Part 28 - Honesty

39 7 0
                                    

----

"Wuaaaa... Gue balik lagi di negara ini."

"Apasih Lexa! Lo lebay amat dah. Kek ngak pernah ke Indonesia aja eh."

"Biarin eh, lo ngak tau seberapa kangennya gue sama negara kelahiran gue  ini."

Yah, tentu saja! Semua orang pasti akan merindukan negaranya. Begitu banyak kenangan di negara ini.

Reyhan menghampiri Tia dan merangkulnya. Bagaimana dengan kondisi Nia dan Sinta? Tentu saja mereka kelihatan sangat aneh. Dengan saling melemparkan tatapan sinisnya. Sebenarnya Nia tidak mempermasalahkan statusnya Sinta yang dulu tapi mendengar dia akan mencelakai siapapun termasuk kakaknya.

"Ehmm, Tante Sinta pulang duluan yah. Ini, mendadak perut sinta sakit."

"Eh, sekalian sama tante aja sayang. Kita juga langsung pulang kok."

Sinta masih ragu, sebenarnya dia masih ingin menghabiskan hari-harinya dengan keluarga bahagia dari Nia. Tapi melihat kelakuannya hari ini dia rasa dia tidak pantas.

"Ngak apa-apa tante! Sinta udah ada yang jemput."

Reyhan mengeryit, siapa yang akan menjemput Sinta?

"Lo pulang bareng gue! Lagian siapa sih yang mau dateng jemput lo."

Sinta menatap Reyhan dengan tatapan sinisnya. Entah mengapa dia ingin menunjukkan ketidaksukaannya itu. Tentu saja Reyhan mengeryit bingung. Dia tidak tau apa yang dia lakukan dan dia rasa dia tidak berbuat salah sama sekali.

Sinta membalikkan badannya menghadap ke mama dan papa Tia. Dia menyalimi tangan keduanya dan berpamitan.

"Sinta pulang dulu yah tan, om. Sinta balik semua. Bye!"

Bye, kata itu! Tentu saja dia tidak akan pernah lagi muncul di hadapan keluarga bahagia itu. Dia masih mempunyai malu.

Malu atas perkataannya! Menyesal! Mungkin saat ini lumayan ada. Tapi obsesinya melebihi itu semua.

----
Jangan pernah engkau menyia-nyiakan seseorang yang selalu mengingatmu dan sayang kepadamu. Sungguh ketika kau benar-benar kehilangannya kau akan menyesal yang dalam artian sangat sangat menyesal
----

"Nia!!!"

"Eh, kak Tia! Ada apa kak?"

Di kamar yang terbilang sederhana tapi memiliki dekorasi yang elegant. Di lengkapi dengan peralatan yang hanya mempunyai model tersendiri. Kamar tidur, meja belajar, meja make up dan lainnya. Semua itu memiliki model yang luar biasa. Tidak ada yang pernah melihat dan memilikinya. Tentu saja semua itu di desain khusus olehnya sendiri. Dia tidak ingin nemiliki barang dan perabot yang sama dengan orang-orang makanya dia mengusulkan untuk mendesain dan mencari seorang pengrajin untuk membuat barang dengan bentuk yang dia mau.

"Seharusnya kakak yang nanya. Kamu itu kenapa? Kok dari tadi kamu diem aja."

"Eh, itu.itu ngak ada kok. Nia ngak apa-apa."

"Nia! Dengerin kakak."

Nia menatap mata kakaknya, sebenarnya dia ingin mengungkap semuanya. Tapi di lain sisi dia masih belum sanggup. Entah bagaimana reaksinya nanti.

"Nia tuh ngak pinter bohong, kita udah sama-sama dari kecil. Kita saling tau. Jadi kenapa kita ngak saling jujur satu sama lain!"

Nia menunduk, dia tidak bisa lagi menahan tangisnya. Dia tidak tau harus bagaimana. Dia ingin menjauhkan kakaknya dari sepupu Sinta tapi rasanya mustahil. Mereka sudah sangat dekat.

"Nia! Hey.. kamu boleh nangis. Jangan di tahan. Kamu kalau ada masalah bicara sama kakak. Siapa tau kakak bisa bantu."

"Kak! Nia ngak tau harus gimana. Tia ngak tau dimana Nia harus berpihak. Nia sayang sama dia tapi di lain sisi dia juga buat Nia kecewa."

Akhirnya Nia mengeluarkan tangisan nya. Dia sudah sesak karena menahan air mata itu untuk jatuh. Tia memeluknya berusaha menenangkan adiknya yang mungkin mempunyai masalah yang di bisa dikatakan cukup serius.

"Nia! Jujur aja sama kakak. Kamu ada masalah apa?"

Tia tidak ingin melihat adiknya seperti ini, dia juga merasa sesak. Dia tidak ingin melihat orang yang dia sayang menangis.

"Sinta kak! Dia... hiks"

Tia masih menunggu jawaban dari adiknya. Ada apa dengan Sinta tadi dia terlihat baik-baik saja.

"Tapi kakak janji ngak bakal marah!"

Nia menatap mata Tia. Dia ingin Kakaknya tidak marah kepada sahabatnya. Tia berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Sinta! Sinta mantannya kak Rey."

DUARRR
Rasanya jantung Tia akan berhenti. Kalimat itu membuatnya membeku. Ada sebagian dalam dirinya yang sakit mendengarnya tapi dia berfikir. Bagaimana perasaan Sinta saat dia tau mantannya di sukai sama seseorang yang tidak lain dan tidak bukan kakak dari sahabatnya sendiri.

Tia berusaha tenang dan ingin mendengar lebih lanjut cerita dari Nia. Dia ingin tau kenapa adiknya terlihat sangat frustasi.

"Trus? Kamu tau dari mana?"

Nia menatap kakaknya ragu tapi dengan tegas Tia mengangguk sehingga memantapkan Nia untuk membeberkan semuanya.

Dan mengalirlah cerita dari Nia dari awal hingga akhir. Dia tidak menyembunyikan apapun lagi.

***

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang