DUA PULUH SEMBILAN

137K 14.2K 333
                                    

Keisha merasa jantungnya hampir melompat ke luar ketika baru saja ia melangkahkan kakinya setelah jam pulang Shawn sudah muncul dan mengagetkannya.

"Hari ini pulang bareng ya, mobil aku kan di rumah kamu. Ya? Kamu harus mau ya? Titik, nggak pake koma."

"Nyebut Kei nyebut," gumam Keisha pelan sambil mengelus dadanya.

"Ya Kei ya?" Keisha mengernyitkan dahinya, kok maksa?

"Kok maksa banget sih?" heran Keisha lalu berjalan hendak pergi, tetapi dengan cepat Shawn menyusulnya dengan senyuman lebar.

"Kan mobil aku di rumah kamu, tangguh jawab dong."

"Kok jadi gue? Kan yang ninggalin mobilnya elo." Shawn mengerucutkan bibirnya. "Kok jadi pake elo gue? Aku kamu dong."

Keisha mengacungkan dua oh tidak, empat jempol untuk kegigihan Shawn memaksanya.

Tetapi ia tidak suka dipaksa.

"Kalo kamu mau kemana dulu juga aku temenin kok." Keisha menggeleng. "Duluan aja sana."

Tak terasa mereka sudah berjalan hingga halaman depan sekolah, cuaca tidak mendukung sama sekali. Hujan mulai turun, dan lama-lama frekuensinya makin deras.

Shawn segera menarik Keisha menuju halte yang dekat jaraknya, untung saja mereka tepat waktu sehingga tidak menjadi kebasahan.

Keisha duduk di halte setelah mengembuskan napas pelan, Shawn ikut duduk di samping Keisha. Sangat dekat sehingga cewek itu bergeser sedikit.

"Kok geser?"

Keisha mendelik. "Ngapain deket-deket?"

"Kan ini hujan siapa tau kamu kedinginan gitu." Shawn tersenyum lebar.

Keisha memilih menatap lurus ke depan, hujan masih turun dengan deras. Bau khasnya juga mulai tercium, sehingga membuat Keisha lebih tenang sejenak.

Shawn mengambil ponsel dalam saku celananya, ia mencoba menghubungi Yoga. Semoga saja kakak Keisha itu sudah pulang dari kuliahnya.

"Kei, abang kamu kuliah nggak hari ini?" Keisha menoleh dengan alis yang naik sebelah. "Kenapa?"

"Abang kamu kuliah nggak hari ini?" Keisha mengangkat bahunya. "Gak."

Mendengar itu Shawn pun mencoba menghubungi Yoga.

"Halo."

"Lo sama adek gue nggak?" Shawn meringis ketika mendengar nada bicara Yoga.

"Iya bang."

"Ngapain lo ajak dia hujan-hujanan? Kalo dia sakit gimana?"
"Kita lagi di halte kok bang. Bisa ke sini pake mobil gue nggak? Biar Keisha nggak kehujanan. Abang bisa nyetir mobil kan?" Keisha menoleh sekali lagi ketika namanya disebut.

"Yaudah, jagain adek gue. Awas aja."

"O--" Belum juga Shawn menyelesaikan ucapannya Yoga sudah menutup telepon.

"Abang kamu bakal kesini, pake mobil aku tenang aja. Nggak bakalan basah kok." Keisha jadi bingung harus menjawab apa.

"Oh."

Shawn membuka tasnya, untung saja jaketnya ia masukkan ke dalam tas dan tidak tertinggal di mobil.

Shawn memakaikan benda itu ke Keisha yang sempat terkejut. "Pake ya Kei, biar kamu nggak sakit."

Pipi Keisha sudah memerah, detak jantungnya pun tak terkendali. "Terus elo ... eh gimana?"

"Kan bisa meluk kamu biar anget, hehe." Keisha berdecak, masih sempat-sempatnya Shawn berpikir seperti itu.

Shawn mengulurkan tangannya dan mulai menggenggam tangan Keisha yang terasa hangat. "Tangan kamu anget banget Kei."

Shawn menarik tangan Keisha itu dan meletakkannya di pipinya, mencoba menyalurkan kehangatan yang membuatnya tersenyum kemudian.

Keisha merasa tubuhnya beku, tidak bisa digerakkan. Tetapi entah mengapa melihat ekspresi senang Shawn membuat mood-nya juga naik.

Beberapa menit kemudian sebuah mobil datang di depan halte tempat Shawn dan Keisha menunggu, Yoga membuka jendela sebentar dan menggerakkan tangannya bermaksud mengajak keduanya masuk ke dalam mobil.

Dengan tangan yang masih saling menggenggam keduanya berdiri. "Kamu siap Kei?" Keisha yang awalnya tidak mengerti mengernyitkan dahinya, tetapi sekejap kemudian mengangguk.

"Ayo." Keduanya berlari dari halte dengan senyuman lebar dan tawa kecil yang keluar dari mulut masing-masing, berlari menuju mobil yang sebenarnya tak jauh jaraknya. Tetapi cukup membuat keduanya basah.

Setelah masuk ke dalam mobil keduanya terengah, Keisha yang menyadari genggaman tangan mereka masih bertaut pun berusaha melepaskannya. Tetapi Shawn tidak membiarkan itu.

"Abang dulu yang nyetir ya." Yoga mendengus tetapi memajukan kembali kendaraan roda empat itu, Shawn pikir ia adalah supir barunya?

"Kei." Keisha yang tadinya melihat keluar jendela pun menoleh.

"Besok jalan yuk." Keisha tampak bimbang dan melirik Yoga sebentar, tetapi cowok itu malah berpura-pura tidak peduli.

"Ngapain?"

"Ya jalan aja gitu."

"Nggak latihan?"

"Latihannya juga sebentar kok, sore sampe malem. Jadi dari pagi sampe sore sebelum latihan kita bisa jalan, bisa kan?"

Keisha menunduk, mencoba memutuskan.

"Bisa dong Kei, please kasih aku kesempatan kedua."

"Yaudah," jawab Keisha pelan.

"Iya? Yeessssss."

"Kok gue ngerasa jadi obat nyamuk ya?" sindir Yoga. Tetapi apa daya, tidak ada reaksi yang diterimanya.

Shawn yang senyam-senyum seperti orang gila dan Keisha yang mengalihkan pandangannya ke luar jendela dengan pipi bersemu merah.

∆∆∆

QOTD : Kira-kira apa yang akan terjadi besok?

Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang