Baru jam 6 pagi, bel apartemen Soomi sudah menggema ke setiap sudut, mengalahkan bunyi alarm yang diset jam 8. Soomi menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh, enggan menerima seseorang yang bertamu kelewat pagi. Mungkin itu salah satu dari tetangga sebelah, mengingat semalam Byul menginap di apartemen gadis itu. Mungkin mereka ingin menjemputnya. Begitu pikir Soomi.
Sudah beberapa menit berlalu, namun seseorang didepan pintu masih enggan menyerah.
Bel itu masih ditekan berkali-kali, menimbulkan suara yang memekakkan telinga. Byul pun sampai terbangun dan menangis.
Soomi mengerang. Membuang selimutnya dengan kasar ke lantai dan meraih Byul ke dalam gendongannya. Dengan langkah berat dan sedikit terhuyung, Soomi pergi untuk membukakan pintu depan.
"Apa kau gila? Ini masih jam 6 pa—"
"Soomi?"
Soomi hampir terjungkal.
"Eomma?!"
Satu orang lagi yang muncul dari balik ibunya membuat napas gadis itu tercekat di tenggorokan.
"Nyo—nyonya Kim?!!"
**
Ini masih pagi. Soomi sama sekali tidak berharap akan dapat kejutan sepagi ini. Tangannya yang masih mengaduk teh bergetar, pikirannya kacau. Semoga saja tadi ia benar-benar memasukkan gula ke dalam teh, bukan garam.
Setelah menghela napas beberapa kali untuk menghilangkan gugup—meski tidak berhasil—ia lantas membawa nampan berisi dua cangkir teh ke ruang tengah. Ibunya bersama Nyonya Kim telah duduk dengan anggun disana. Dan jangan lupakan Byul yang sedang ada di dalam gendongan ibunya.
Soomi tidak mengerti. Ibunya terlihat baik-baik saja. Mungkin terkejut, awalnya. Namun sekarang wanita itu malah asyik bermain dengan Byul.
"S-silahkan diminum, Eommonim."
Itu ditujukan untuk Nyonya Kim.
"Eomma juga. Biar aku yang gendong Byul."
"Oh, jadi namanya Byul? Aigoo, kiyeowo."
Nyonya Lee kemudian memberikan Byul pada Soomi.
"Ah, aku hampir lupa tujuanku kesini dengan Nyonya Kim."
Soomi menelan ludah.
"Kami kesini untuk membicarakan soal pernikahan." ujar Nyonya Kim.
Soomi tahu ini akan terjadi. Nyonya Kim pasti telah memberitahu ibunya tentang Byul, mungkin itu sebabnya ibunya tidak bertanya apapun soal bayi itu. Mereka kesini pasti tentang pembatalan pernikahan. Ia mendadak merasa kecewa. Bukan karena gagal menikah, tapi karena ibu dan ayahnya pasti malu memiliki anak seperti dirinya.
"Soomi, eomma sudah membicarakan ini dengan Nyonya Kim. Kami rasa pernikahan kalian tidak bisa dilaksanakan."
Soomi menunduk dalam. Ia sudah menduganya, namun tetap saja. Sakit rasanya.
"Maafkan aku." ujar Soomi lirih.
"Tak apa. Biar ini jadi pelajaran untuk kita semua." Nyonya Lee mengelus kepala putrinya dengan lembut, namun hal itu justru menyakitkan buat Soomi.
Bagaimana bisa Ibunya tetap bersikap lembut padanya, sementara ia tahu putrinya telah membuat kesalahan yang fatal?
Nyonya Kim tiba-tiba berdehem.
"Aku harus mengunjungi Taehyung dan menyampaikan ini juga." ujarnya sembari bangkit dari sofa.
Soomi ikut bangkit, hendak mengantar Nyonya Kim ke pintu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Baby [BTS]
FanfictionKetika 7 orang pria yang tinggal di apartemen 201 harus dihadapkan dengan merawat bayi tanpa identitas yang tiba-tiba muncul di depan pintu apartemen mereka. ••• 🌸 Completed. 🌸 Cast(s): BTS members. ⚠ DO NOT PLAGIARIZE. ©kookkiri, 2017.