DUA PULUH SATU

143K 15.7K 140
                                    

"Lo pikir lo perfect sampe bisa nyakitin perasaan adek gue?" sungut Yoga kesal sambil mencengkram kerah kemeja Shawn kasar.

"Nilai lo berapa emang? Kecakepan banget lo jadi cowok." Yoga mendorong Shawn hingga cowok itu terjatuh di tanah yang basah.

Hujan kembali turun, Shawn mengernyit karena merasa punggungnya sakit. Yoga masih menatap tajam ke arahnya.

"Jangan mentang-mentang keadaan lo lebih dari gue berarti lo bisa bersikap seenaknya," lanjut Yoga yang masih tersulut emosi.

"Saya ke sini mau minta maaf sama Keisha, bukan mau nyari ribut sama kakak."

"Buat apa lo minta maaf? Lo pikir hati Keisha bisa kembali utuh? Nggak."

Shawn bangkit dan meringis sebentar. "Saya beneran sayang sama Keisha."

"Alah bacot lo, mending sekarang lo pergi," usir Yoga sambil mendorong Shawn hingga cowok itu menabrak bagian depan mobilnya.

"Jangan deketin adek gue lagi," tandasnya.

Yoga masuk ke dalam rumah dan membanting pintu dengan keras.

Shawn mengusap wajahnya kesal, ia tetap berdiri di sana dengan penuh penyesalan. Tidak mempedulikan rintik hujan yang mulai membuatnya merasa kedinginan.

Tidak, hatinya sekarang lebih dingin.

Apa yang dikatakannya tadi itu sungguh-sungguh, ia menyayangi Keisha. Tidak lagi memandangnya sebagai Anna ataupun orang lain, tetapi sebagai Keisha. Si kutu buku yang manis.

Shawn masuk ke dalam mobil dengan lambat, bibirnya mulai bergetar.

Selama lebih dari sepuluh menit ia hanya diam di sana, tidak berniat pergi dan hanya duduk merenung.

Kalau dipikir-pikir ini adalah karma yang diterimanya. Niatnya menembak Keisha sebagai kekasih yang tidak benar ternyata malah berbalik kepadanya.

Dengan perasaan yang masih gelisah Shawn memundurkan mobilnya dan memilih untuk pulang ke rumah.

Saat di tengah perjalanan ponselnya berbunyi, dengan penuh harapan Shawn memberhentikan mobilnya di sisi jalan. Berharap bahwa orang yang menghubunginya adalah Keisha.

"Halo Kei? Aku minta maaf banget sama kamu, aku mohon..."

"Kak?" Shawn mengernyitkan dahinya ketika suara yang terdengar bukanlah suara Keisha.

Shawn memperhatikan layar ponselnya, yang menelepon ternyata bukan Keisha. Nomor itu sama sekali tidak dikenalnya.

"Maaf kak kalo kakak lagi nunggu telepon dari Keisha, ini aku. Mmm ... Mita."

"Jadi gini ka, aku mau minta..." Belum selesai Mita berbicara Shawn sudah melempar ponselnya keras-keras ke belakang hingga membentur kaca belakang mobilnya sehingga ponselnya retak.

"Shit!"

Shawn membenturkan kepalanya berkali-kali ke stir kemudi, masa bodoh dengan sakit yang ia rasakan.

Hatinya sekarang lebih sakit dari itu.


Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang