal menetap di sini. Tia bakal ganti kewarganegaraan. Ehmm.. tapi Tia janji bakal selalu balik kalo lagi liburan."
"Apa ngak bisa di indonesia aja?"
"Ngak bisa ma, kontraknya udah aku terima sejak jauh-jauh hari. Maafin Tia karena waktu itu langsung nerima tanpa tau pendapat kalian."
Aku menunduk tanda menyesali semuanya, waktu itu aku tidak berfikir panjang dan langsung menerimanya.
----
Flashback
Three years ago"Hiii!!!"
"Eh, Hi! What happen?"
Aku bingung karena tidak biasanya tetangga ku ini menyapa ku. Umurnya mungkin hampir sama dengan ku. Wajahnya yang terbilang sangat tampan dengan mata abu-abunya. Sungguh aku saja biasa terpesona dengannya.
"Ehmm.. I want to talk you something!"
"What? I think I want to hear that."
Kalian ingat seseorang waktu Farhan pergi? Yah, orang yang membuka pintu itu. Seorang Albert.
"Aku ingin memberikan mu kontrak! Apakah kamu bersedia?"
"Kontrak apa?"
Aku bingung karena tiba-tiba dia berbicara tentang kontrak. Dan aku tidak tau kontrak apa yang dia maksud.
Aku melihatnya terkikik geli, hey.. apa yang lucu?
"Oke, please. I want intro my self. My name is Albert Bryandra. Dokter muda yang memiliki rumah sakit tempat mu latihan. Saya melihat kamu cukup teliti dan I think I like your job. Aku ingin kamu memegang saham di rumah sakit itu dan aku juga ingin kamu bekerja di sana."
Aku melongo mendengar perkenalannya, dia bos ku dan aku tidak pernah tau!
"But I think I cant. Aku masih kuliah dan aku rasa itu akan menghambatnya."
"Calm down, kamu boleh menyelesaikan kuliah mu terlebih dahulu."
"Aku tidak yakin."
"Come on, I belive you can succes."
Aku berfikir sejenak sebelum menganggukkan kepala ku. Aku rasa, aku boleh mencobanya.
"Wait, the first. I think you must stay here."
"Tidak masalah, aku akan melakukannya nanti. Di mana aku harus tanda tangan."
"Here." Ucapnya sambil menunjukkan tempat di mana aku harus tanda tangan.
----
Berfikirlah sebelum engkau bertindak agar engkau tidak menyesal di kemudian hari
----"Ak-aku tidak berfikir panjang tentang itu. Aku mohon izinkan aku. Aku janji mengunjungi kalian setiap liburan."
Aku mulai menjatuhkan air mata ku, aku terlalu bodoh waktu itu. Aku tau itu menguntungkan tapi sekali lagi aku meninggalkan mereka.
"Tidak apa-apa nak! Lakukanlah apa yang menurut mu baik. Papa tau kamu anak yang akan membanggakan."
"Iya, sekarang kami semua mendukung mu sayang. Mama, Nia, Farhan, Reyhan dan yang lainnya selalu mendukung mu."
Aku tersenyum dan memeluk mereka semua, sekali lagi aku akan tinggal di negara orang dan akan mengasingkan diri di negara ku sendiri.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen FictionSeorang mahasiswi jerman dengan paras yang cantik yang bercerita tentang hidupnya yang berlibur di kampung halaman. Tentang dia yang suka pada pandangan pertama oleh seorang pria asing yg baru ditemuinya. Tentang pertemuannya dengan pria asing lain...