Part 32 -Sahabat Sejati

32 6 0
                                    

----

"Tapi bunda Sinta masih sayang banget sama Cousin Rey, sinta ngak rela bunda kalo dia dimilikin orang lain. Sinta ngak mau."

"Sinta, Dengerin bunda! Kamu itu ngak boleh egois. Kalo kamu beneran sayang sama Reyhan harusnya kamu ngak akan hancurin hidup dia. Kamu harusnya bantu dia buat dapetin kembali kebahagiaannya. Apalagi kamu ngehancurin persahabatan mu dengan Nia. Bunda tau kamu bakal sakit tapi mau tidak mau kamu harus bisa belajar buat ngelupain perasaan itu dan cukup anggap Reyhan sebagai sepupu sekaligus sahabat mu."

Sinta telah membicarakan segalanya, dia mengeluarkan keluh kesahnya. Dia kira tindakannya sudah benar tapi yang ada tidak sesuai dengan pemikirannya. Dia melakukan kesalahan besar.

"Sinta salah yah bunda? Tapi Sinta rasa Cousin Rey juga masih sayang sama Sinta. Sinta masih ngak rela bunda."

"Kamu bisa sayang! Kamu harus ingat, segala sesuatu yang kau tinggalkan dengan niat baik maka kamu tidak akan kehilangannya. Lakukan sebelum terlambat."

"Sinta ngak yakin bunda, please give me time to talk with them."

Bunda Sinta hanya mengangguk, mengelus rambut sang anak dengan lembut. Dia tidak tau bahwa semuanya akan serumit ini.

"Bunda!!!"

Sinta menghapus jejak air matanya, dia tidak ingin Reyhan tau dia habis nangis di pelukan bundanya.

"Eh, ternyata lagi ngumpul yah."

Sinta tersenyum begitupula dengan bundanya. Mereka telah seperti keluarga yang bahagia.

Reyhan ikut bergabung dengan kedua wanita yang sangat disayanginya. Wanita yang telah mengisi hari-harinya hampir di sepanjang hidupnya.

----

"Lexa, kenapa sih lo itu selalu pergi mendadak. Padahalkan waktu lo itu ada satu tahun, tapi ini baru beberapa bulan."

"Dihh, Fa lo lebay banget dah. Ini bukan mau gue juga Fa. Lagian gue masih di sini buat beberapa hari lagi."

Walaupun Tia akan berangkat beberapa hari lagi tapi dia sudah mempersiapkan segalanya. Dia tidak ingin kerepotan di saat dia akan berangkat.

"Jalan yuk Fa! Bosen gue."

"Ayuk, tapi ke mana?"

"Ke mall aja! Gue mau jajan juga di sana."

"Yaudah, siap-siap dulu lo!"

----

"Starbucks yuk, laper gue."

Reyhan dan Sinta sedang berada di mall, saat Reyhan kerumahnya dia mengajak Sinta ke mall dengan alasan bosan.

Reyhan mengikuti kemauan Sinta, mereka menuju ke starbucks. Tapi di pertengahan jalan dia melihat seseorang yang ia kenal yang tidak lain dan tidak bukan adalah Farhan dan Tia. Tanpa membuang-buang waktu diapun memanggilnya tanpa tau ekspresi keterkejutan dan kepanikan orang yang ada di sebelahnya.

Sinta Tidak tau harus berbuat apa di saat dia berada di satu meja dengan orang yang akan di hancurkannya. Dia menciut dengan hanya melihat wajah Tia, dia tidak akan pernah bisa menghancurkan kakak dari sahabatnya. Awkward? Tentu saja. Jika bukan Farhan dan Reyhan yang bicara maka meja itupun hening seperti tak berpenghuni.

Farhan dan Reyhan menyadari kecanggungan yang ada di antara kedua wanita itu. Farhan memberikan kode kepada Reyhan agar mereka berdua bisa memberi waktu untuk Tia dan Sinta berbicara.

"Ehmm, maaf semua. Gue pen ke toilet bentar."

Reyhan pun beranjak dari tempatnya tapi sebelum itu dia mendapat pesan dari Farhan yang menyuruhnya untuk menelpon nomornya agar dia juga punya alasan untuk pergi.

Kring.. kring..
"Ehmm, gue mau angkat telpon dulu. Permisi."

Sekarang hanya ada Sinta dan Tia, suasana yang begitu awkward ini membuat keduanya gelisah.

"Hmm, kamu apa kabar?"

Tidak tahan dengan keheningan Tiapun membuka suaranya. Meskipun begitu canggung tapi Tia berharap semuanya akan kembali normal.

"Aku.. aku baik kak, kak Tia sendiri bagaimana?"

Tia tersenyum melihat Sinta yang gugup di depannya. Come on! Dia tidak akan memakan orang.

"Aku udah tau semuanya Sinta."

Kalimat itu membuat hati Sinta tertohok, dia benar-benar malu dengan dirinya sendiri.

"Maafin Sinta kak!"

"Ngak apa-apa, maafin kak Tia juga udah nyakitin perasaan kamu."

Sinta menggeleng, tidak seharusnya Tia meminta maaf padanya.

"Sinta malu kak, cuma gara-gara obsesi! Sinta kehilangan banyak hal."

"Semua orang punya salah, tapi semua orang juga berhak memperbaiki kesalahannya."

"Tapi kak, Sinta ngak yakin kalo Nia bakal maafin Sinta."

"Dia akan memaafkan mu, dia sayang sama kamu. Dan dia juga ngak berharap kalo kalian berjauhan."

Semuapun kembali berjalan dengan normal. Sinta dan Nia kembali menjadi sahabat yang saling melengkapi. Tidak ada yang berubah dengan persahabatan Tia.

Semuanya kelihatan indah sekarang, Tia bisa menghabiskan waktunya sebelum kembali ke German.

----
Sahabat sejati adalah sahabat yang akan kembali menerima sahabatnya di saat sahabatnya mengambil langkah yang salah
----

***

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang