----
Jangan pernah sia-siakan apa yang kau miliki sekarang karena akan ada saatnya kau menyesali semuanya
----Tia masih mengingat dengan jelas apa yang di katakan adiknya. Entah dia harus bagaimana? Apakah dia akan menjauhi Reyhan atau membiarkannya saja.
Di cafe Batavia ini, dia duduk termenung memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Dia tidak ingin melihat Nia dan Sinta bermusuhan seperti sekarang. Yang dia mau pertemanan mereka tetap terjalin.
Dia melihat jam yang melingkar di tangannya 17:25 sudah menjelang malam. Dia memanggil pelayan dan membayar seluruh pesanannya tadi. Dia beranjak dari duduknya tapi sebelum itu dia tersenyum ke arah pelayan tadi.
----
"Lexa!!! Lo dari mana?"
Baru saja Tia masuk ke rumahnya dia sudah di kejutkan dengan pertanyaan mendadak itu. Siapa pelakunya? Siapa lagi yang memanggil Tia dengan sebutan Lexa! Tentu saja Farhan.
"Ck, lo ngagetin aja sih."
Farhan POV
Pagi-pagi gue udah jalan pengen ke rumah Lexa. Entahlah, perasaan gue ngak enak. Rasanya gue pengen selalu ada di samping dia. Gue rasa dia punya masalah yang berat dan dia ingin menyembunyikannya.
Tapi ternyata Lexa tidak ada, kemana dia? Entahlah gue tunggu aja dulu. Paling sebentar lagi dia pulang.
1 menit
5 menit
10 menit
1 jam
3 jam
Astaga, kemana dia? Apa dia ada masalah? Atau terjadi sesuatu sama dia? Ck, fiks gue khawatir banget. Berjam-jam gue nunggu tapi tidak ada tanda-tanda dia akan pulang. Di tambah rumah lagi sepi, Nia? Dia pergi untuk kerja kelompok di rumah temannya. Mama dan Papa Lexa juga pergi entah kemana. Dan disinilah gue duduk di ruang santai dengan makanan yang ada di tangan gue. Entah sudah berapa banyak makanan yang gue habiskan.
"Hooooaaaammm..."
Oke gue ngantuk, gue udah duduk berjam-jam di sini dan ngak ada hasil. Ck, ngapain sih dia kok belum pulang juga.
Gue memposisikan badan gue untuk berbaring rencananya gue cuman pengen baringan doang tapi ternyata rencananya beda lagi. Gue tertidur entah berapa lama sampai suara pintu yang terbuka membangunkan gue.
"Lexa!!! Lo dari mana?"
Jangan tanya gue marah apa ngak, karena tentu saja jawabannya adalah ya! Sebenarnya bukan marah lebih kepada kesal.
"Ck, lo ngagetin aja sih."
Gue kangen bett sama ini anak, entah karena apa tapi yang jelas gue sayang sama dia. Dan liat! Sekarang dengan melihat wajah lelahnya itu gue langsung lupa kekesalan gue.
Menunggu berjam-jam sampai akhirnya ketiduran tapi dengan melihat wajahnya saja gue udah lupa sama semuanya.
Lexa berjalan mendekati gue dan duduk di samping gue. Kelelahannya sangat terlihat di wajahnya. Ada apa dengan dia?
"Lo kenapa huh?"
Gue bertanya dan mengusap kepalanya dengan lembut. Dan pertanyaan gue cuma di balas dengan gelengan. Gue natap wajahnya, matanya tertutup dengan badan yang dia sandarkan.
"Lo ngak bisa boongin gue!"
Lexa membuka matanya perlahan. Dan apa itu? Matanya berkaca-kaca. Apa yang lo sembunyiin Lexa?
"Yah, gue ngak bisa bohong sama lo. Lo tau setiap ekspresi gue."
Gue nunggu dia ngelanjutin perkataannya, sungguh gue benar-benar tidak tega liat dia seperti sekarang. Dia datang ke indonesia hanya ingin liburan tapi kenapa masalah selalu datang ke dia.
Dia tiba-tiba memelukku dengan isakannya mungkin dia sudah tidak bisa menahan semua bebannya.
"Cerita sama gue lexa! Siapa tau gue bisa bantu."
Dia tidak bergeming yang ada isakannya semakin keras. Gue berusaha nyalurin kekuatan buat dia dengan membalas pelukannya dan mengelus lembut rambutnya.
Beberapa menit kemudian, isakannya mulai hilang. Dia mengangkat kepalanya sehingga mata kami beradu pandang. Dia tersenyum ke arah ku. Dengan matanya yang memerah dan bengkak matanya menyipit membentuk senyuman juga. Hidungnya yang memerah karena tangis. Dia tetap cantik dalam keadaan apapun. Dan ini keberapa kalinya gue ngeliat dia nangis sesenggukan.
----
"Temenin gue ke acara reuni yuk Fa."
"Lah? Kemarin waktu gue sama Reyhan pengen ikut lo ngak ngasih. Sekarang? Gue ngak mau lo yg pengen. Astaga! Lo kenapa huh?"
"Ck, kalo ngak mau ikut ngak usah. Gue ngak maksa. Gue bisa bawa mobil sendiri."
Tia terus saja melempari baju-baju nya ke atas kasur. Dia bingung harus memakai yang mana.
"Heh, lintah samudera pacifik! Kamar lo udah kek kapal ancur tau ngak. Lagian ngapain sih lempar-lempar baju kek gitu."
"Dihh, keong tikus bukannya bantuin. Gue pen nyari baju buat reuni. Tapi ngak ada yang bagus."
"Astaga, heh itu baju lo keluaran baru semua lo bilang ngak ada yang bagus? Apasih. Ini bukan lo banget Lexa."
"Bantuin Fa! Ini atau yang ini."
Ucapnya sambil menunjukkan dua baju.
Berwarna merah dan hijau. Dan Farhan menunjukkan jarinya ke arah baju berwarna hijau."Ngak, ini udah gue pake berkali-kali. Temenin gue cari baju di luar!"
Tia langsung menarik Farhan keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil berwarna biru laut kemudian melesat ke butik terdekat.
----
"Fa, pilihin gue baju dong! Mager milih-milih."
Farhan mengeryit, dia tidak tau selera Tia seperti apa. Tapi dia tetap memilihkan bajunya. Dia mengambil apapun yang bisa dia jangkau. Setelah merasa cukup dia pun kembali ke tempat dimana Tia menunggunya.
"Lexa!!!"
Lexa terkesiap dengan apa yang di lihatnya. Apa-apaan Farhan! Seluruh tangannya di penuhi dengan pakaian bahkan sangking tingginya tumpukan itu hampir menutupi seluruh penglihatannya.
"Lo mau buat kantong gue kosong sebelum setahun yah Fa?"
Lexa masih melongo tidak percaya dengan yang di lakukan Farhan.
"Udah sih, masih bagus gue milihin lo. Udah cobain dulu. Siapa tau ada yang cocok."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen FictionSeorang mahasiswi jerman dengan paras yang cantik yang bercerita tentang hidupnya yang berlibur di kampung halaman. Tentang dia yang suka pada pandangan pertama oleh seorang pria asing yg baru ditemuinya. Tentang pertemuannya dengan pria asing lain...