Part 37

15.8K 512 48
                                    

Happy reading.

Typo di mana - mana.



***

"Parah lo ! Nikah gak bilang - bilang sama temen sendiri." kata Kevin setelah mendengar penjelasan panjang Jihan.

"Iya ! Lo udah gak anggep kita teman lagi ? Hani, Aji, Oci dan Iqbal juga kenapa gak kasih tau kita ?" tanya Citra kesal.

"Sorry, tapi pernikahan gue dan Rio emang di adakan tertutup. Gak ada maksud buat nyembunyiin hal ini dari lo semua." kata Jihan.

"It's okay. Lain kali jangan gini lagi ! Sesama teman harus saling terbuka." kata Kei.

"Ya. Gue janji ini pertama dan terakhir kalinya." jawab Jihan mengangguk yakin.

"Btw, apa penyebab Rio koma sebenarnya ? Setau gue, Rio itu gak punya penyakit serius. Dia selalu terlihat sehat dan fit." tanya Dimas.

"Fisik Rio emang fit, gak ada penyakit apa-apa. Tapi... Dia pernah kecelakaan yang membuat daya kerja otaknya sedikit terganggu." kata Aji.

"Oh... Pantes dia sering sakit kepaa." kata Mitha.

***

Setelah teman-temannya selesai membesuk, Jihan mendekati ranjang Rio.

"Yo..." panggilnya lirih.

"Bangun dong... Harusnya sekarang kamu lagi nyiapin dinner romantis buat aku kayak Aji atau sekarang kita lagi jalan-jalan ke taman kayak Iqbal. Tapi... Kenapa sekarang kamu malah tiduran di sini ?"

"Kamu nyenyak banget tidurnya... Bangun dong ! Aku pengen cerita banyak sama kamu. Tau gak ? Temen - twmen udah tau status kita yang sebenarnya. Bukan aku yang kasih tau, sumpah !!! Mereka tau sendiri. Kamu jangan marah ya... Hiks... Rio... Bangunnn... Hiks." air mata Jihan mengalir tanpa di sadari.

"Oh iya. Hiks... Kak Nico dan Nisa... Hiks... Bentar lagi mau nikah lho..." kata Jihan masih sesenggukkan.

"Nanti kita datang ke pernikahan mereka bareng ya ? Kamu pasti mau kan ? Pokoknya harus mau ! Kalo kamu gak mau nemenin, aku juga gak bakal mau datang !" ancamnya seakan Rio mendengarnya.

"Makanya kamu cepet bangun ya. Kamu mimpi-in apa sih di sana ? Kamu emang gak kangen sama aku ?" tanya Jihan lagi.

"Nak..." panggil Laras, Ibu Jihan.

"Ibu...".

Jihan langsung menghambur ke pelukan Ibunya sambil menangis.

"Shuttt... Kamu jangan nangis mulu dong. Kamu cengeng ya sekarang ?" tanya Laras sambil mengelus rambut putri semata wayangnya.

"Kamu yang sabar ya nak..." kata Furqon, Ayah Jihan.

"Kita pulang yuk." ajak Laras.

Jihan menggeleng pelan.

"Jihan mau di sini aja. Nemenin Rio.".

"Nak... Kamu juga perlu istirahat. Lihat, mata kamu udah kayak beruang. Ada hitam - hitamnya." kata Furqon.

Jihan dan Laras terkekeh pelan.

"Ayah. Yang matanya hitam itu panda bukan beruang." ralat Jihan.

"Masa ? Ya pokoknya itulah. Ayah lupa."

"Muka kamu juga pucet. Astaghfirullah... Kamu demam sayang." kata Laras sambil menyentuh kening Jihan dengan punggung tangannya.

"Yaudah. Tapi, Jihan mau ke apartemen aja. Gak maubke rumah."

"Oke. Ayo nak..." ajak Furqon.

"Jihan pamit dulu sama Rio bentar."

"Rio... Aku pulang dulu ya. Cepet bangun. Bye..." kata Jihan sambil mengecup kening Rio lembut.

***

Ke esokkan harinya...

"Huh... Bosen... Mau ketemu Rio..." rengek Jihan.

Semalam ia pulang ke apartemen tempat tinggalnya dan Rio.

Setelah di kompres dan minum obat penurun demam. Suhu tubuhnya mulai normal.

Kedua orangtuanya juga sudah pulang ke rumah.

Jadilah ia sendiri di apartemen.

"Nonton TV aja deh... Sambil nyemil. Udah lama gak nyemil."

Jihan menuju dapur dan membuka kulkas. Mengamati cemilan yang tersedia.

"Yah... Kok kosong... Besok beli ah !" Jihan kecewa karna kulkasnya kosong. Tidak ada cemilan sama sekali karena dari kemarin dia selalu di Rumah sakit menemani Rio dan menginap sesekali di rumah mertuanya. Baru sekarang ia pulang ke apartemennya.

Jihan sekarang berada di ruang tamu yang sekaligus juga ruang TV.

Ia terdiam sejenak.

Bayang-bayang Rio yang tengah kesakitan berputar di otaknya.

"Huft... Semoga Rio cepet bangun. Maafin Jihan yang gak bisa jaga Rio dengan baik."

Jihan hendak menyalakan TV. Ia mencari - cari remote.

"Remotenya mana sih ? Kok gak ada ?" tanyanya pada diri sendiri.

"Nah ! Itu dia. Ngumpet ternyata." kata Jihan sambil menunjuk remote yang tergeletak di kolong meja.

"Lho ? Ini apa ?" tanyanya bingung karena di samping remote ada sebuah buku berwarna biru laut.

Jihan mengambil buku tersebut dan membalik lembaran pertama.

"Jihan Lestari Wijaya ? Ini... Ini... Kenapa bisa ada di sini ?"

Jihan terus membuka lembaran - lembaran buku tersebut.

"Kenapa buku diary kecil aku bisa ada di sini ?".

Jihan melihat tulisan kecilnya yang masih berantakan.

Hingga di lembar terakhir, ada sebuah foto yang di sampingnya bertuliskan "Adit, Marmut, Lele dan Nisa Best Friend Foreveerr".

"Ini kan foto waktu gue, Iqbal, Rio dan Nisa masih kecil. Jangan - jangan..." Rio sedang berspekulasi dengan pikirannya sendiri.

Ia teringat perkataan dokter yang menjelaskan penyebab koma-nya Rio.

"Ia terlalu berusaha mengingat kepingan masa lalu nya. Otaknya terlalu di paksa untuk mengingat."

"Rio gak inget siapa Lele sebenarnya... Dia lihat foto ini... Dia pasti bepikir. Kenapa foto Lele bisa ada di buku diary aku ? Dia pasti bingung. Sampai akhirnya dia sadar... Kalau Lele itu sebenarnya aku... Jihan Lestari... Yang sekarang berstatus sebagai istrinya."

"Rio udah inget ! Tapi karna terlalu berusa mengingat jadi dia sakit kepala hingga koma." gumamnya.

TBC.

Hahhh...

Author berpikir cerita ini terlalu bertele - tele dan membosankan...

Bagaimana menurut kalian ?

Sedikit lagi ending.

Jangan lupa vommentnya :)

Kritik dan sarannya di tunggu.

See you...

High School Love Story ( You & I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang