Part 18

11.3K 480 9
                                    

Happy reading

Typo bertebaran.







- Author POV -

"Assalamualaikum" kata Jihan sambil membuka pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam. Sini duduk dulu nak." kata ibunya sambil menunjuk sofa.

Jihanpun duduk.

"Kayaknya yang mau di bicarain penting banget... Ayah & Ibu aja udah nunggu..." batin Jihan.

"Ayah... Ibu... Sebenarnya ada apa ? Kok diam aja ?" tanya Jihan membuka pembicaraan.

"Haah...."

Ayah menghela napas sambil mengusap kasar wajahnya.

"Laras...(ibu Jihan). Kau saja yang beritahu Jihan. Aku lelah memikirkan semua ini. Jihan, Ayah istirahat dulu ya.." kata Ayah sambil meninggalkan ruangan.

Hening...

Ibu tak mengucapkan sepatah katapun dari semenjak Ayah pergi.

"Ibu... Sebenarnya ada apa ? Jangan diam aja... Jihan bingung" kata Jihan.

"Haah... Jadi begini Jihan. Perusahaan Keluarga Santoso, di ambang kebangkrutan. Saham mereka turun drastis, para karyawannya banyak yang kena PHK, terus mereka yang kena PHK lagi demo...." Ibu membuka suara.

"Lalu ???"

"Perusahaan mereka minta pinjaman ke perusahaan Ayahmu. Sebenarnya Ayah mau - mau saja. Tapi, hasil rapat tadi para karyawan banyak yang gak setuju. Karna, dana yang di pinjamkan gak sedikit & resikonya juga besar "

"Resiko besar ? Kenapa ?" tanya Jihan.

"Resiko dana yang di pinjamkan tidak akan kembali" jawab Ibu.

"Jadi... Apa solusinya Bu ?"

"Ayah mau meminjamkan dana. Asal...."

"Asal...???"

Ibu terdiam sesaat.

"Asal kamu & Rio menikah"

Jihan terkejut bukan main dengan jawaban Ibunya.

"Tapi.. Jihan kan masih sekolah." jawab Jihan berusaha setenang mungkin

"Iya... Ibu tau. Makanya, Ayahmu ingin kalian menikah diam - diam dulu. Yang tau cuma Keluarga dari kedua mempelai." jelas Ibu.

Jihan menunduk sedih.

Ibu menghampiri putri semata wayangnya.

"Ibu tau, kamu pasti belum siap. Maaf ya nak, kami memang bukan Orangtua yang baik..." kata Ibu hampir menangis.

Jihan menggenggam kedua tangan Ibunya.

"Enggak kok Bu, Jihan malah bangga jadi anak dari Ayah & Ibu. Ibu jangan berpikir kayak gitu ya... Jihan setuju kok. Jihan mau. Sekarang Jihan mau mandi dulu ya Bu." Jihan menenangkan Ibu. Setelah itu ia menuju kamarnya.


***


"Kemarin Ninja, sekarang BMW, besok jangan-jangan lo nganter gue pake Helikopter. Hehehe" kata Oci bergurau.

"Haha... Bisa aja lo Ci. Cie... Yang abis nangis ketawa" goda Iqbal.

"Apaan sih Bal..." kata Oci sambil memukul pelan lengan kiri Iqbal.

"Jangan cemberut dong. Cantiknya nanti hilang..."

"Tau akh. Gue kesel sama lo !"

"Kesel bilang - bilang. Aneh..."

"Bodo. Suka - suka gue dong"

"Nah. Udah sampai, turun gih"

"Ini juga mau turun !" kata Oci sambil mencoba melepas sabuk pengaman.

"Kalo gak bisa, ngomong aja. Lo mau ngerusak sabuk pengaman mobil gue ?" tanya Iqbal yang melihat Oci mencoba membuka sabuk pengamannya dengan kasar.

"Udah tau gak bisa. Tolongin lah ! Bukannya komen !" kata Oci kesal.

"Sini"

Iqbal mendekati Oci. Sambil membantu melepas sabuk pengamannya.

Oci terkejut karna jarak antara dia & Iqbal sangat dekat. Ia mencoba menahan napas karena gugup.

"Bengong mulu. Udah sono balik" kata Iqbal membuyarkan lamunan Oci.

"Ah ? Yaudah gak usah pake ngusir juga kali." kata Oci sambil keluar dari mobil Iqbal.

"Thanks." kata Oci singkat.

"Sama - sama Cantik..." jawab Iqbal.

"Apaan sih? Udah sono balik !" kata Oci.

"Iya - iya. Pipinya gak usah merah juga kali. Udah kayak kepiting rebus lo. Haha" ledek Iqbal sambil meninggalkan Oci.

"Nyebelin Lo !!!!" teriak Oci kesal. Ia pun berjalan menuju rumahnya.

"Emang pipi gue merah ya ??" tanya Oci pada diri sendiri sambil menyentuh kedua pipinya yang menghangat.





***





"APA ??? Menikah ? Sama Jihan ? No ! Big NO !!!" kata Rio kesal.

"Mario ! Duduk !" kata Mamanya tegas.

Mariopun kembali duduk.

"Mario. Papa udah pikir matang - matang. Dan memang ini satu - satunya cara untuk menyelamatkan perusahaan kita. Papa minta kamu ngerti nak !" kata Papanya.

"Papa suruh aku ngerti. Sedangkan Papa sendiri aja gak ngerti aku ! Aku gak mau nikah muda Pa ! Apalagi sama perempuan yang baru aku kenal !" tolak Rio.

"Hah.... Papa tau. Oke sekarang gini aja. Kamu boleh nolak, asal kamu temuin cara buat pulihin perusahaan kita. Waktunya dua hari dari sekarang. Papa capek mau istirahat" kata Papa sambil meninggalkan ruang keluarganya.

Rio menghela napas. "Arghhh.... Stress gue lama - lama."

"Kamu tenangin pikiran kamu dulu ya nak ! Jangan di bawa emosi." kata Mamanya sambil mencium singkat kening Rio. Setelah itu pergi menyusul suaminya.

"Hah... Gue mau istirahat juga. Capek banget abis rapat dadakan" Nico pun meninggalkan Rio sendiri.

"Pusing gue. Mana cuman di kasih waktu dua hari lagi. Papa keterlaluan banget sih !!" kata Rio sambil memijit halus pelipisnya.

"Udah putus sama Hani, perusahaan Papa kacau balau. Di suruh nikah lagi sama Jihan... Ya Allah. Hamba harus bagaimana ??" gumam Rio.











TBC.






Hai semua....

Masih ada yang nunggu cerita ini ????

Updatenya kelamaan ya ???


Pendek ya ???



Sorry. Author juga manusia. Hehehe .



Makasih yang udah mau baca + vote & komen cerita ini.

Vomment yang banyak ya. Biar aku semangat juga updatenya.

See you...





































High School Love Story ( You & I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang