Shawn melihat bayangannya sendiri di kaca spion sebelum turun dari mobilnya. Pagi itu ia sudah berada di depan rumah Keisha, tentu saja untuk menjemputnya agar bisa berangkat bersama.
Dan ketika ia mengetuk dan pintu terbuka, wajah datar Yoga yang terlihat. Shawn mendesah, seharusnya ia mendapat vitamin mata di pagi hari, bukannya seperti ini.
"Keishanya a-"
"Ngapain lo ke sini?"
"Mau jemput Keisha." Shawn meringis ketika Yoga melotot padanya, ia takut jika bola mata itu akan menggelinding keluar.
"Setelah ngelakuin hal aneh kayak kemarin lo masih berani ke sini?"
"Maaf soal itu bang, lagian keishanya kan nggak protes."
Yoga hendak menjitak kepala orang di depannya ketika sebuah seruan terdengar. "Ga, kebiasaan ngebiarin tamu di luar. Suruh masuk."
"Orang kayak dia emang seharusnya diginiin."
Ibu Yoga berdecak. "Mama nggak pernah ngajarin kamu buat nggak sopan kayak gini Yoga."
"Tapi Ma, justru dia yang nggak sopan."
"Loh kok kamu jadi ngalahin dia?"
"Ya bayangin aja--"
"Ma, aku berangkat ya assalamualaikum." Tiba-tiba Keisha turun dari tangga dan langsung memotong ucapan Yoga, bahaya.
"Eh iya waalaikumsalam Kei."
Keisha mencubit pinggang Yoga sebelum keluar. "Kalo Abang ngomong Keisha bakal ngadu kalo abang juga ciuman sama Kak Ira pas aku didandanin kemarin."
Yoga melotot.
"Emang aku nggak liat? Udah ya bang, aku berangkat."
Keisha buru-buru menarik Shawn yang kini terkekeh geli, setidaknya ia senang karena Yoga seakan mendapat bogem mentah.
"Kok senyam-senyum?" tanya Keisha heran.
"Nggak, nggak papa."
Keduanya kemudian masuk sebelum Shawn menyadari sesuatu. Penampilan Keisha terasa berbeda pagi ini, mulai dari tatanan rambut yang agak bergelombang, kaus panjang longgar berwarna merah marun, dan celana jeans hitam.
"Kamu bajunya kok gitu? Nggak pake seragam?" Keisha menggeleng. "Setiap kelas kan ada temanya sendiri, kamu sendiri nggak pake seragam."
"Aku kan mau tampil."
Keisha memilih diam dan melihat pemandangan di luar jendela mobil. Entah mengapa perasaannya terasa campur aduk, mungkin karena ia mendengarkan dua lagu yang mudah sekali membuatnya 'baper', yaitu A Thousand Years dan Ugly.
Atau karena gerak-gerik Shawn terasa berbeda. Bagaimana ya? Shawn terlihat gugup, dan terlalu berhati-hati. Biasanya cowok itu sering ceroboh dan menyerukan celetukan nyeleneh. Tetapi kini Shawn seakan menahan kata-katanya di ujung lidah.
Keisha jadi curiga ada sesuatu yang sedang direncanakan oleh Shawn.
"Shawn."
"Ya?"
"Kamu kok hari ini beda ya?"
"Beda gimana?"
"Kamu kan biasanya ceroboh gitu, kok sekarang kalem?"
Shawn menaikkan sebelah alisnya. "Kamu lagi muji atau ngeledek aku?"
"Nggak, maksudnya ... ya kamu berasa beda aja gitu."
"Sama aja ah. Itu cuma perasaan kamu aja."
Keisha mengembuskan napasnya. Mungkin yang dikatakan Shawn benar, itu cuma perasaannya saja.
"Mau aku anterin sampe ke kelas?" Keisha menggeleng. "Nggak usah."
"Tapi aku mau." Keisha mendengus. Kalau begitu untuk apa bertanya.
"Tenda kelas kamu sebelah mana? Deket sama panggung nggak?"
Setiap kelas memang diwajibkan untuk mengisi tendanya masing-masing dengan berbagai macam hal, mulai dari makanan, minuman dingin hingga kerajinan tangan.
"Lumayan."
"Yaudah, nanti aku mampir ya."
Keisha hendak masuk ke dalam kelasnya ketika Shawn malah menarik tangannya. "Apa?"
"Semangat ya." Shawn mengacak rambut Keisha gemas, sehingga membuatnya mematung sebentar.
"Aku nggak disemangatin juga?"
"Oh ... semangat." Shawn tersenyum.
"Aku duluan ya, nanti jangan lupa buat nonton loh. See you beautiful."
•••
Follow akun IG rp Gamers yo : (at)keishamahardika
(at)shawngrysonSee you~
IG : bayupermana31_
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamers✓
Teen Fiction[COMPLETED-Belum direvisi] Shawn Gryson itu gamers, cakep, pinter dan most wanted-nya SMA Harapan. Yang bikin heran Shawn malah nembak Keisha, cewek nerd yang sama sekali nggak populer. Awalnya Keisha seneng bukan main pas ditembak Shawn, tapi peras...