----
"Gue udah selesai." Ucap ku mengembalikan suasana. Dan aku benci suasana yang awkward ini.
Aku mengangkat tangan ku agar waiters datang ke meja kami. Aku melihat bill dan segera membayarnya.
----
"Dek kamu kemana aja sih? Masa Kakak di tinggalin berdua sama dia."
Ya.. aku kesal dengan adik ku ini. Dia yang mengajak ku jalan tapi dia juga yang ninggalin.
"Maaf Kak, tadi kami habis nonton. Iyakan Sinta?" adik ku menjawab dan di support oleh sahabatnya Sinta.
"Iya Kak, lagian Kakak sama Kak Reyhan juga lagi having fun berdua. Yaudah kami pergi ke bioskop." Jawab Sinta
"Eh, kutu kumpret.. lo berdua tau kan yah kalo Tia ngak marah sama gue."
Elah, macan bakalan ngamuk.
Nia dan Sinta pun mengangguk serentak.
"Kak Reyhan jangan salahkan kami. Kak Reyhan yang langsung nyelonong pergi tanpa dengar penjelasan kami." Bela Nia untuk menutupi kesalahannya.
"Lagian Kak Tia emang ngak pernah marah. Kamu aja tuh yang berlebihan." Aku menganggukkan kepala dan tersenyum penuh kemenangan.
"Kalian dari mana?" Tanya Nia aku hanya mengedikkan bahu acuh dan mengalihkan pandangan ku ke seluruh penjuru mall ini.
"Kami habis makan ice cream" jawab Reyhan
"Kenapa tidak mengajak kami?"
Sinta sepertinya marah pada kami. Bisa dilihat dari raut wajahnya yang seketika memerah.
"Jangan salahkan Gue, dia yang mentraktir."
Aku melotot ke arahnya dan di balas cengiran khas dari Reyhan Pratama.
"Aku tidak mentraktirnya secara cuma-cuma. Aku kalah taruhan dan itu adalah hukuman ku."
"Aku tidak ingin tau, aku juga ingin ice cream." Jawab Nia dan Sinta kompak
Astaga, ada apa dengan kedua anak ini. Dia berlagak seperti mama tiri yang memarahi anaknya.
"Ayolah Kak, Nia ngak mau tau yang jelas Kak Tia harus mentraktir kita."
Astaga, aku akan memberinya pelajaran setelah ini. Berani sekali dia.
"Kak ayolah, kenapa hanya Kak Reyhan yang dapat traktiran."
"Benar, dan Kau juga Kak jangan hanya diam. Apa kau mau aku laporkan ke bunda? Ya.. aku akan melaporkan mu."
Reyhan hanya berdecak, dan menatap tajam Sinta begitupun sebaliknya. Situasi ini sangat menegangkan.
Aku pun berkacak pinggang melihat mereka berdua.
"Berhentilah berlagak seperti ibu tiri yang memarahi anaknya. Dan kalian berdua berhentilah melempar tatapan yang seperti itu." Ucap ku memberi peringatan kepada mereka bertiga.
"Ck.. ayolah. Bukannya kalian ingin ice cream? Aku akan mentraktir kalian sekarang." Ucap ku akhirnya dan di balas sorakan girang dari Nia dan Sinta.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Novela JuvenilSeorang mahasiswi jerman dengan paras yang cantik yang bercerita tentang hidupnya yang berlibur di kampung halaman. Tentang dia yang suka pada pandangan pertama oleh seorang pria asing yg baru ditemuinya. Tentang pertemuannya dengan pria asing lain...