TIGA PULUH SATU

179K 14.6K 622
                                    

"Tapi aku belum ngapa-ngapain, Shawn. Lagian kamu datangnya kepagian," ucap Keisha ketika Shawn malah seenaknya masuk ke dalam kamar. Cowok itu tampak membungkuk untuk melihat deretan foto-foto kecil yang terbingkai rapi di dinding.

"Aku bakal nungguin kok."

"Tapi aku belum nyuci baju kemarin, kalo mau cepet bantuin."

"Iya." Keisha mendesah pelan. Tiba-tiba Yoga muncul dan segera membelalakkan matanya.

"Heh Shawn the sheep! Ngapain lo di kamer adek gue? Keluar!" Yoga menarik Shawn yang tampak tidak rela dan mengerucut bibirnya, melihatnya Keisha menggelengkan kepalanya karena heran.

Shawn itu sebenarnya terlalu polos atau tidak? Jatuhnya malah seperti orang bodoh.

Keisha memilih untuk mengerjakan pekerjaannya dulu sebelum pergi ... dengan Shawn nanti.

∆∆∆

Keisha menyipitkan matanya ketika mencoba membentangkan pakaiannya yang hendak dijemur, sinar matahari memang belum terlalu terik, tetapi tetap saja ia merasa silau.

Tiba-tiba Shawn berdiri di depannya dan memainkan jemuran dengan iseng, hingga kepalan tangannya basah akibat pakaian yang masih basah.

"Kamu apa-apaan sih? Nunggu aja di depan." Shawn menggeleng cepat. "Nggak mau."

"Ini aku juga sebentar lagi." Shawn memerhatikan Keisha dengan lebih seksama, cewek itu sebenarnya sudah berpakaian seperti hendak pergi. Tetapi Shawn lebih suka menyebutnya kencan.

Setelah beberapa menit lamanya Shawn menunggu akhirnya Keisha selesai dengan pekerjaannya.

"Ma, aku pergi dulu ya."

"Kita pamit pergi ya Tan." Keisha menyalami ibunya, sedangkan Shawn hanya tersenyum sopan.

"Iya, jangan terlalu sore ya pulangnya."

"Jangan sampe lo macem-macem sama adek gue," celetuk Yoga yang melipat tangan di dadanya.

"Siap bang."

Keduanya kemudian berjalan ke luar rumah dan masuk ke dalam mobil Shawn, cowok itu bahkan repot-repot membersihkan mobilnya luar-dalam.

"Kita mau kemana?" tanya Keisha to the point.

"Ikut aja dulu, tapi aku yakin kamu pasti suka kok."

Keisha menatap benda kecil lucu yang bergoyang-goyang di dashboard. "Kemana? Rumah kamu terus main game?"

Shawn mengerucut bibirnya. "Kamu masih marah ya tentang kebiasaan aku yang itu?"

Keisha menoleh dengan alis terangkat naik. "Marah? Buat apa?"

"Ya dulu kan aku lebih milih main game daripada ngabisin waktu sama kamu."

"Itu nyadar," gumam Keisha pelan. Sehingga Shawn tidak mendengarnya dengan jelas.

"Apa?"

"Nggak. Lain kali kalo kamu punya pacar perhatiin, jangan malah dicuekin."

"Iya, calon pacar aku nanti kan kamu." Pipi Keisha terasa memanas hanya karena ucapan 'receh' Shawn yang sebenarnya terdengar sangat gombal.

"Kok diem? Berarti iya kan?" Dengan cepat Keisha menoleh. "Nggak lah."

Shawn tersenyum tipis. Lagipula ia belum berencana menembak Keisha dan menjadikan cewek itu sebagai pacarnya, karena ia mempunyai rencana lain.

Rencana yang tidak sabar ingin ia lakukan.

Keisha melihat keluar jendela ketika Shawn memarkirkan mobilnya di kawasan parkir sebuah mall yang cukup besar ukurannya. "Ngapain kamu ngajak aku ke sini? Mau beli controller game lagi?"

Shawn menggeleng. "Nggak Kei, jangan berburuk sangka sama aku dong. Kalo kata Pak Anto, nggak baik kita kalo suudzhon sama orang lain."

"Ya terus mau apa?" tanya Keisha lagi ketika mereka berdua sudah turun dari mobil dan berjalan masuk.

"Aku mau nraktir kamu sesuatu, hitung-hitung sebagai bentuk permintaan maaf aku atas segala kesalahan aku sama kamu." Shawn menarik Keisha menuju tempat yang tampaknya terdapat pameran buku. Keisha merasa senang seketika.

Ia suka sekali membaca, dan kebetulan Shawn mengajaknya ke sini.

"Kamu suka nggak aku ajak ke sini?" Keisha kontan mengangguk. "Suka."

"Yaudah, kamu pilih-pilih aja buku yang kamu mau. Aku bayarin kok." Keisha memicingkan matanya. "Nggak papa? Kamu nggak ada maksud lain kan?"

Shawn tertawa kecil. "Nggak, ini murni permintaan maaf aku."

Dengan senang hati Keisha menghampiri buku-buku yang berjejer di sana, rupanya pameran buku itu tidak hanya menjual buku baru saja. Bahkan novel lama seperti Sisi Cinta Sissy pun ada.

Di sisi lain juga ada tempat khusus buku yang berdasarkan cerita Wattpad, Keisha tersenyum sebentar. Ia jadi ingat ketika seseorang mengatakan bahwa tidak ada karya Wattpad yang layak untuk diterbitkan dan cerita-cerita itu hanyalah sampah, apalagi genre teen fiction.

Well, Keisha sebenarnya ingin tertawa. Kalaupun semua itu hanyalah sampah, setidaknya si penulis sudah berhasil mengeluarkan 'sampah' dari kepalanya. Lagipula selera orang kan berbeda-beda, tidak adil juga jika menyamaratakan tentang suatu hal.

Keisha mengambil sebuah novel yang berjudul De Buron, karena Nina pernah merekomendasikannya. Lagipula cover-nya bagus, sehingga rasa tertariknya bertambah dua kali lipat.

Kemudian ia mengambil satu novel lain yang berjudul The Moving Finger, dalam grup chat yang ia hampid selalu ia buka tiap malam banyak yang merekomendasikan buku Agatha Christie ini. Memang genre-nya masih thriller, tetapi terdapat kisah romansa di dalamnya.

"Udah?" tanya Shawn ketika Keisha menghampirinya kembali.

"Kok cuma dua? Nggak mau lagi?" Keisha memiringkan kepalanya sebentar. "Kok?"

"Ya siapa tau kamu mau lagi, tenang aja nggak usah sungkan gitu."

Shawn berjalan dan mengambil sebuah buku berwarna putih dengan foto seorang perempuan memegang bunga. "Ini katanya novel yang bakalan populer, kamu mau?"

Keisha menerima buku dengan senyuman mengembang, ia lupa. Keisha sebenarnya memang ingin memilih buku itu sebelumnya, tetapi merasa agak segan.

"Udah? Atau mau lagi?"

"Udah, lagian segini aja aku ngerasa ... nyusahin."

"Nggak papa." Shawn mengulurkan tangannya dan mengacak rambut Keisha gemas.

"Thanks."

Shawn nyengir. "Apa sih yang nggak buat mantan tercinta yang nantinya bakal jadi pacar?"

Pipi Keisha memerah.

"Shawn Gryson, si polos yang kadang malah keliatan ogeb tapi selalu sukses bikin deg-degan."

∆∆∆

QOTD : Ada yang tau novel yang saya sebutin di atas? Wkwk

See you di chapter selanjutnya:)

Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang