TIGA BELAS

158K 16.5K 452
                                    

Aneh, itulah perasaan yang selalu dirasakan Keisha ketika memasuki rumah Shawn. Dari bentuk rumah atau keadaan dalamnya memang tidak akan ada yang membuatmu mengernyit dahi. Tetapi karena Keisha orang yang kelewat teliti ia kemudian menyadari sesuatu.

Di rumah Shawn tidak ada satu pun foto keluarga. Bahkan foto Shawn waktu kecil hanya ada satu atau dua buah.

Jadi, sebenarnya orang tua Shawn menetap di Indonesia atau tidak? Sepengetahuannya Shawn merupakan siswa pindahan dari luar negeri. Yaitu Amerika.

"Kakak eh... Shawn, kamu disini tinggal sendirian?" Shawn menoleh setelah memasangkan charger pada playstation portablenya.

"Ada pembantu." Keisha hendak berdecak tetapi tidak jadi.

"Maksud aku nggak ada keluarga kamu yang lain yang tinggal disini?" Shawn menggelengkan kepalanya. "Nggak."

"Kemana emangnya?" tanya Keisha kepo.

"Papaku di Amrik sana, lagi ngurusin bisnis yang nggak kelar-kelar. Mungkin baru pas kelulusan nanti dia ke Indonesia."

"Kalo mama di Amrik juga, masih belum mau jauh dari papa," sambung Shawn sambil menghela napasnya pelan.

"Dan belum mau jauh dari orang itu Kei," batinnya dengan senyuman tipis yang tercetak di wajah tampannya.

"Kamu anak tunggal ya?" Keisha mengerutkan keningnya ketika melihat Shawn yang menjawab dengan agak sedikit ragu.

"Iya," jawabnya kemudian.

"Kamu blasteran kan ya?" Keisha menuangkan jus jeruk ke dalam gelas, Shawn sendiri mengangguk mengiyakan.

"Ceritain tentang diri kamu dong Shawn," pinta Keisha sambil menyodorkan segelas jus jeruk ke arah Shawn yang tampak sibuk memilih game yang akan dimainkannya sore itu.

"Tapi nanti giliran kamu juga."

"Siap."

"Mamaku orang Indonesia, daerah Jakarta juga. Kalo papa orang Kanada."

"Dari aku lahir terus sampe tahun kemarin tinggalnya di Amrik, tapi pas semester ini aku pindah ke sini. Ke Jakarta."

"Aku suka main game sama nyanyi. Paling suka sama yang namanya ice cream oreo, dan nggak suka sama kacang."

"Kalo kamu?" Shawn menolehkan kepalanya sebentar ke Keisha, kemudian kembali fokus ke layar plasma di depannya.

"Orang tuaku dua-duanya oramg sini, punya kakak cowok yang udah kerja tapi di Bandung tempatnya."

"Aku suka mie ayam, dan nggak suka buah duren." Shawn menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Bau," balas Keisha singkat.

"Berarti aku wangi ya jadi kamu suka sama aku?" Keisha tertawa seketika.

"Gombal banget sih, cheesy," ejek Keisha dengan raut wajah jijik.

"Kak eh... Shawn, aku pulang dulu ya." Shawn tampak menunjukkan ekspresi tidak suka.

"Kenapa?"

"Mau nemenin abang belanja."

Abang? Kakak cowok Keisha maksudnya?

Shawn berpikir kemudian, apakah ia harus mengantarkan Keisha pulang?

Lalu apa yang harus ia lakukan dengan game-nya?

Pause tidak ya? Pause tidak ya?

"Aku anterin pulang mau?" Keisha lalu mengangguk antusias.

∆∆∆

Shawn melihat Keisha lewat dibonceng oleh seorang cowok naik motor, entah apa yang dipikirkannya tetapi Shawn ingin sekali melihat apa yang mereka lakukan.

Mereka sampai di parkiran sebuah mall di yang terbilang besar, Shawn mengikuti di belakang dengan jarak yang tidak berubah. Takut ketahuan.

Keisha dan kakaknya masuk ke dalam toko aksesoris, sebenarnya yang agak mengganjal baginya adalah mereka terlihat terlalu dekat. Meskipun ia tidak asing dengan saudara yang seperti itu tetapi tentu saja kali ini berbeda.

Shawn memilih untuk duduk di kursi panjang dekat toko buku, ia menunduk memainkan ponselnya tidak menentu. Hanya menggulirkan layarnya di menu atau galeri. Kurang kerjaan. Dan sekitar 10 menit ia melakukan itu.

"Shawn kok ada di sini? Lagi ngapain?"

Shawn mendongak kaget dan mendapati Keisha bersama cowok dengan tinggi di atar rata-rata sedang memperhatikannya dengan dahi mengernyit.

Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang