SEMBILAN

165K 17.3K 225
                                    

Shawn memandang heran Keisha yang masuk ke dalam mobilnya dengan wajah cemberut, ada apa?

"Kok kamu cemberut gitu Kei?" tanya Shawn bingung, ia sendiri sibuk mengeluarkan mobil dari halaman rumah Keisha yang tidak besar.

"Nggak papa," balasnya pelan.

Shawn yang memang dasarnya agak cuek hanya mengangkat bahunya.

Di perjalanan menuju sekolah tidak ada yang membuka mulut, keheningan mendominasi suasana di mobil dan membuat Keisha agak jengah. Pikirannya sekarang sedang sibuk memikirkan sesuatu, mengenai sebenarnya apa tujuan Shawn menjadikannya pacar. Ya, ia jadi memikirkannya lagi setelah beberapa merasa masa bodoh dengan hal itu.

Apa ia bahan taruhan? Atau dijadikan alat untuk mengerjakan sesuatu, jadi babu? Atau mungkin ia dijadikan pengganti seseorang? Keisha condong ke kemungkinan kedua atau ketiga.

"Kamu kenapa sih Kei?" Shawn bertanya dengan nada yang sedikit meninggi, ia sangat heran Keisha menjadi agak pendiam hari ini.

"Nggak papa kok kak," jawab Keisha sambil mengerutkan dahinya.

"Kamu marah sama aku?"

"Marah kenapa?" tanya Keisha balik.

"Kamu marah kemarin aku nyuruh kamu ngerjain pr aku?" Keisha diam.

"Kamu marah aku malah asik sama game?"

"Itu tau," batin Keisha sambil memalingkan wajahnya.

"Nggak juga." Shawn mendesah.

"Gini ya Kei, kamu harusnya bersyukur hobi aku itu ngegame, seenggaknya aku bukan mainin cewek kan?" Kini Keisha yang mendesah pelan.

"Tapi ya jangan berlebihan juga kali kak, di sekolah main game pulang sekolah game lagi."

"Ujung-ujungnya kan gue juga yang dicuekin," rutuk Keisha dalam hati.

"Iya deh diusahain." Shawn mempercepat laju mobilnya.

∆∆∆

Nina menatap sahabat yang sedang makan di depannya ini dengan sedikit kesal, kemudian ia menyahut dengan suara yang cukup keras.

"Kok malah makan di sini Kei? Bukannya tadi Shawn ngirim chat kalo dia ngajak lo makan di kantin?" Keisha menghentikan kegiatan memakan mie ayamnya dan mendongak.

"Males," jawabnya singkat, Nina mendengus.

"Kalo elo kayak gini mah keliatan banget lagi ngambeknya, mending tanyain aja sana sama pacar lo itu. Dia nembak elo karena emang suka atau ada alesan lain?" sungut Nina. Ia jadi ikutan kesal, baik terhadap Keisha atau terhadap Shawn.

"Kalo malah dia yang marah gimana?"

"Seenggaknya elo udah ada usaha buat ngungkapin unek-unek ke dia, dia nerima atau nggak mah urusan belakangan." Keisha mengangguk paham.

"Tuh liat pacar lo udah dateng." Keisha menoleh dan melihat cowok dengan tinggi badan di atas rata-rata sedang berdiri di depan kelasnya.

Shawn melambaikan tangannya dan Keisha segera datang menghampiri sambil membawa mangkuk mie ayam yang isinya tinggal setengah.

"Loh kamu kok udah makan?"

"Laper," balas Keisha cepat.

"Yaudah abisinnya di kantin aja."

Mereka berdua pun berjalan ke arah kantin yang berada di area belakang sekolah. Sedari tadi Keisha merasa risi, karena tatapan-tatapan sinis terus ditujukan kepadanya. Shawn sendiri tidak menyadari itu.

"Hai kak," sapa seorang cewek cantik sekilas ke arah Shawn, dia Mita.

Shawn hanya mengangguk untuk merespon sapaan itu. Keisha jadi ragu untuk mengungkapkan pertanyaannya, karena tadi Shawn bertindak seolah-olah ia sedang menjaga perasaan Keisha. Tuh kan luluh lagi.

"Tunggu sebentar ya aku mau pesen dulu." Keisha hanya mengangguk dan kembali melanjutkan memakan mie ayamnya.

Saat Shawn kembali dengan semangkuk bakso ia mengerutkan dahinya, melihat Keisha yang makan dengan gelisah membuatnya bingung.

"Kenapa Kei?" Keisha mendongak dan menaikkan sebelah alisnya.

"Hah?"

"Kamu kayak mikirin sesuatu gitu, mikirin apa sih?" Keisha menarik napasnya dalam-dalam, haruskah ia bertanya sekarang?

"Kamu mau ngomong sesuatu sama aku?" tanya Shawn jitu, Keiha mengangguk.

Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang