Chapter 6: Fever

1.5K 253 37
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Meski begitu, Yoongi tidak kehilangan niatnya untuk pergi keluar rumah. Ia memang selalu keluar rumah pada jam segini, karena ia benci keramaian. Tidak banyak yang bisa dikunjungi pada dini hari. Mungkin club, atau warung-warung bir di pinggir jalan.

Tetapi bukan itu tujuan Yoongi.

Ia selalu pergi ke kampus jam segini.

Alasannya, karena tidak akan ada yang mengganggunya di ruang musik. Ia bisa mengerjakan musiknya dengan tenang tanpa ada pengganggu. Dirumah ia benar-benar tidak bisa fokus mengerjakan musik untuk tugas akhirnya karena sekarang apartemennya itu selalu dipenuhi suara tangisan bayi.

Sesampainya di kampus, ia langsung pergi untuk mengambil kunci ruang musik di tempat tersembunyi yang hanya ia dan penjaga kampus yang tahu. Namun betapa terkejutnya ia ketika kunci itu tidak ada disana.

'Apa Howon hyung memindahkan kuncinya?' batinnya heran.

Ia lalu memutar langkahnya ke ruang musik untuk mengeceknya. Baru memegang kenop pintu, matanya langsung membulat.

Ada suara permainan violin dari dalam.

Semakin penasaran, ia membuka ruang musik itu dan benar, ada seorang gadis yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, memainkan violin dengan lihai.

Yoongi terpaku ditempatnya, tenggelam dalam permainan violin si gadis.

Gadis misterius itu tetap memainkan violinnya, tidak menyadari sama sekali kalau ada yang memperhatikannya dari pintu.

Sampai beberapa menit, akhirnya gadis itu berhenti bermain karena kelelahan. Ia menyeka keringat yang mengucur dari pelipisnya.

Yoongi pun segera tersadar dari lamunannya, ia lantas berdehem.

"Omo!" gadis itu terkejut melihat seseorang di dekat pintu. Ia langsung memandang kaki Yoongi, siapa tau tidak menapak tanah. "Syukurlah, ternyata manusia." gumamnya lega sambil memegangi dadanya.

"Kau siapa? Kenapa ada disini?" tanya Yoongi.

Gadis itu meletakkan violinnya ke dalam tempatnya, lalu berdiri dan membungkuk, "Annyeonghaseyo, namaku Oh Sena. Aku ada di tahun pertama program studi Musik Klasik. Kau pasti sunbae, iya kan?"

"Aku tanya kenapa kau ada disini." balas Yoongi dingin.

"Sunbae sendiri kenapa ada disini?" tanya Sena balik.

Yoongi memutar bola matanya malas. Mengabaikan pertanyaan Sena, ia lalu melangkah ke tempat grand piano, melewati gadis itu seakan tidak ada orang disana.

Ia duduk di kursi pianonya, lalu mengeluarkan partitur-partitur dari dalam tasnya.

Sena mengernyit tak suka, 'dia mengabaikanku?' batinnya.

Yoongi baru saja akan menekan tuts pianonya, namun suara Sena menghentikan niatnya.

"Sunbae-nim, maaf saja ya, tapi bukankah tidak sopan mengabaikan orang begitu saja?" ujar Sena sewot.

Yoongi menghela napas berat, lalu memutar tubuhnya menghadap Sena.

"Aku pikir aku tidak ada urusan denganmu. Dan lagi, aku tidak ingin diganggu, kalau kau sudah selesai, pergilah." ujar Yoongi datar. Sena menatapnya tak percaya.

'Orang ini...' batin Sena kesal.

"Baiklah, Tuan judes, aku tidak akan mengganggumu. Lagipula aku mau pulang. Permisi." pamit Sena lalu mengambil tas violinnya dan bergegas keluar dari ruang musik.

Hello Baby [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang