DUA PULUH

148K 16.1K 396
                                    

"Shawn, lo yang bener mainnya," protes Ikbal untuk yang kelima kalinya. Ia sebenarnya merasa gondok dan ingin memukul kepala Shawn dengan stik drum yang ia pegang dari tadi.

"Lo lagi mikirin apaan si? Kalo nggak konsen mending jangan latian dulu," timpal Didan sambil melipat tangannya di dada.

"Maaf guys, gue lagi bener-bener nggak bisa latihan hari ini. Sorry."

"Lo mikirin apaan? Masalah cewek?" tanya Didan tepat sasaran.

Shawn ragu sebentar sebelum menjawab, apa ia harus berkata jujur kepada mereka?

"Ya ... bisa jadi."

"Lagi galau gitu maksudnya?" Didan meletakkan basnya di lantai dan segera mendekati Shawn yang kini duduk di lantai dengan wajah kusut. Ikbal dan Irfan ikut meletakkan alat musiknya dan bergabung bersama mereka.

"Gue nggak tau, tapi pokoknya hati gue ngerasa nggak enak banget."

"Pacar lo siapa sih? Nggak tau gue."

"Pacar lo yang culun-culun itu bukan? Yang pake kacamata?" Shawn segera menoleh dan melotot ke arah Irfan.

"Jangan ngatain cewek gue." Irfan merengut tidak mengerti. "Gue nggak ngatain."

"Namanya siapa? Rada lupa gue."

"Yang suka juara umum bukan? Pernah denger namanya."

"Keisha, Keisha Mahardika," ucap Shawn dengan tangan yang mengusap wajahnya pelan.

"Oh iya bener itu namanya."

"Lo ribut sama dia?"

"Gue ... gue bikin Keisha kecewa, dan pasti sekarang dia marah banget sama gue." Shawn mengembuskan napasnya kasar.

"Gue nyesel, sumpah."

"Nyesel? Nyesel apaan maksud lo?"

"Nyesel macarin Keisha?"

"Bukan, gue nyesel udah bikin Keisha kecewa. Nggak tau kenapa gue sekarang sayang banget sama dia," bantahnya cepat.

"Walaupun dia culun jelek kayak gitu?"

"Ngomong apaan lo tadi? Hah?" sungut Shawn sambil menunjuk wajah Irfan.

"Tenang Shawn tenang, jangan emosi kayak gitu," lerai Ikbal.

"Daripada kayak gini terus, maksud gue lo bengong nggak jelas kayak gini mending lo samperin cewek lo deh." Kedua teman Shawn yang lain mengangguk.

"Kalo lo ngerasa salah ya minta maaf." Shawn tersenyum tipis mendengar itu.

"Lo pergi ke rumah dia aja coba."

"Gue nggak papa nggak latihan sekarang?"

"Selow aja."

"Oke."

∆∆∆

Shawn memajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sebenarnya ingin cepat-cepat sampai tapi cuaca yang sedang hujan mencegahnya melakukan itu.

"Kei ... semoga kamu maafin aku ya," gumam Shawn entah untuk yang kesekian kalinya.

Perasaannya terus berkecamuk. Yang ia lakukan memang benar-benar salah, tetapi sekarang ia menyayangi Keisha dengan tulus.

Tetapi segala pertanyaan yang tidak pasti jawabannya segera berputar di kepala Shawn. Apa Keisha sudah pulang ke rumahnya? Dari siang tadi hujan terus menerus turun.

Keisha baik-baik saja kan?

Stir mobil dicengkramnya dengan erat, rasa khawatir terus menerus mendera hatinya.

Shawn tertegun sebentar, ia menjadi mengingat Anna. Adiknya yang selalu ia jaga dengan baik, tetapi sialnya Shawn malah jatuh cinta kepadanya.

Ia tahu itu salah, sangat salah. Tetapi perasaan tidak akan pernah bisa dibohongi.

Setelah kematian Anna akibat kecelakaan lalu lintas Shawn pindah ke Indonesia, hitung-hitung menenangkan diri. Entah sial atau justru beruntung Shawn bertemu dengan Keisha, seorang nerd yang mempunyai wajah dan senyuman yang sangat mirip dengan Anna. Mau tak mau Shawn merasa tertarik.

Awalnya Shawn hanya menjadikan Keisha sebagai seorang pengganti dan pelampiasan, tetapi lama-lama ia malah jatuh cinta kepada cewek itu.

Tak terasa Shawn sudah berada di depan halaman rumah Keisha, ia bergegas turun dan mengintip pagar yang terbuka. Ia segera masuk dan hendak mengetuk pintu sebelum bahunya ditarik dengan kasar dan pukulan mendarat di wajahnya.

"Berani-beraninya lo datang ke sini njing." Shawn mendongak dan mendapati Yoga yang menatap marah kearahnya.

Shawn meringis. Selain merasa sakit di bibirnya ia juga melupakan satu hal, fakta bahwa Keisha mempunyai kakak laki-laki yang protektif.

∆∆∆

Digantung hahaha

See you di next chapter guys:))

Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang