Keisha menelan ludahnya kasar sebelum mengatakan pertanyaan yang sangat ingin ia ungkapkan kepada Shawn. "Kakak sebenernya nembak aku buat apa?"
Shawn menaikkan sebelah alisnya, ia mengalihkan perhatian yang tadinya fokus pada ponselnya ke arah Keisha yang menatapnya dengan pandangan khawatir.
"Kok kamu nanyanya gitu?" tanya Shawn balik.
"Ya.. aku cuma mau tau aja. Soalnya ini ngerasa nggak mungkin banget kak."
"Nggak mungkin gimana?"
"Ya ngapain cowok seganteng kakak nembak cewek jelek kayak aku?" cicit Keisha pelan.
"Aku bahan taruhan ya?" Shawn menarik napasnya dalam-dalam setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan Keisha.
"Aku harus bilang berapa kali sih Kei? Aku nggak jadiin kamu bahan taruhan. Lagian itu kan dosa, aku mana mungkin mau," jelas Shawn. Keisha sendiri malah menunduk dan memainkan ujung roknya gusar.
"Lagian kamu nggak jelek kok." Keisha mendongak dan tersenyum getir.
"Nggak usah ngomong kayak gitu kak, aku tau aku jelek."
"Aku beneran sayang sama kamu kok." Keisha tersenyum miring, ia merasa Shawn agak sedikit ragu mengatakan hal itu.
"Mending sekarang kamu makan ya, daripada nantinya malah sakit." Shawn menyodorkan makanan miliknya, tetapi disambut gelengan kepala Keisha.
Keisha bangkit berdiri dan menepuk-nepuk rok bagian belakangnya, Shawn mengernyitkan dahinya melihat itu.
"Kamu mau kemana?"
"Ke kelas aja kak, belum ngerjain tugas," sahut Keisha sambil berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Shawn.
Shawn menghembuskan napasnya, ia jadi serba salah. Di satu sisi ia merasa ingin Keisha di sisinya, tetapi ia juga merasa tidak enak.
Tetapi bukannya pergi ke kelas Keisha malah masuk ke dalam toilet perempuan, ia masuk ke dalam bilik toilet yang paling pojok dan mulai menangis di sana.
Tetapi hanya sekitar 3 menit ia menangis Keisha segera mengusap air matanya, ia merasa jijik dengan dirinya sendiri.
"Ngapain sih gue nangis? Lebay banget ya," gumam Keisha sedih pada dirinya sendiri.
Keisha hendak meraih kenop pintu bilik toilet ketika terdengar percakapan antara beberapa siswi perempuan, Keisha menebak ada 3 siswi di sana.
"Lo udah cantik elah Mit," celetuk salah satu siswi.
"Bibir gue tadi keliatan pucet," balas Mita sambil mengoleskan lip tint ke bibirnya.
"Elo masih ngebet sama Shawn nggak?"
Deg. Keisha diam, seolah-olah tubuhnya membeku karena saking kagetnya. Apa tadi ia tidak salah dengar? Shawn?
"Masih lah, secara Shawn kan most wantednya SMA Harapan. Ganteng banget lagi."
"Tapi dia udah punya pacar kan ya? Yang culun-culun itu?" Keisha merasa jantungnya diremas perlahan, ia ingin sekali pergi dari sana tetapi tentu saja ia akan berpapasan dengan mereka. Dan Keisha tidak menginginkan hal itu.
"Nanti juga Shawn bosen sama dia kok, gue yakin," sahut Mita percaya diri.
"Terus nanti elo deketin dia gitu?" Mita mengangguk.
Keisha menarik napasnya dalam-dalam, ia sangat bingung. Apa yang harus ia lakukan? Keluar seolah tidak terjadi apa-apa atau diam di sama menunggu Mita dan teman-temannya keluar dari toilet?
Dasar sial, ponsel Keisha berbunyi menandakan ada notifikasi penerimaan pesan. Dan karena keadaan toilet yang lengang membuat suara ponsel itu terdengar dengan jelas.
"Eh hape siapa itu?" tanya teman Mita bingung.
"Tapi suaranya dari pojokan deh."
Keisha merutuki ponselnya yang berbunyi dan melihat apa yang dikirim seseorang kepadanya, ternyata itu pesan dari Shawn.
"Kei kamu di mana? Kok aku ke kelas kamu nggak ada?"
"Buka aja pintunya Mit." Keisha terkejut bukan main ketika suara siswi yang lebih dari satu orang terdengar jelas di balik pintu bilik toiletnya. Keisha mendesah, ia harus bagaimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamers✓
Teen Fiction[COMPLETED-Belum direvisi] Shawn Gryson itu gamers, cakep, pinter dan most wanted-nya SMA Harapan. Yang bikin heran Shawn malah nembak Keisha, cewek nerd yang sama sekali nggak populer. Awalnya Keisha seneng bukan main pas ditembak Shawn, tapi peras...