Part 8 - Iblis berwajah malaikat

82 9 0
                                    

----

Perasaan hancur! Saat kau baru ingin menerima namun sebuah kenyataan menyulitkanmu

----

Author pov

Tia tersenyum miris mendapatkan kenyataan yang tidak di inginkannya.

"Hyy... gue Tia Alexandra. Lo bisa manggil gue Tia. Nice to meet you Sintya." Tia tersenyum dan di balas oleh senyuman manis dari Sintya.

Sangat terlihat jika ada salah seorang gadis yang menatap Tia dengan pandangan khawatir.

Aku harap semoga kak Tia bisa menanganinya dengan baik, kenapa juga sih dengan laki-laki yang satu ini. Sangat jelas terlihat kalau dia juga punya perasaan dengan kak Tia. Dasar semua laki-laki keknya goblok semua yah?

Sinta tidak berhenti mengomel dalam hatinya dan terus menatap sepupunya itu dengan pandangan yang terlihat sangat kesal.

"Hallo kak Sintya, aku Nia Alexandra. Adik dari kak Tia." Nia ikut memperkenalkan diri dengan sangat senang.

"Kalo kamu siapa?"

"Gue Sinta, I dont have time to introduce. I must go." Sinta berjalan dengan menghentak-hentak kan kakinya. Dia tidak ingin melihat kak Tia sedih. Dia sudah menganggap Tia sebagai kakak kandungnya.

----

Paras yang cantik tidak akan menjamin hati seperti malaikat

----

"Hii Tia!!!!!"

"Hiii Sintya... ada apa?"

Sintya terlihat tersenyum manis kepada Tia sebelum dia mengeluarkan senyuman iblis yang dia punya.

"Gue pengen lo ngejauhin apa yang udah jadi milik gue."

Tia mengeryit tidak mengerti sebelum akhirnya dia tau apa yang di maksud oleh wanita di depannya.

"Loh? Kenapa gue harus ngejauhin Reyhan. Apa salahnya kalo gue dekat dengannya?"

"Lo kelihatan nantangin gue yah!" Sintya semakin memperlihatkan seringai iblisnya

Sintya maju hingga hampir menghapus seluruh jarak antara dia dan Tia.

"AWww.." tia meringis kesakitan karena dengan tindakan yang tidak ia duga terjadi kepadanya.

Sintya menarik dengan sangat kuat rambut lurus Tia. Dia melakukannya dengan gerakan yang sangat cepat sehingga Tia tidak bisa melakukan perlawanan.

Sintya maju mendekati telinga Tia. Dia ingin membisikka sesuatu.

"Gue ngak akan pernah biarin orang lain ngambil apa yang udah gue milikin. Lo harusnya mikir dulu kalo mau bersaing sama gue. Lo bahkan sudah kalah telak. Lo jauh di bawah gue asal lo tau aja." Sintya berbisik tanpa melepaskan tarikannya dari rambut Tia.

"Lo pikir dengan lo lakuin ini gue bakal takut sama lo dan ngak bakal buat apapun! Lo pikir dengan cara lo yang kek binatang ini bakal ngejauhin gue dari Reyhan! Dan lo pikir dengan lo berbuat begini lo akan ngehancurin hidup gue! Kalo lo berfikir seperti itu lo salah besar yang ada hidup lo yang hancur." Tia berusaha menantang Sintya yang semakin manarik rambutnya hingga terasa nyeri pada kulit kepala.

"Le... paaa... siinnnn..." Tia sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang sudah dia tahan sejak tadi.

Dia tidak sadar bahwa teriakannya mampu mengumpulkan seluruh anggota villa.

Tarikan di rambutnya lepas dan Tia tidak menginginkan kesempatan membalasnya hilang begitu saja. Dengan gerakan cepat dia menarik dengan sangat kuat rambut Sintya tapi karena itu hanya bertahan sebentar dan dia sudah tidak bisa menjangkau rambut panjang dan indah milik Sintya maka dia langsung melayangkan tamparan dengan kekuatan yang maksimal dari dalam dirinya ke pipi sebelah kanan Sintya hingga membuat wajah cantik itu terhuyung ke sebelah kiri.

"Tiaaa..."

Teriakan itu membuat kesadarannya kembali. Dia melihat tangannya yang juga berdenyut karena tamparan yang sangat keras itu.

"Apa yang kulakukan?" Tia bergumam dan tanpa dia sadari air matanya telah jatuh.

"Sintya, apa kau baik-baik saja?"

Tia beralih menatap Sintya dan Reyhan. Dia sadar bahwa yang salah di sini adalah dia. Dan pasti semua orang juga akan mengira seperti itu. Kenapa? Yah.. karena dia tidak melihat kejadian itu sepenuhnya.

Sintya menggeleng dan secara tiba-tiba dia mencium Reyhan tepat di bibir.

Air mata Tia mengalir semakin deras, dia tidak ingin melihatnya lagi tapi dia punya pikiran yang sangat konyol.

----

Aku akan melihat kejadian apapun dari awal hingga akhir sebelum menarik kesimpulan dan dengan itu tidak akan ada kesalahpahaman yang terjadi.

----

Sintya masih mencium Reyhan yang masih kaget dengan tindakan tiba-tibanya.
Dan sekarang dia melihat Reyhan telah sadar dari masa kagetnya namun dia malah membalas ciuman itu dan malah semakin memperdalam ciumannya.

Reyhan terus menciumi Sintya dengan mata keduanya yang terpejam pertanda dia sangat menikmatinya.

Air mata Tia tidak lagi bisa keluar, dia sudah lelah menangis. Bahkan dia masih diam mematung melihat adegan yang sangat tidak pantas.

"Bahkan gue belum memulainya." Tia bergumam dengan kepala yang tertunduk.

Tia terus berjalan tanpa tentu arah dengan kepala yang menunduk.

Tanpa dia sadari dia berjalan ke arah Danau dan juga sungai  yang  berseberangan mengalir dengan tenang di tengah perkebunan teh.

Tia tersenyum melihat pemandangan yang indah di depannya. Dia seakan melupakan masalahnya dan merasa tenang di sini.

***

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang