Busan, 10 tahun silam.
Anak lelaki berumur sepuluh tahun itu bersembunyi di balik tong sampah besar yang mampu menutupi tubuh mungilnya. Ia meringkuk takut. Matanya terpejam dan doa-doa terus ia rapalkan dalam hati. Tubuhnya bergetar, keringat dingin terus bercucuran membasahi seragam SD yang ia kenakan.
Ia semakin mengeratkan tubuhnya pada tembok ketika suara sekelompok orang yang menjadi alasannya bersembunyi itu datang mendekat. Ia tidak boleh ketahuan. Tidak hari ini. Ibunya sedang berulang tahun. Ia tidak ingin pulang dengan luka-luka dan seragam berantakan lagi. Itu akan jadi kado ulang tahun terburuk untuk Ibunya.
"Kalian yakin ia lewat sini?" suara lantang itu terdengar. Anak kecil yang bersembunyi dibalik tong sampah reflek menahan napas.
"Aku yakin Jungkook berlari kesini tadi. Sialan, cepat sekali sih larinya."
Jungkook memejamkan matanya kuat-kuat saat suara langkah kaki seseorang terdengar mendekat ke tempatnya bersembunyi. Oh, tidak. Ini buruk. Dia pasti ketahuan sekarang.
KLANG!
Jungkook berjengit saat tong sampah yang menutupi tubuhnya ditendang. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, berusaha tidak mengeluarkan suara meski terkejut setengah mati.
"Sepertinya ia tidak disini. Ayo pergi. Dia pasti belum jauh!"
Langkah kaki orang-orang itu terdengar menjauh, lalu perlahan-lahan menghilang. Jungkook membuang napasnya yang sedari tadi ia tahan. Akhirnya, untuk yang pertama kali, ia tidak tertangkap.
Jungkook itu ceroboh. Meski tubuhnya lebih kecil dibanding teman-teman yang lain yang sebayanya, ia paling tidak ahli dalam bersembunyi. Setiap kali ia berusaha bersembunyi dari Yugyeom dan teman-temannya-yang selalu membully Jungkook karena tubuhnya yang kecil-ia selalu membuat kesalahan-kesalahan kecil yang membuatnya ketahuan.
Hampir setiap hari ia pulang dengan luka-luka di tubuhnya, atau seragamnya yang kotor dan sobek. Tak jarang uang saku yang disisihkannya untuk ditabung juga kena rampas oleh kelompok Yugyeom.
Hari ini Tuhan mendengar doanya. Mungkin karena ia berdoa agar ia bisa pulang dengan selamat demi ibunya yang berulang tahun.
Jungkook kecil bangkit dari tempatnya bersembunyi. Ia merogoh saku celana seragamnya, mengeluarkan beberapa lembar uang yang berhasil ia sisihkan beberapa hari belakangan. Ia tersenyum. Dengan uang sebanyak ini, ia bisa beli kue ulang tahun untuk ibu.
"Hei! Apa yang kau lakukan disitu?!"
Suara tenor itu membuat jantung Jungkook hampir mencuat. Ia pikir ia ketahuan. Ternyata itu hanya anak perempuan yang keluar dari pintu belakang gedung tempatnya bersembunyi.
Jungkook memunguti lembaran uangnya yang berjatuhan akibat terkejut tadi, kemudian berdiri dan tersenyum takut pada anak perempuan itu.
"A-aku-"
"Kau mencuri, ya? Kenapa takut sekali? Lalu kenapa anak kecil sepertimu memegang uang sebanyak itu?"
Sebenarnya, Jungkook itu anak yang gampang gugup. Diserbu pertanyaan seperti itu, ia bukannya menjawab, malah bungkam seribu bahasa. Lidahnya mendadak kelu untuk sekedar berkata kalau itu uangnya dan ia tidak mencuri.
Sebenarnya lagi, Jungkook itu cengeng. Gara-gara tidak bisa menjawab, bibirnya tertekuk ke bawah, lalu beberapa detik kemudian tangisnya pecah. Menggema di lorong kecil itu.
Anak perempuan tadi jadi merasa bersalah. Melihat anak laki-laki mungil dengan pipi gembil, menggenggam kuat lembaran-lembaran uang di tangannya sambil menangis, membuat anak perempuan itu jadi ikutan sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Baby [BTS]
FanfictionKetika 7 orang pria yang tinggal di apartemen 201 harus dihadapkan dengan merawat bayi tanpa identitas yang tiba-tiba muncul di depan pintu apartemen mereka. ••• 🌸 Completed. 🌸 Cast(s): BTS members. ⚠ DO NOT PLAGIARIZE. ©kookkiri, 2017.