Part 34 - Comfortable

42 7 0
                                    

----

"Eh, harusnya sekarang lo yang meriksa pasien tapi kenapa lo yang di periksa."

Sudah sebulan semenjak kejadian jatuhnya pesawat itu, Tia tidak juga sadarkan diri dari komanya.

Di kecelakaan pesawat itu sama sekali tidak memakan korban kecuali dirinya. Semua penumpang yang ada di sana selamat.

Kejadian itu sungguh sangat aneh, sekarangpun semuanya masih menjadi misteri. Semua orang tidak mengetahui bagaimana kondisi Tia sekarang termasuk keluarganya.

----

Seorang dokter muda sedang memeriksa pasiennya, dia meletakkan stetoskop ke dada sang pasien untuk mengetahui detak jantung sang pemilik.

"Kondisi lo makin hari makin baik, tapi kapan lo mau buka mata? Segitu indahnya kah di alam sana sehingga lo betah!"

Albert! Dialah orang yang menemukan Tia saat kecelakaan itu. Dia sangat panik dan tidak tau harus berbuat apa. Dia melarikan Tia ke rumah sakit pribadinya tanpa seorangpun yang tau.

"Kenapa lo ngak bangun sih? Usahalah sekuat yang lo bisa untuk bangun. Semua orang khawatir sama lo."

Karena Albert mulai bosan dia menyalakan Tv dan betapa terkejutnya dia melihat berita yang di tayangkan.

Detik-detik pesawat Indonesia-German kehilangan kendali

Begitulah yang tertulis di tayangan tersebut. Di saat itu semua orang turun menggunakan parasut sehingga membuat keindahannya sendiri.

"Baiklah, kami akan mewawancarai salah seorang penumpang untuk mendapatkan informasi lebih."

Terlihat sang wartawan sedang mencari seseorang yang juga merupakan penumpang dari pesawat itu.

"Maaf Pak! Kami dari stasiun Tv ingin mewawancarai anda."

Sang bapak mengangguk tanda dia bersedia untuk memberikan informasi kepada sang wartawan.

"Apa yang terjadi saat itu?"

"Saat itu semuanya terlihat baik-baik saja sebelum sang pramugari mengatakan ada beberapa masalah dengan pesawatnya. Semua penumpang panik dengan keadaan itu apalagi dengan pesawat yang mulai tidak teratur."

"Siapa yang membuat seluruh penumpang tenang saat kejadian itu? Dan siapa yang memiliki ide tentang parasut yang di pakai semua penumpang?"

Sang bapak tersenyum seakan dia mengingat suatu hal yang baik. Dia mengumpulkan semua penumpang terlebih dahulu sebelum dia akan menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh wartawan.

"Seorang gadis cantik, dia begitu pintar menangani masalah itu. Dia yang menenangkan kami semua. Dan memberikan ide kepada kami untuk memakai parasut yang ada."

"Apa salah satu dari kalian ada yang tau tentang gadis itu?"

Seorang gadis berusia mungkin belasan tahun mengangkat tangannya.

"Aku sebangku saat di pesawat dan kami sempat bercerita sebentar."

"Baiklah, siapa nama gadis itu?"

"Namanya Tia Alexandra, dia habis liburan di Indonesia dan akan kembali karena urusan pekerjaan di German. Orangnya sangat cantik, di tambah dia juga ramah dan juga sopan."

"Yah, dia membantu kami semua tapi sekarang kami belum bertemu dengannya. Kami hanya berharap dia baik-baik saja. Karena dia tidak ada korban di peristiwa ini."

Anak kecil terlihat melompat-lompat dari tempatnya dia juga ingin menyuarakan tentang gadis itu.

"Kakak cantik ngasih aku permen sama ini!"

Snow Globe, oleh-oleh dari German. Snow Globe itu masih tersisa karena dia membeli banyak waktu itu dan semua temannya sudah mendapatkan bagiannya.

"Namanya, snow.. snow.. snow apa sih kesy lupa yang jelas katanya ini oleh-oleh dari German."

"Wah, gadis itu baik sekali! Apa yang mau kalian katakan sama dia? Siapa tau dia menonton siaran ini."

Seorang wanita paruh baya mengambil mic dari tangan wartawan tersebut.

"Kami ngak tau kamu ada dimana? Tapi yang jelas kami berterima kasih sama kamu. Mungkin kalo kamu ngak ada kita akan tidak ada lagi di dunia ini. Kami semua berharap kamu baik-baik saja. Tia alexandra, sekarang kamu sudah menjadi keluarga kami semua. Kamu sudah melakukan hal yang besar buat kami semua. Sekali lagi terima kasih banyak."

"Wow, mulia sekali gadis ini. Dia mau menolong orang tanpa tau resiko buat dirinya sendiri. Beruntung sekali keluarganya. Yah semoga harapan semua orang akan terkabul. Baiklah sekian dari berita ini terima kasih dan sampai jumpa."

"Wow, lo nolongin semua orang tapi sekarang lo yang sekarat huh? Bagaimana mungkin lo ngak mikirin diri lo sendiri. Sudah sebulan semua orang mengharapkan sesuatu yang baik terjadi ke lo. Ayolah, bangun untuk semua orang."

Albert menggenggam tangan Tia dia merasa nyaman, entah sejak kapan perasaan nyaman itu mengganggu hidupnya.

***

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang