Special Chapter: Taehyung

690 104 35
                                    

Waktu umurku 6 tahun, ayahku mencalonkan diri menjadi walikota.

Dia gagal. Tapi untuk alasan yang tak pernah ku ketahui sampai sekarang, ia tetap mengadakan pesta besar-besaran di rumah kami.

Saat aku kecil, aku tidak punya banyak teman. Satu-satunya orang yang selalu berada di dekatku adalah Bibi Ahn, pelayan keluarga kami. Well, aku tidak punya masalah sama sekali meski harus berteman dengan wanita yang umurnya terpaut 30 tahun denganku. Ia wanita yang asik. Kami menonton film, memasak bersama, pergi jalan-jalan ke taman, dan dia selalu punya cerita tentang kehidupan di desanya yang menarik.

Sedang teman-temanku di sekolah dasar saat itu suka pamer mainan-mainan mahal dan memakai sepatu warna-warni ke sekolah. Seolah-olah jika kau tidak punya barang-barang mahal yang bisa dipamerkan, maka kau hanya akan menjadi pecundang. Aku tidak pernah membawa mainan ke sekolah, karena ibu suka memarahiku kalau aku melakukannya. Aku juga tidak memakai tas atau sepatu yang mencolok. Jadi kau bisa bilang, kalau aku salah satu pecundang di sekolah.

Tapi saat pesta seusai eleksi walikota—aku tidak bisa bilang itu pesta perayaan, karena nyatanya ayahku gagal—ada seorang anak lelaki memakai setelan tuxedo hitam dengan celana pendek, ia membawa boneka singa kecil yang lucu.

Ia berbicara padaku, disaat anak-anak lain hanya mengacuhkan keberadaanku.

"Rawrr!"

Kira-kira begitu ia menyapaku. Dengan boneka yang ditempatkan di depan wajahnya, ia membuat suara menirukan singa yang terdengar lucu di telingaku.

Aku tertawa. Akhirnya ada seseorang yang bisa membuat moodku membaik hari itu.

Ia juga tertawa, mulutnya membentuk persegi dan tawanya terdengar riang sekali.

"Namaku Taetae." katanya. Ia mengangkat tangan boneka singanya dan dilambaikan padaku, "ini Mr.Lion. Namamu siapa?"

"Aku—" aku sedikit canggung menjawabnya, karena ini pertama kalinya seseorang mau berkenalan denganku dengan cara yang menyenangkan, "aku Soomi. Ayahku yang mengadakan pesta." kataku sedikit malu.

"Wah!" mata dan mulutnya membulat kagum, "ayahmu hebat! Kakakku bilang banyak orang-orang keren yang datang kesini!"

"Kakakmu bilang begitu?"

Ia mengangguk, "Mm, teman-teman kakakku juga datang. Mereka punya mainan-mainan mahal yang dibeli di luar negeri. Ada boneka dari jepang yang keren! Kau mau bertemu mereka? aku bisa membawamu pada noona."

Itu ide yang buruk. Kedengarannya kakak Taetae adalah orang seperti teman-temanku di sekolah.

Jadi aku menggeleng.

"Aku disini saja."

Ia menarik-narik lenganku, "Oh, ayolah. Noona akan menyukaimu."

"Aku tidak mau!"

"Kakakku tidak jahat, kok!"

"Tapi aku tidak mau!"

"Harus mau!"

"Tidak ma—"

"Ada apa ini?"

Perdebatan kecil kami berakhir saat seorang bibi dengan dress hitam yang berkilauan menghampiri kami. Taetae berlari dan memeluk kaki wanita itu. Ia menunjuk-nunjuk padaku dengan ekspresi kesal setengah mati.

"Eomma! Soomi jahat! Dia tidak mau bertemu noona!"

Aku hampir menangis. Bisa-bisanya Taetae melaporkan aku pada ibunya padahal ia yang memaksa?

Hello Baby [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang