DUA PULUH LIMA

151K 15K 695
                                    

Keisha mengembuskan napas lega ketika semua tugas fisikanya sudah terselesaikan, sebenarnya itu merupakan pekerjaan rumah. Tetapi ia lebih suka mengerjakannya di sekolah, karena ia sering merasa mager alias malas gerak jika masuk selangkah saja ke rumahnya.

Bel pulang sudah dari tadi berbunyi, tetapi Keisha masih setia untuk duduk di dalam kelas dan memakan kue lapis buatannya. Menunggu kakaknya datang untuk menjemput, meskipun sebenarnya ia sudah berusaha menolak.

Tiba-tiba Shawn celingak-celinguk lalu masuk tanpa berkata apapun ke dalam kelas Keisha, hal itu membuat cewek itu sempat tersedak karena terkejut.

"Loh Kei? Kamu nggak papa kan?" Keisha memilih mengabaikan pertanyaan itu dan segera meminum air mineralnya.

"Kei?" panggil Shawn lagi, "kamu sekarang pulang sama aku ya?"

Keisha hanya mendengus.

"Aku boleh minta kuenya nggak? Kalo kamu yang bikin pasti enak." Tanpa menunggu persetujuan apapun dari Keisha Shawn mencomot sepotong kue di dalam kotak.

Melihat itu Keisha menarik napasnya dalam-dalam. Kalau begitu untuk apa bertanya?

"Kamu diem berarti kamu setuju pulang sama aku ya Kei?" Merasa keki sendiri, Keisha membuka mulutnya. "Nggak."

"Loh kenapa?" Keisha hendak menjawab tetapi menutup mulutnya kembali, Shawn sangat pintar untuk memancingnya berbicara.

"Kuenya enak Kei," celetuk Shawn tiba-tiba agak gugup. Biarlah ia mengucapkan hal-hal konyol, yang penting Keisha tetap di sana mendengarkan dan tidak beranjak pergi.

"Oh iya Kei, kan hari Senin nanti ada penampilan band sekolah, kamu nonton aku ya." Keisha melirik ponselnya yang terkunci, mengapa Yoga belum sampai juga?

"... pasti banyak orang yang nonton tapi aku harap kamu yang nonton aku." Shawn tersenyum tipis ketika melihat Keisha tampak tidak peduli. Tidak, ia harus berusaha meraih perempuan itu kembali.

Tiba-tiba ponsel bergetar dan menampilkan pesan dari Yoga.

Abang udah di depan, ayo pulang

Keisha berdiri lalu menatap dengan bingung ke arah Shawn yang sedang memegang kotak makanannya, apa ia harus merebut benda itu? Tidak, biarkan saja.

Shawn mengejar Keisha yang berjalan dengan cepat, kotak makanan yang belum habis masih ada di tangannya. Tetapi dasar sial, ia malah menubruk seseorang ketika berbelok di koridor.

"Aw!" pekik siswi yang ditabrak Shawn.

Tetapi alih-alih menolong, Shawn malah memungut kotak makanan yang sudah berhamburan isinya. "Yah ... jatoh semua," keluhnya kesal.

"Aduh sakit."

Shawn menoleh sebentar ke arah Keisha yang tiba-tiba sudah sangat jauh jaraknya, ia kemudian memalingkan wajahnya dan melihat siapa orang yang ia tabrak. Ternyata Mita.

"Lo nggak papa?" tanya Shawn datar.

Mita menggeleng, tetapi dahinya masih mengernyit.

"Yaudah, kalo lo nggak papa gue duluan."

"Loh kak kok gitu sih? Tanggung jawab dong!" Shawn mendengus lalu membantu Mita untuk kembali berdiri.

"Makasih kak udah mau bantuin."

"Lo beneran nggak papa?"

Mita kembali menggeleng, tetapi kini sebuah senyuman menghiasi wajahnya. "Kaki aku sakit tapi besok juga pasti sembuh."

Shawn mengangguk lalu hendak pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Mita.

"Kak, kalo kakak mau cerita atau minta saran tentang Keisha. Aku siap bantu kok." Mendengar itu Shawn menaikkan sebelah alisnya, lalu mengangguk walaupun ragu.

Di sisi lain Keisha mendesah kecewa ketika melihat Shawn dan Mita sedang mengobrol, secepat itukah Shawn berpaling? Entahlah tapi hatinya terasa sakit.

Sebuah tepukan di pundaknya membuat Keisha terkejut dan berbalik, ia mendapati Yoga yang kini ikut mengintip apa yang dilihat Keisha.

"Masih ngeliatin si curut itu?" Keisha berdecak. "Dia punya nama bang."

"Bodo amat, ayo pulang."

Keduanya kemudian berjalan menuju halaman depan sekolah.

"Eh bang, cewek yang tadi cantik ya?"

"Hah? Cewek yang mana? Yang ngobrol sama mantan kamu itu?" Keisha mengangguk.

"Cantikan kamu kok."

"Jauh bang, aku nggak ada apa-apanya kalo dibandingin sama dia." Yoga berdecak.

"Kamu lupa yang dulu pernah abang bilang? Kamu itu cantik, cewek cantik itu yang percaya diri."

"Dan yang penting cantik itu harus cewek, kalo nggak lady boy Thailand juga banyak yang cakep." Mau tak mau Keisha tertawa mendengarnya.

∆∆∆

Shawn memandang kosong ke depan, ia sudah berada di dalam mobil tetapi belum berniat pulang.

Hari itu ia gagal untuk mengajak Keisha pulang, lalu apa yang harus dilakukannya sekarang?

Tanpa sadar Shawn melirik kotak berwarna bening dengan tutup merah muda di sampingnya.

"Astaga!" Shawn menepuk dahinya sendiri.

Kotak makanan milik Keisha.

Ia menyeringai kemudian, benda itu bisa menjadi alasannya untuk pergi menemui Keisha di rumahnya. Masa bodoh dengan Yoga, ia bisa memikirkannya nanti.

"Aku nggak bakalan nyerah Kei."

∆∆∆

QOTD : Di pikiran kalian, Yoga itu brother goals nggak?

See you di next chapter:)

Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang